Mubadalah.id – Islam menegaskan mengenai besarnya pahala bagi suami istri mandi bersama. Pahala yang besar bagi suami istri mandi bersama itu merujuk pada teks hadis yang diriwayat Aisyah Ra. Isi hadis tersebut sebagai berikut :
Aisyah Ra berkata, “Aku pernah mandi bersama Nabi Muhammad Saw. dari satu bejana terbuat dari tembikar yang disebut faraq” (Shahih al-Bukhari).
Teks hadits ini, menurut Faqihuddin Abdul Kodir seperti dikutip di dalam buku 60 Hadis Shahih, mengisahkan tentang keintiman antara Aisyah Ra dan sang suami, Nabi Muhammad Saw.
Tentu saja, mandi bersama ini, kata dia, hanyalah contoh dari praktik keintiman agar cinta kasih antara suami istri terus selalu dipupuk, disemai, dan ditumbuhkan.
“Keintiman tidak harus selalu dengan hubungan kelamin sebagaimana dipikir oleh banyak orang. Tetapi, ia berlaku dalam semua aktivitas kebersamaan yang bisa melestarikan dan menumbuhkan kembali rasa ketenteraman dari yang satu kepada yang lain, rasa nyaman, penghargaan, penghormatan, pelayanan, dan tentu saja cinta kasih,” tulisnya.
Lebih lanjut, pria yang kerap disapa Kang Faqih itu menyebutkan, aktivitas yang seperti ini, secara umum, dibutuhkan oleh kedua belah pihak, suami dan istri. Pada saat yang sama, juga perlu dilakukan secara aktif oleh kedua belah pihak.
“Masing-masing harus melayani dan dilayani pada saat bersamaan. Memuaskan dan menikmati. Memulai dan meneruskan. Menggoda dan tersenyum,” ungkapnya.
“Mandi adalah salah satu aktivitas bersama yang sangat intim yang bisa menguatkan rasa kebersamaan yang cukup mendalam. Aktivitas lain bisa shalat bersama, makan bersama, dan jalan bersama,” tambahnya.
Sementara itu, Kang Faqih menuturkan, gagasan lain yang mungkin bisa dikaitkan adalah pentingnya mewujudkan momen kebersamaan antara suami istri dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
Misalnya, bagi suami-istri, baiknya memiliki kamar tersendiri yang bersama, bukan terpisah. Ini penting untuk memupuk kebersamaan tersebut. Sehingga, setiap ada masalah bisa diselesaikan ketika masing-masing masuk kamar bersama tersebut.
“Jika terpisah, seringkali kesalahpahaman antara suami istri dan sengketa akan semakin berlarut, buntu dan sulit terselesaikan. Dalam kamar yang sama, bisa diawali dengan sekadar senyum, atau gerakan-gerakan kecil untuk mengawali pembicaraan ketika sedang terjadi ketegangan,” jelasnya.
Maka, Kang Faqih menambahkan, mandi bersama juga bernilai pahala jika yang satu menyenangkan yang lain. Di sinilah arti dari ungkapan menikah adalah ibadah. Sebab, banyak sekali aktivitas antara suami dan istri yang akan dicatat oleh Allah Swt sebagai ibadah, dan mendapat pahala.
“Tentu saja, jika semua aktivitas ini dilakukan dalam semangat prinsip saling berbuat baik, saling melayani, saling menopang, dan saling membantu,” tuturnya.
“Hanya dengan rasa dan sikap kesalingan inilah, kebahagiaan hidup berumah tangga akan terwujud secara hakiki. Dan dengan inilah, sebuah pernikahan memiliki arti ibadah,” tukasnya. (Rul)