• Login
  • Register
Jumat, 6 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Setelah Lulus Pendidikan, Menikah atau Bekerja Dulu? Mana yang Lebih Baik?

Memahami prioritas merupakan hal yang penting, karena setiap kita acapkali salah menempatkan perkara yang prioritas

Syukron Hafid Syukron Hafid
07/12/2021
in Keluarga
0
Chemistry

Chemistry

321
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kebanyakan remaja di zaman sekarang terlalu kebanyakan mikir, mereka menginginkan kehidupan mereka nyaman, tentram, dan sesuai harapan. Termasuk ketika hendak menikah, mereka dibingungkan apakah hendak bekerja terlebih dahulu atau langsung saja menikah, mengenai pekerjaan bisa nanti belakangan.

Penulis terinspirasi untuk membahas tentang ini, ketika melihat sebagian ustadz pesantren mendorong para muridnya untuk menikah terlebih dahulu sebelum bekerja. Dan gak usah bingung kalau mengenai rezeki yang sudah dijamin oleh Allah, terlebih ketika sudah menikah. Karena termasuk dari salah satu barakahnya pernikahan, adalah bisa mendatangkan rezeki.

Pemahaman demikian, salah satunya diambil dari hadist yang diriwayatkan oleh Sayyidatina Aisyah Ra. “Nikahilah olehmu perempuan-perempuan itu, maka sesungguhnya mereka akan mendatangkan harta (rezeki) bagi kamu.” (H.R. Hakim dan Abu Dawud)”. Sekaligus dikuatkan dengan pengalaman hidup beliau (ustadz), yang sebelum menikah sulit untuk mencari pekerjaan, tapi ketika sudah menikah, pekerjaan menjadi gampang.

Kalau ditinjau dari hukumnya pernikahan, menikah dalam Islam sebenarnya  disunnahkan bagi orang yang sangat ingin untuk menikah, dan mempunyai cukup biaya. Biaya di sini meliputi mahar, pakaian, dan nafkah untuk si anak dan istrinya. Sehingga menikah bisa menjadi makruh bagi orang yang tidak ingin untuk menikah, dan bisa menjadi haram bagi orang yang tidak mempunyai biaya yang cukup.

Sehingga bukanlah suatu problem bagi seseorang untuk menikah dahulu sebelum bekerja, asalkan dipenuhi saja dulu syarat-syaratnya. Yang menjadi problem adalah ketika seseorang memprioritaskan menikah dari pada pendidikan. Lantaran pendidikan dapat membantu untuk menemukan pekerjaan dan biaya pernikahan.

Baca Juga:

Budaya Gosip dan Stigma atas Perempuan dalam Film Cocote Tonggo (2025)

Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Bekerja adalah Ibadah

Memprioritaskan pendidikan, bisa diilustrasikan kepada dua prinsip. Pertama, adalah dengan menyelesaikan pendidikan terlebih dahulu setelah itu baru menikah. Prinsip ini biasanya dimiliki oleh seseorang yang lahir dari keluarga yang berpendidikan.

Kedua, adalah dengan menikah dulu namun tetap melanjutkan pendidikannya. Orang-orang yang berprinsip seperti ini, biasanya kekurangan ekonomi untuk menyelesaikan pendidikannya, sehingga menikah terlebih dahulu. Namun, dia tetap memiliki tekad yang kuat, hingga akhirnya mencari berbagai solusi untuk tetap melanjutkan pendidikannya.

Semisal kisahnya Imam Al Ghazali, ketika ditinggal ayahnya dalam keadaan yatim, dan tidak banyak harta yang ditinggalkannya. Beliau tetap memprioritaskan pendidikan, dengan cara masuk madrasah yang setiap harinya menyediakan makanan , dan biaya pendidikan secara cuma-cuma.

Ada lagi kisahnya seorang ulama, yang dikenal dengan nama Al-Mawardi. Seorang yang alim dari kalangan madzhab As-Syafi’i, dan juga bergelar “Qadli Al-Qudlah”. Beliau banyak menghasilkan karya, salah satunya adalah kitab  Al-Hawi Al-Kabir (22 jilid). Namun ketika melihat profesi beliau, mungkin akan mengherankan, lantaran profesinya adalah sebagai pedagang air mawar yang dijajakan di pasar-pasar Bashrah.

Kalau mengacu pada Al-Maqasid As Syari’ah, tujuan disyariatkannya nikah adalah untuk menjaga keturunan (Hifdzu Ad-Nasl), yang urutan hierarkinya terletak nomer lima. Oleh karena itu masih lebih prioritas pendidikan, yang tujuan disyariatkannya adalah untuk menjaga akal (Hifdzu Al-Aqli),  yang urutan hierarkinya terletak nomer tiga.

Memahami prioritas merupakan hal yang penting, karena setiap kita acapkali salah menempatkan perkara yang prioritas. Semisal, lebih perhatian kepada kekasih ketimbang orang tua, lebih suka begadang dan menggunakan banyak waktu untuk santai-santai ketimbang belajar, banyak menggunakan waktunya untuk ibadah namun lupa akan kesehatan badan, dan lain sebagainya.

Ketika seseorang hendak membahagiakan orang lain, maka dia harus membahagiakan diri sendiri terlebih dahulu. Karena logikanya, tidak mungkin seseorang bisa membahagiakan orang lain tanpa membahagiakan dirinya terlebih dahulu. Sehingga tak heran, apabila ada orang yang memprioritaskan kebahagiaan orang lain ketimbang dirinya, justru bukan malah bikin bahagia, tapi bikin menderita.

Sama halnya dengan guru yang ingin mencerdaskan muridnya, hendaknya mencerdaskan dirinya terlebih dahulu sebelum mencerdaskan orang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataannya Almarhum K.H. Hariri Abdul Adzim (Mudir ke-3 Ma’had Aly Situbondo), “Seorang Guru wajib hukumnya untuk belajar terlebih dahulu sebelum mengajar.” Karena memang demikianlah seharusnya adab seorang guru menurut kitab Ta’lim Al Mutaallim.

Dan saking pentingnya suatu ilmu, Islam bahkan sampai mewajibkan ummatnya untuk mencari ilmu, dan menyuruh ummatnya untuk mencari ilmu walaupun ke Negeri China. Dan sekarang, Meski sebegitu rumitnya kehidupan kita, masihkah kita mau mengesampingkan bahkan meninggalkan pendidikan demi cinta akan kekasih? Wallahua’lam. []

                        

Tags: bekerjamenikahpendidikanpernikahan
Syukron Hafid

Syukron Hafid

Lahir di Sumenep, Madura. selain tulisan ilmiah, ia juga menyukai tulisan fiksi. Kuliah di Ma'had Aly Situbondo. Untuk bertegur sapa, bisa melalui IG @syukron.hafid dan FB: S Hafidz

Terkait Posts

Najwa Shihab dan Ibrahim

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

26 Mei 2025
Program KB

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

23 Mei 2025
Alat KB

Dalil Agama Soal Kebolehan Alat KB

22 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fikih Ramah Difabel

    Menggali Fikih Ramah Difabel: Warisan Ulama Klasik yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tambang Nikel Ancam Kelestarian Alam Raja Ampat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mitos Israel di Atas Penderitaan Warga Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha
  • Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang
  • Makna Wuquf di Arafah
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut
  • Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID