• Login
  • Register
Kamis, 5 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Potret Perjuangan Perempuan Keluar dari Kekerasan dalam Series MAID

Melalui series MAID kita melihat potret perjuangan perempuan untuk keluar dari kekerasan yang dialami, dan bagaimana seharusnya pemerintah beserta lembaganya dapat membantu korban untuk pulih

Irma Khairani Irma Khairani
29/10/2021
in Film
0
Larangan Memukul Istri dalam Hadis Nabi

Larangan Memukul Istri dalam Hadis Nabi

248
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Siapakah di sini pembaca yang sudah menikah? Atau siapakah di sini pembaca yang masih tinggal bersama  kedua orang tua? Apakah kehidupan rumah tangga dan keluarga yang kalian jalani sudah cukup bahagia? Atau nyatanya diliputi dengan kekerasan? Apakah kalian tahu apa saja bentuk-bentuk kekerasan yang sering kali terjadi dalam rumah tangga?

Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Pasal 1 menjelaskan, kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Film series MAID, menampilkan potret seorang perempuan bersama satu anak perempuannya yang berjuang untuk keluar dari kekerasan dalam rumah tangga. Tokoh utama dalam film series ini bernama Alex, ia memiliki seorang putri bernama Maddy. Alex mengalami kekerasan psikologis dalam rumah tangganya.

Kekerasan psikologis atau kekerasan psikis yang dialami oleh Alex berupa perbuatan suaminya yang mengakibatkan ketakutan, rasa tidak berdaya, hilangnya kemampuan untuk bertindak, dan kehilangan rasa percaya diri. Keadaan tersebut diperparah dengan trauma masa lalu, di mana saat dirinya masih berusia anak, ia juga telah mengalami kekerasan psikis akibat perbuatan Ayahnya kepada Ibunya.

Alex tak mengulangi apa yang dilakukan oleh Ibunya ketika mengalami kekerasan dalam rumah tangga, yang mana saat itu Ibunya memilih untuk pergi ke Alaska tanpa meminta bantuan kepada siapapun, terutama pemerintah. Ketika Alex mengalami kekerasan, ia pergi menuju dinas sosial bersama dengan Maddy untuk meminta bantuan dan pertolongan. Akhirnya, Alex dan Maddy diarahkan untuk mendatangi rumah penampungan korban kekerasan dalam rumah tangga.

Baca Juga:

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

Series ini menampilkan peran pemerintah beserta lembaganya yang cukup baik dalam menangani dan membantu korban kekerasan dalam rumah tangga. Alex sendiri dalam series tersebut mendapatkan tujuh bantuan sosial yang membantunya untuk keluar dari keterpurukan. Bantuan tersebut mulai dari bantuan pekerjaan, subsidi rumah, subsidi tempat penitipan anak, dsb.

Meskipun dari beberapa aspek tentunya masih banyak hal yang dapat dikritisi mengenai prosedur dan kualitas pelayanannya, cerita dari series ini mengenai peran pemerintah dalam menangani kasus KDRT dapat menjadi refleksi dan bahan pembelajaran untuk penanganan kasus KDRT, bahkan kasus kekerasan seksual di luar pernikahan, yang lebih baik di Indonesia.

Peran pemerintah kiranya dapat terus diupayakan secara maksimal untuk menangani kasus-kasus KDRT dan kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia. Feminisme gelombang kedua yang melahirkan slogan the personal is political, dapat menjadi dasar untuk meligitamisi perlunya peran pemerintah masuk ke dalam hal-hal yang privat apabila tindakan tersebut memang sangat dibutuhkan. Slogan tersebut berpandangan bahwa setiap hal yang terjadi di ranah privat juga merupakan suatu proses sosio-politik, di mana relasi perempuan dan laki-laki di tingkat paling pribadi merupakan wujud nyata relasi kekuasaan.

Dalam konteks Indonesia, slogan tersebut dapat menjadi dasar untuk mengejawantahkan amanat konstitusi untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan pandangan hidup yang tertuang dalam Pancasila yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kiranya, masih banyak hal yang perlu dibenahi dalam konteks pelayanan kasus KDRT dan kekerasan seksual. Salah satu yang dapat menjadi gambaran perlunya pembenahan akibat buruknya pelayanan kasus KDRT dan kekerasan seksual yaitu kasus yang diberitakan oleh projectmultatuli.org tentang tiga orang anak yang mengalami kekerasan seksual. Kekerasan tersebut dilakukan oleh Ayahnya yang merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN).

Ibu dari tiga anak yang menjadi korban tersebut berupaya melaporkan terduga pelaku ke pihak kepolisian, ironisnya kasus tersebut dihentikan oleh polisi. Bobroknya proses pelayanan pengaduan kasus kekerasan ini bermula dari P2TP2A, Dinas Sosial Luwu Timur . Alih-alih melindungi korban, petugas pelayanan justru mempertemukan korban dengan terduga pelaku. Kemudian, kasus tersebut dihentikan oleh kepolisian karena dianggap cacat prosedur.

Melihat kenyataan yang ada akhir-akhir ini, di mana kasus KDRT dan kekerasan seksual banyak terjadi dan bagaimana buruknya pelayanan dalam penanganan kasus-kasus yang ada, film series MAID menjadi refleksi yang begitu revelan dan dapat menjadi acuan mengenai pelayanan kasus-kasus KDRT dan kekerasan seksual.

Tak mudah bagi korban kasus kekerasan baik kekerasan dalam rumah tangga (fisik, seksual, psikologis, dsb) maupun kekerasan seksual berbasis gender di luar pernikahan untuk dapat membela diri, dan bangkit keluar dari keterpurukan yang ada. Melalui series MAID kita melihat potret perjuangan perempuan untuk keluar dari kekerasan yang dialami, dan bagaimana seharusnya pemerintah beserta lembaganya dapat membantu korban untuk pulih. []

Tags: Filmkekerasan terhadap perempuanperempuanSeries MAID
Irma Khairani

Irma Khairani

Irma telah rampung menamatkan studi sarjana Ilmu Politik di Universitas Nasional. Isu gender, pendidikan, dan politik adalah minatnya, saat ini aktif di komunitas Puan Menulis.

Terkait Posts

Resident Playbook

Resident Playbook dan Pentingnya Perspektif Empati dalam Dunia Obgyn

4 Juni 2025
Film Cocote Tonggo

Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

31 Mei 2025
Film Cocote Tonggo

Budaya Gosip dan Stigma atas Perempuan dalam Film Cocote Tonggo (2025)

28 Mei 2025
Self Awareness

Self Awareness Ala Oh Yi Young di Resident Playbook

24 Mei 2025
Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

21 Mei 2025
Film Pendek Memanusiakan Difabel

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

7 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ibadah Kurban

    Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Batasan Aurat Perempuan dalam Tinjauan Madzhab Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ragam Pendapat Ahli Fiqh tentang Aurat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggali Fikih Ramah Difabel: Warisan Ulama Klasik yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial
  • Tambang Nikel Ancam Kelestarian Alam Raja Ampat
  • Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan
  • Menggali Fikih Ramah Difabel: Warisan Ulama Klasik yang Terlupakan
  • Dalil Batas Aurat Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID