Mubadalah.id – Dalam hal pendidikan bagi perempuan, Qasim Amin mengklasifikasikan jenis pendidikan menjadi tiga tingkatan secara berurutan.
Pertama adalah pendidikan yang wajib bagi setiap orang demi menjaga kehidupannya sendiri, dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadinya (kebutuhan primer setiap individu).
Kedua adalah pendidikan yang bermanfaat bagi keluarganya. Ketiga, pendidikan yang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekelilingnya.
Pendidikan kaum perempuan yang diperjuangkan oleh Qasim pada waktu itu lebih ditekankan pada jenis pendidikan yang pertama dan kedua.
Karena pendidikan jenis ketiga masih terlalu jauh jangkauannya. jika menerapkan bagi kaum perempuan Mesir.
Alasan yang lain, kondisi psikologis kaum perempuan dan kondisi sosiologis masyarakat yang masih memprihatinkan dan belum siap.
Namun walaupun begitu ia tetap menekankan bahwa ketiga jenis pendidikan tersebut merupakan kewajiban dan kebutuhan hidup bagi setap individu tanpa terkecuali.
Dalam memperjuangkan hak pendidikan perempuan ini, Qasim menemui banyak kendala yang justru timbul akibat dari asumsi-asumsi negatif tentang tabiat perempuan.
Asumsi-asumsi ini berasal dari teks-teks agama yang dipandang sebagai kebenaran mutlak, seperti asumsi masyarakat bahwa perempuan adalah makhluk yang akal dan agamanya lemah.
Pengaruh Sosiologis Arab
Pada hakikatnya asumsi ini terpengaruh oleh keadaan sosiologis bangsa Arab dulu, di mana perang menjadi kebiasaan.
Tidak sedikit penghasilan yang mereka peroleh dari barang-barang rampasan perang.
Dengan keadaan yang seperti ini, maka peran kaum perempuan tidak banyak diperhitungkan, sehingga keadaan yang berlangsung lama ini akhirnya menjadikan perempuan dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
Bahkan perempuan sama seperti harta rampasan perang lainnya. Ironisnya, asumsi ini terbawa sampai pada masa saat perang sudah tidak menjadi kebanggaan masyarakat Arab.
Menghadapi adat istiadat masyarakat Arab ini, Qasim tetap bersikukuh pada prinsip dan perjuangannya dalam membela hak pendidikan bagi kaum perempuan.
Alasannya karena pendidikan adalah hak setiap manusia, kaya atau miskin, lemah atau kuat, bodoh atau pandai.
Pendidikan adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidup dan menjadi kebutuhan bagi mereka semua tanpa pandang bulu.*
*Sumber: tulisan karya M. Nuruzzaman dalam buku Kiai Husein Membela Perempuan.