Mubadalah.id – Setiap orang tua pasti mengharapkan anak menjadi insan yang terbaik di masa depannya, dan mampu memberikan kebanggaan bagi orang tua. Tapi mom and dad, apakah semua keinginan terhadap anak bisa semua terwujud? Untuk menjawab itu, mari kita kenali konsep helicopter parenting terhadap perkembangan anak.
Tentu semua itu kembali lagi pada proses parenting yang diterapkan ya parents, Sebagai bentuk kasih sayang membuat para parent ingin melindungi dan menjaga anak dari segala macam hal yang dapat membahayakan anak. Akan tetapi jika hal tersebut terlalu berlebihan dalam pengasuhan anak ternyata kurang baik loh terhadap pembentukan kepribadian anak.
Setelah membaca artikel Ela Nurlaela di mubadalah.id mengenai penerapan pola asuh untuk keluarga ideal dijelaskan bahwa ada 4 jenis pola asuh dan pola 3 diantaranya cenderung kurang baik untuk diterapkan yaitu pola asuh otoriter, permisif, pengabaian.
Pola Pengasuhan yang Tidak Direkomendasikan
Setelah saya baca sumber lain, ternyata ada istilah psikologi mengenai parenting yang tidak direkomendasikan untuk parent terapkan pada anak yaitu Overparenting (helicopter parenting). Untuk lebih jelasnya mari kita ketahui bersama apa sih overparenting itu? Dan bagaimana dampak yang di timbulkan bagi anak dengan pola pengasuhan
Overaparenting atau helicopter parenting merupakan pengasuhan orang tua dengan terlalu mencemaskan tumbuh kembang anak dan cenderung berlebihan mengontrol segala sesuatu pada anak seperti interaksi pergaulan anak, aktivitas anak dan lain halnya yang terjadi pada anak.
Menurut pendapat ibu Pritta Tyas Pangestuti seorang psikolog klinis yang memberikan penjelasan dalam kanal youtobe parentalk.id bahwa ada ciri – ciri serta akibat dari overparenting anatara lain:
Pertama, Mengatur segala hal yang berkaitan dengan anak. seperti dalam hal memilih baju yang akan anak pakai, cara anak makan, jenis mainan apa yang harus anak mainkan, dll. Sehingga hal tersebut membuat rutinitas anak menjadi terlalu ketat dan semua hal diatur dengan harus sesuai keinginan orang tua. Artinya anak tidak diberi kesempatan dengan pilihan mengenai apa yang semestinya anak bisa lakukan dan butuhkan dalam usia perkembangannya.
Contoh konkrit misal baju apa yang digunakan anak, orang tua sudah pilihkan dan haruskan anak memakainya, minimalisir perilaku ini ya parent karena bisa membuat anak menjadi tidak kreatif, sebenarnya setiap anak punya keinginan loh parent salah satunya terhadap baju yang ingin ia pakai serta anak pula mampu memilih mana yang ia sukai dan menurut dia nyaman digunakan tanpa harus mam and dad pilihkan atau paksakan untuk memakainnya.
Jangan Cepat Menawarkan Bantuan
Kedua, Ciri kedua parents susah melihat anak mengalami kesulitan bahkan gagal, parent ingin anak terlihat selalu baik baik saja di mata parent maupun orang lain dan ketika anak mengalami kesusahan kadang ada keinginan orang tua cepat menawarkan bantuan. Misalnya dalam hal permainan, tentunya dalam setiap permainan pasti ada kesulitan serta cara untuk memecahkan kesulitan tersebut.
Contohnya permainan puzzle, anak biasanya tidak cepat untuk menyelesaikan permainan puzzle. Karena mereka dalam proses belajar yang berbeda dengan orang dewasa. Mungkin bagi orang dewasa bermain itu bisa selesai dalam hitungan menit bahkan detik sekalipun.
Jangan lakukan ini ya parents karena bisa merendahkan kepercayaan diri anak di masa depan. Setiap anak perlu kita beri kesempatan untuk melakukan tugasnya sendiri tanpa bantuan. Dan kita beri kesempatan anak untuk belajar berusaha mencapai keberhasilan dalam menyelesaikan tugasnya, supaya terbentuk kepercayaan diri pada jiwanya di masa depan.
Jangan Mencemaskan Tumbuh Kembang Anak
Ketiga, Orang tua terlalu mencemaskan tumbuh kembang anak sehingga membuat orang tua curi (start). Artinya parent menarik, mendahulukan atau mempercepat tugas perkembangan yang seharusnya tidak kita lakukan pada anak di usianya saat itu. Jadi orang tua tak usah khawatir ketika anak belum bisa membaca dan menulis di usia anak 3,5 atau 4 tahun.
Padahal secara tugas perkembangan waktu anak belajar baca tulis baru bisa mereka hadapi kesulitannya di usia 6 tahun anak. Artinya mam and dad sudah curi start 2 tahun lebih awal perkembangan si anak. Hindari ya parents ini mengganggu perkembangan nya baik emosi serta aspek psikologisnya dalam proses belajar.
Keempat, Orang tua yang selalu ingin melayani anak, artinya anak tidak kita beri tanggungjawab untuk melakukan tugasnya sendiri. Misal kegiatan mandi anak, orang tua sudah ambilkan handuknya, kita siapkan bajunya. Apabila mom and dad lakukan ini maka anak membentuk ketidakmandirian pada anak. Sehingga anak sulit dalam melakukan aktivitasnya serta tidak bertanggung jawab atas diri sendiri.
Padahal mom and dad ternyata secara perkembangannya anak umur 2 tahun sudah bisa loh kita mintai untuk mengambil handuknya sendiri. Lalu ambil dan memilih baju sendiri, asalkan lingkungan rumahnya mendukung. Artinya barang yang anak butuhkan mudah untuk ia jangkau dan ambil dengan aman.
Memberi Perlindungan Berlebihan
Kelima, Overprotektif pada anak. Artinya parent memberikan perlindungan yang berlebihan pada anak atau simpelnya ya orang tua yang ngga mau anaknya sedikitpun lecet. Heem… Biasanya orang tua seperti ini terlalu menjaga dan menghindari anak dari konflik. Kalau parent lakukan ini anak akan kesulitan di masa depan. Ketika ia menghadapi segala kesulitan, yang mungkin akan ia hadapi di usia perkembangan selanjutnya.
Padahal ya parents selama konflik yang terjadi pada anak itu tidak terlalu berbahaya. Maka hal tersebut mampu menumbuhkan kemampuan diri anak dalam pemecahan masalah ketika kelak ia menghadapi konflik loh. (bersambung)