Mubadalah.id – Sayyidah Maryam adalah sosok yang sudah tidak asing lagi di kalangan ummat muslimin lantaran namanya telah menjadi salah satu nama surah di dalam kitab suci Al-Qur’an, yakni surah yang ke-19. Begitupun pada selain kaum muslimin, seperti Kristiani. Karena beliau adalah ibunda suci Nabi Isa A.S yang di kenal dengan Al-Masih, seorang Nabi yang terkenal dengan mukjizat penyembuhannya pada orang sakit. Bahkan yang lebih monumental lagi di antara mukjizatnya adalah bisa menghidupkan orang mati. Keren kan.
Mengenai garis keturunannya, Sayyidah Maryam dilahirkan dari ayahandanya yang bernama Imran, putra Masan, putra Yasyham, putra Amun, putra Minsya, putra Hazkiya, putra Ahaz, putra Yusam, putra Azriya, putra Yawsy, putra Ahzihu, putra Yaram, putra Yah Afas, putra Asa, putra Abya, putra Rahba’am, putra Sulaiman A.S, putra Daud A.S. Sementara ibunya bernama Hannah binti Faqudha, beliau adalah saudari dari istri Nabi Zakaria AS., yang bernama Al-Isya.
Di antara sifat-sifatnya, beliau orangnya penyabar, pemalu, taat, tekun, rajin beribadah, teguh pendirian, dan sifat-sifat lainnya. Penulis tidak menemukan ciri-ciri mengenai fisiknya dalam Al-Qur’an, Hadist, serta pendapat-pendapat dari seorang tokoh.
Perempuan yang telah menjadi suri teladan tersebut memiliki banyak keistimewaan, di antara keistimewaan-keistimewaannya adalah ia digolongkan sebagai perempuan terbaik di sepanjang zamannya. Hal itu telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an, Ali Imran, Ayat 42. “dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata : “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu, dan melebihkan kamu atas segala perempuan di dunia (yang semasa dengan kamu).
Sayyidah Maryam juga satu-satunya perempuan yang namanya dijadikan nama surah dalam Al-Qur’an dan namanya disebutkan oleh Allah sekitar 30 kesempatan, hal itu tentu mengandung hikmah. Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr Al-Anshari al-Qurthub menyebutkan sebagai berikut:
“Bahwa para raja dan orang-orang terpandang, mereka tidak pernah menyebutkan nama istrinya di depan rakyat, tidak pula mempopulerkan nama mereka. Akan tetapi, mereka menyebutkan istrinya dengan ungkapan pasangan, ibu, dan keluarga raja. Namun ketika mereka bersikap terhadap budak, mereka tidak merahasiakannya dan tidak menyembunyikan namanya. Ketika orang Nasrani mengatakan bahwa Maryam istri tuhan dan Isa anak tuhan, maka Allah terang-terangan menyebut nama Maryam. Dan tidak Allah sembunyikan dengan budak Allah atau hamba Allah, yang merupakan sifat asli Maryam. Dan allah jadikan hal ini sebagai kebiasaan orang Arab dalam menyebutkan budaknya”. (Tafsir al-Qurthub, jilid 6, hal 21).
Kelahiran Maryam
Hannah ibunda Maryam adalah seorang perempuan yang sudah lanjut usia, puluhan tahun kehidupannya hidup dengan Imran tidak kunjung memberikannya buah hati. Dan pada saat itulah ia bernazar, apabila nanti dikarunai seorang anak akan dikorbankan kepada Allah untuk menjadi pengabdi dan penjaga Rumah Suci (bait Allah) di Baitul Maqdis. Nazar tersebut diterima oleh Allah, hal itu dijelaskan oleh firmannya dalam Al-Qur’an, Ali Imran, Ayat 37. Yang berbunyi sebagai berikut:
“Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik, dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharaannya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di Mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata: “Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?”. Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakinya tanpa hisab.”
Maryam lahir dari kandungan ibunya dalam kondisi yatim, Imran yang menjadi ayahandanya wafat tatkala ia masih berada dalam kandungan. Dan pada saat itulah, ibundanya memanjatkan do’a kepada Allah agar melindungi bayinya dari kejahatan setan. Dan memang benar, para alim di masa-masa kemudian telah menjadi saksi bahwa Maryam adalah seorang yang terlindungi dari setan dan kenistaan. Sabda Nabi pun menjelaskan demikian:
“Setiap anak manusia pasti diganggu setan ketika dia lahir, sehingga dia menangis karena sentuhan setan. Kecuali Maryam dan putranya”. (HR. Bukhari 4548 dan Muslim 2366). Hannah mengasuh Maryam hanya sebentar, lantaran ia juga wafat pada saat mengantarkan bayinya ke masjid di Baitul Maqdis. Begitulah kondisi Maryam yang lahir sebagai yatim piatu. Nanti yang menjadi pengasuhnya adalah Nabi Zakaria, dia terpilih setelah adanya pengundian yang dilakukan di pinggir sungai Yordan.
Keperawanan Ibunda Maryam
Sedari kecil, Maryam sudah menjadi pengabdi dan menuntut ilmu di Masjid Baitul Maqdis dengan pendidikan disiplin, dan penempaan yang sangat berat. Hal itu telah membentuknya menjadi pribadi yang baik, tidak sembarangan berdekatan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Maryam adalah seorang wanita yang suci, ia tidak pernah menggoda laki-laki manapun. Peristiwa keperawanan Maryam telah disebutkan dalam Al-Qur’an, Surah Maryam, Ayat 19-22.
Dia (Jibril) berkata,”Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci”.
Dia (Maryam) berkata, “Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!”.
Dia (Jibril) berkata, “Demikianlah”. Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikanya suatu tanda (kebesaran allah) bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah hal itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan.”
Maka dia (Maryam) mengandung, lalu dia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.
Kelahiran Nabi Isa A.S adalah suatu hal yang unik, lantaran pada saat masih bayi sudah bisa bicara. Pada saat itu, Maryam memberi isyarat dengan jari tangannya kepada orang-orang yang berkerumunan di Masjidil Aqsa untuk memerhatikan bayinya. Namun. Hal itu justru membuat orang-orang jadi membencinya dan meluapkan kemarahannya. Dan benar, sang bayi yang ada dalam gendongan Maryam bisa berbicara. Hal ini dikisahkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
“Sesungguhnya aku ini hamba Allah, dia memberiku Al-kitab (Injil) dan dia menjadikan aku seorang Nabi dan dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup dan berbakti kepada ibuku, dan tidak menjadikannku seorang yang sombong dan celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku di lahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku di bangkitkan hidup kembali.” (QS, Maryam: 30-33).
Demikianlah kisah kesucian ibunda Maryam, salah satu sosok yang menjadi pembuka ahli surga kelak. Dan bukan hanya itu, beliau juga menjadi teladan bagi kita, khususnya kaum muslim. Beliau memang seorang yang terpilih, namun seharusnya kita mengambil pelajaran dari kisahnya, sifat-sifatnya, dan budi luhurnya. Wallahua’alam. []