Mubadalah.id – Jika pergaulan sosial yang baik dengan umat yang berbeda menjadi prinsip dalam Islam, maka soal cara memulai dan menjawab salam kepada mereka adalah hal teknis belaka.
Prinsipnya adalah segala sesuatu yang menguatkan pergaulan sosial yang baik adalah baik dan dianjurkan.
Misalnya, jika warga suatu bangsa memulai dengan ucapan “selamat pagi”, kita bisa menjawab juga dengan “selamat pagi”. Begitu jugajawaban untuk “selamat siang” dan “selamat malam”, atau yang lain.
Demikian pula apabila ada golongan yang memulai dengan “assalamualaikum”, bisa dijawab dengan “waalaikum salam”.
Ketika seseorang memulai dengan bahasa daerah atau ungkapan dari tradisi agamanya masing-masing. Jika kita mampu, kita dapat menjawabnya sesuai dengan bahasa dan tradisi daerah tersebut.
Atau setidaknya kita dapat menjawabnya dengan ungkapan “terima kasih”. Sebab, senyuman sudah cukup untuk mengirim sinyal kebaikan kepada orang lain bahwa kita adalah sesama warga bangsa yang bersatu dan bersaudara.
Kita juga bisa memulainya dengan memberi salam kepada umat yang berbeda dari kita, dalam bentuk yang sudah lumrah, yang bisa kita lihat sebagai penguatan hubungan sosial, kehangatan, dan persaudaraan.
Bisa dengan salam kita, ucapan selamat pagi, atau ungkapan lainnya, yang merupakan tanda kehangatan dalam pergaulan.
Inilah bagian dari akhlak baik yang Baginda Nabi Muhammad Saw ajarkan kepada kita.*
*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Relasi Mubadalah Muslim Dengan Umat Berbeda Agama.