Mubadalah.id – Filsafat menabalkan cara berada manusia sebagai eksistensialisme. Manusia menjadi istimewa karena ia satu-satunya makhluk hidup yang mampu bertanya. Manusia selalu mempertanyakan siapa dirinya, bagaimana keberadaannya, dan seperti apa dunianya. Kemampuan tersebut membuat manusia menjadi pusat dari segala sesuatu.
Ada kesadaran yang tumbuh dalam diri seorang manusia. Kesadaran tersebut membuat tema-tema filsafat tentang manusia atau filsafat manusia menjadi pembahasan yang tak lekang oleh zaman. Setiap orang membutuhkan jawaban atas pertanyaan eksistensial dalam diri.
Pertanyaan-pertanyaan eksistensial akan selalu ada, tidak akan pernah ada habisnya, dan akan terus muncul dari dalam diri manusia selama ia berada di dunia. Terutama, pertanyaan eksistensial tentang perempuan yang selalu problematis. Misalkan, bagaimana cara perempuan, utamanya muslimah, untuk menghadapi era disrupsi ini?
Menjadi muslimah adalah cara berada yang spesial. Eksistensi seorang muslimah dilapisi dua hal. Pertama, gender yang merupakan akibat konstruksi sosial. Kedua, sebagai pemeluk agama Islam yang kerap diterpa stigma. Dua lapisan itu bisa ditransformasikan menjadi kekuatan.
Beberapa tokoh Islam memberikan alternatif dan memaparkan langkah-langkah agar muslimah mampu mengaktualisasikan dirinya. Salah satunya adalah Musdah Mulia. Melalui konsep Muslimah Reformis, Bunda Musdah, demikian beliau kerap disapa, merumuskan beberapa cara bagi para muslimah agar trengginas menjadi perempuan yang berdaya.
Bunda Musdah tentu tak merumuskan ciri-ciri Muslimah Reformis tanpa alasan. Ada tujuan dan hal-hal yang melatarbelakangi rumusan tersebut. Termasuk pengalamannya malang-melintang di dunia aktivisme.
Menjadi Muslimah Reformis
Langkah pertama menjadi Muslimah Reformis adalah merdeka dan berkomitmen kuat. Dalam artian, kuat menjalankan ibadah hingga membentuk akhlak karimah dalam diri. Baik ibadah mahdah seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain maupun ibadah ghairu mahdah yang tidak terbentuk cara dan waktunya.
Kita bisa melaksanakan ibadah ghairu mahdah dengan beberapa hal. Sebagai misal, menolong orang miskin, kelompok disabilitas, membuang duri di jalanan agar kendaraan yang lewat tak terkena, merawat dan mendidik anak-anak yang membutuhkan perhatian kita, dan banyak lagi.
Beberapa alternatif yang bisa kita lakukan adalah merawat anak-anak jalanan dan anak-anak yang bermasalah dengan hukum agar mampu menyelesaikan masalahnya dan menjadi manusia berguna.
Atau, merawat dan mengasihi orang tua dan para lansia. Bisa juga dengan mengunjungi dan memberi bantuan untuk orang-orang sakit dan saudara-saudara lainnya yang mengalami musibah atau bencana alam.
Alternatif lain, kita bisa melakukan tugas-tugas intelektual seperti penelitian ilmiah yang berguna untuk kepentingan kemanusiaan. Misalnya, membela hak-hak orang yang tertindas dan teraniaya, mencegah terjadinya korupsi dalam bentuk apa pun, menjaga kelestarian alam agar tetap asri dan nyaman dan masih banyak alternatif lainnya.
Secara tegas, Islam menyatakan bahwa pada dasarnya jiwa manusia bersifat suci. Perjalanan hidup manusialah yang tercemar karena dosa. Manusia, seperti yang sering kita dengar, adalah tempatnya salah dan dosa. Kadang, manusia mengikuti hawa nafsu yang irasional, membujuk untuk berpaling dari fitrah kesucian.
Bentuk hawa nafsu bisa berupa takabur, sombong, arogan, dengki, iri hati, tamak, serakah, dan semua bentuk perilaku pemenuhan syahwat tanpa batas. Kesemuanya dikendalikan oleh nafsu, hal yang sebetulnya bisa ditaklukkan oleh manusia.
Eksekusi seorang Muslimah Reformis, sebagai cara-berada perempuan, akan tegar dalam menghadapi segala godaan hawa nafsu dalam kondisi apa pun. Karena itulah, hatinya pun akan senantiasa bersinar dan aktif dalam menyuarakan kebenaran.
Seorang Muslimah Reformis aktif melakukan perubahan ke arah positif dan konstruktif sertaaktif melakukan kerja-kerja kemanusiaan untuk mendorong perlindungan hak asasi kelompok rentan dan teraniaya. Sesungguhnya, kita bisa menegakkan kerja-kerja kemanusiaan dengan banyak hal.
Pertama, kita bisa melawan korupsi dengan berbagai macam cara. Kedua, kita bisa aktif melawan upaya-upaya pemiskinan dan pembodohan yang terjadi di sekitar kita. Termasuk, segala tindakan yang mengatasnamakan agama demi kepentingan politik dan lain sebagainya.
Ketiga, kita bisa aktif mengadvokasi masyarakat menuju kehidupan damai, adil, dan sejahtera. Hal ini bisa dimulai dari dalam lingkungan paling kecil. Misalnya, dari dalam rumah dan orang-orang di sekitar kita.
Perlu digarisbawahi bahwa seorang Muslimah Reformis mesti memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Tujuannya adalah untuk mencintai kerja-kerja pengembangan literasi, edukasi, publikasi dan advokasi.
Hal tersebut berdasarkan ajaran Islam yang menggaungkan ilmu dan pengetahuan serta mendorong manusia untuk menuntut ilmu sejauh mungkin. Kalau perlu, sampai ke negeri Cina. Menuntut ilmu juga mesti dilakukan sepanjang hayat, sejak lahir sampai ke liang kubur.
Ayat Al-Quran yang pertama dimulai dengan perintah membaca. Pepatah lama yang mengemukakan membaca adalah jendela ilmu dan pengetahuan. Saat ini, kita bisa menafsirkan perintah membaca dengan mengetahui isu terkini, lalu menarik sudut pandang yang berkesesuaian dengan kemaslahatan masyarakat.
Selain perintah membaca, ada pula beberapa ayat Al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan tentang keutamaan orang yang berilmu. Orang-orang yang mendedikasikan sepenuh hidupnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan mendapatkan keutamaan yang menyinari mereka.
Pengendalian ego dan hawa nafsu takkan sempurna apabila kita tak memiliki kepedulian dan rasa empati terhadap sesama manusia. Karena itu, dua hal tersebut mesti ditegakkan.
Muslimah Reformis juga digambarkan sebagai perempuan yang mandiri, aktif-dinamis, pekerja keras, dan penuh kedisiplinan. Suka berbagi dan senang membantu sesama. Hal ini bersuai dengan Al-Quran yang mengingatkan umat Islam untuk mendistribusikan harta demi kepentingan sosial.
Kaum Muslimin juga diwajibkan membayar zakat. Tentang zakat, seorang Muslimah Reformis tidak hanya diwajibkan untuk membayar zakat fitrah, tapi juga diajurkan untuk mengeluarkan zakat mal, berinfak, dan bersedekah bila mampu.
Bundah Musdah juga menganjurkan bahwa saat membayar zakat, bagi yang memiliki rezeki lebih, diusahakan tidak hanya membayar dalam porsi minimal, tapi juga berusaha untuk memberikan jumlah yang lebih tanpa riya dan pamer.
Ada hal yang agak berat, namun sedikit-banyaknya bisa kita lakukan yakni Muslimah Reformis diminta aktif membangun jaringan filantropi yang berdimensi waktu jangka panjang. Sebagai misal, melakukan pembebasan masyarakat dari illiterasi, kemiskinan, dan kekerasan.
Semua itu takkan bisa terwujud apabila serang Muslimah Reformis tidak terbuka pada perbedaan. Keterbukaan pada perbedaan memungkinkan seorang Muslimah Reformis untuk bersedia kerjasama dengan kelompok mana pun, dalam suasana persaudaraan dan penuh kedamaian.
Muslimah Reformis bukanlah perempuan yang tidak peduli pada persoalan sosial di sekitarnya. Hal ini agak sulit dipraktikkan oleh orang-orang yang introvert. Namun, sekali lagi, kita selalu bisa mengusahakannya.
Arkian, Muslimah Reformis juga diharuskan taat dalam menjalankan perintah agama. Ketaatan tersebut membawanya pada penghargaan terhadap orang lain yang juga taat dalam beragama, apa pun agamanya. Landasan penghargaan tersebut adalah kesadaran dan keyakinan bahwa perbedaan merupakan bagian dari kuasa Tuhan.
Singkatnya, Muslimah Reformis adalah seorang muslimah yang mengerti visi dan misi Islam. Visi Islam adalah agar semua manusia bisa jadi pemimpin di muka bumi. Setidak-tidaknya, bisa memimpin, menata, dan mengatur diri sendiri.
Misi Islam adalah amar ma’ruf nahi munkar yang bisa diartikan sebagai usaha-usaha untuk mengubah situasi agar menjadi lebih baik dan memanusiakan manusia.
Untuk mewujudkan visi dan misi Islam, Muslimah Reformis harus memulainya dari diri sendiri. Lalu berlanjut ke lingkungan keluarga kemudian meluas ke masyarakat. Seyogyanya, amar ma’ruf nahi munkar dilakukan dengan memakai cara-cara yang damai, sopan santun, dan melalui pendekatan yang manusiawi.
Tidak Sempurna
Kriteria-kriteria ideal yang telah ditentukan sesungguhnya menggambarkan proses, bukan hasil. Manusia adalah makhluk yang tak sempurna. Karenanya, menjadi Muslimah Reformis bukan merupakan tujuan, melainkan cara yang digunakan.
Bentuk eksistensi ini juga merupakan alternatif yang siapa pun bisa melaksanakan dan siapa pun punya hak untuk tak melaksanakannya. Usulan cara-berada ini sesungguhnya sangat mudah kita praktikkan. Barangkali, tantangannya adalah kita harus menemukan cara yang paling cocok dengan diri kita dan istiqomah dalam menjalankannya.
Cara-cara ini boleh semuanya langsung dipraktikkan, boleh juga dilaksanakan satu per satu. Sebagai cara, menjadi Muslimah Reformis tak bisa diukur oleh ruang dan waktu. Sebab, selama berproses, kita tak bisa memprediksi kapan proses yang dijalani akan berakhir. []