• Login
  • Register
Jumat, 9 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Radikalisasi Masuki Dunia Pendidikan di Indonesia, Benarkah?

Laelatin Nafi’ah Laelatin Nafi’ah
20/01/2020
in Publik
0
radikalisasi, pendidikan
290
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Radikalisme yang berkembang saat ini menjadi hal yang menarik untuk kita bahas. Awalnya radikalisme dianggap sebagai doktrin kekerasan yang diterapkan oleh Islam. Sedangkan sekarang radikalisme berkembang di beberapa bidang, salah satunya pendidikan. Hal inilah yang memicu keresahan para orang tua terhadap kelangsungan pendidikan anaknya. Seharusnya, terdapat sosialisasi tentang sistem dan legalitas lembaga pendidikan kepada para orang tua.

Terdapat beberapa data yang menyatakan bahwa radikalisme telah masuk ke perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Salah satunya yaitu menurut Direktur Riset Setara Institute, Halili mengungkapkan, sebanyak 10 perguruan tinggi negeri di Indonesia terpapar paham radikalisme.

Berdasarkan data di atas secara tidak langsung mendorong kita untuk melakukan survei lanjutan. Bisa jadi survei secara langsung ataupun mencari data-data lain yang mendukung. Sadar tidak sadar kita akan menjadi pengawas dadakan seluruh kegiatan yang dilakukan dari nama-nama perguruan tinggi di atas. Tidak disebutkan secara detail indikator yang pasti sehingga nama perguruan tinggi di atas dianggap terpapar radikalisme.

Namun satu hal yang pasti dalam hasil riset tersebut dikatakan bahwa adanya indikasi perkembangan wacana dan gerakan keagamaan eksklusif yang tidak hanya digencarkan oleh satu kelompok keislaman tertentu, tapi oleh beberapa kelompok, yaitu gerakan Salafi-Wahabi, Tarbiyah dan Tahririyah.

Menurut pakar, wacana ini ditandai dengan tiga hal yang bisa kita jadikan acuan untuk mengidentifikasi yaitu; Pertama, mereka cenderung berpegang teguh pada Al Quran dan Al Hadist tanpa memunyai pemahaman komprehensif. Kedua, Selalu beranggapan bahwa agama Islam dalam kondisi tertekan. Ketiga, mereka cenderung membenci individu atau kelompok yang berbeda pandangan dengan kelompoknya.

Baca Juga:

Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

Benarkah Menikah Menjadi Bagian dari Separuh Agama?

Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

Salah satu faktor yang menyebabkan kelompok eksklusifitas keagamaan itu sangat mudah berkembang di lingkungan kampus lantaran minimnya forum-forum diskusi. Ancaman paham ini tentu sangat bahaya karena dapat memicu perpecahan dan bisa menghancurkan persatuan dan kesatuan Indonesia. Karena dalam hal ini mereka mengabaikan iddeologi Negara Indonesia yaitu Pancasila.

Kembali ke faktor berkembangnya kelompok eksklusifitas di atas, minimnya forum-forum diskusi dari sini kita bisa mengkaji kalau memang ini menjadi faktor utama.

Forum diskusi memang mengalami kemunduran saat ini karena pengaruh perkembangan teknologi. Mengapa demikian, karena tanpa kita diskusi kita sudah bisa mengakses berbagai macam informasi. Tapi perlu diingat bahwa informasi yang kita dapat belum tentu kebenarannya.

Hal inilah yang seharusnya menjadi pegangan kita dalam bertindak dan melakukan sesuatu. Oleh sebab itu diskusi memang harus dikembangkan lagi. Apalagi diskusi tersebut dapat mendatangkan pemateri yang memang ahli dan sudah terbukti kredibilitasnya sehingga kita dapat belajar dan saling bertukar pikiran.

Belajar dan bertukar pikiran sangatlah perlu, karena kita hidup tidaklah sendiri dengan apa yang kita yakini. Apa yang kita anggap benar belum tentu benar juga di masyarakat. Sehingga belajar, berdiskusi bertukar pikiran dapat menjadi salah satu bekal dan juga benteng diri agar tidak mudah bagi kita untuk terpengaruh dengan paham-paham baru yang membahayakan.

Fenomena di atas mengajarkan bagi kita semua untuk lebih banyak lagi belajar tentang Islam secara menyeluruh dan mendalam sesuai dengan pedoman kita yaitu Al Quran dan hadist.

Perkuat Iman jangan mudah terpengaruh pada hal-hal yang belum tentu kebenarannya. Kaji terlebih dahulu, lalu cocokan dengan kajian lain, pakailah Al Quran dan hadist sebagau rujukan. Jangan lupa untuk memperbanyak berdiskusi dengan orang yang lebih paham supaya kita tidak  tersesat dalam pikira kita sendiri. Karena sesusngguhnya tersesat dalam pikiran sendiri itu lebih bahaya dibandingkan disesatkan oleh orang lain.[]

Laelatin Nafi’ah

Laelatin Nafi’ah

Terkait Posts

Vasektomi untuk Bansos

Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

9 Mei 2025
Vasektomi

Tafsir Sosial Kemanusiaan: Vasektomi, Kemiskinan, dan Hak Tubuh

8 Mei 2025
Barak Militer

Mengasuh dengan Kekerasan? Menimbang Ulang Ide Barak Militer untuk Anak Nakal

7 Mei 2025
Jukir Difabel

Jukir Difabel Di-bully, Edukasi Inklusi Sekadar Ilusi?

6 Mei 2025
Budaya Seksisme

Budaya Seksisme: Akar Kekerasan Seksual yang Kerap Diabaikan

6 Mei 2025
Energi Terbarukan

Manusia Bukan Tuan Atas Bumi: Refleksi Penggunaan Energi Terbarukan dalam Perspektif Iman Katolik

6 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Kesaksian Perempuan

    Kritik Syaikh Al-Ghazali atas Diskriminasi Kesaksian Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tafsir Sosial Kemanusiaan: Vasektomi, Kemiskinan, dan Hak Tubuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Melalui Noble Silence dan Khusyuk sebagai Jembatan Menuju Ketenangan Hati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Saksi Perempuan Menurut Abu Hanifah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?
  • Benarkah Menikah Menjadi Bagian dari Separuh Agama?
  • Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa
  • Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri
  • Kopi Kamu: Ruang Kerja Inklusif yang Mempekerjakan Teman Disabilitas

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version