• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Melihat Keterlibatan Perempuan dalam Tradisi Nyadran Perdamaian di Temanggung Jawa Tengah

Tradisi Nyadran Perdamaian merupakan potret nyata pentingnya kolaborasi laki-laki dan perempuan dalam menciptakan perdamaian di masyarakat

Hoerunnisa Hoerunnisa
01/02/2023
in Pernak-pernik
1
Nyadran Perdamaian

Nyadran Perdamaian

665
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Rasa penasaran saya pada salah satu tradisi unik nyadran perdamaian, akhirnya menghantarkan saya ke salah satu Dusun bernama Krecek dan Gletuk yang terletak di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah pada hari Kamis, 26 Januari 2023.

Tradisi masyarakat tersebut terkenal dengan istilah ‘Nyadran Perdamian’, acaranya rutin mereka lakukan setiap tahunnya secara turun temurun oleh masyarakat Dusun Krecek dan Dusun Gletuk. Yakni pada hari Jumat Kliwon bulan Sya’ban/Ruwah (kalender Hijriyah dan Jawa). Tujuannya untuk mendoakan arwah leluhur sekaligus sebagai wujud kerukunan antar pemeluk agama. Seluruh masyarakat Dusun Krecek dan Gletuk iring-iringan dengan membawa makanan menuju pemakaman umum setempat. Lalu berlanjut dengan doa lintas iman serta makan bersama.

Prosesi ’Nyadran Perdamaian’ diikuti oleh semua kalangan masyarakat. Dari mulai orang tua dan pemuda, laki-laki dan perempuan, serta berbagai identitas agama. Dan ‘Nyadran Perdamaian’ tahun 2023 ini mengangkat tema ‘merawat tradisi lintas generasi, menggali nilai dan budaya lokal’.

Sesampai di Dusun Krecek saya disambut hangat oleh masyarakat, kami saling berbincang sambil menikamati banyak hidangan makanan. Salah satunya dengan ibu Kirmi. Ia merupakan sosok perempuan yang terlibat aktif dalam acara ‘Nyadran Perdamaian’ tahun 2023 ini.

Keterlibatan Perempuan

Keterlibatan perempuan dalam kegiatan masyarakat, khususnya di pedesaan adalah momen langka. Karena seringkali perempuan tidak terlibat dalam kepanitian. Bahkan di hari acara berlangsung, terkadang ia hanya dilibatkan di bagian dapur saja. Tapi berbeda dengan tradisi Dusun Krecek, saya melihat jelas bagaimana keterlibatan perempuan berlangsung. Salah satunya adalah bu Kirmi, ia terlihat aktif mengkoordinir peserta, melakukan persiapan dan aktif berkomunikasi dengan panitia lainnya.

Baca Juga:

Merariq Kodek: Ketika Pernikahan Anak Jadi Viral dan Dinormalisasi

Menjembatani Agama dan Budaya: Refleksi dari Novel Entrok Karya Oky Madasari

Tana Barambon Ambip: Tradisi yang Mengancam Nyawa Ibu dan Bayi di Pedalaman Merauke

Filosofi Bunga Telur, Tradisi Suku Melayu di Kalimantan Barat

Setelah berbincang panjang dengan bu Kirmi, ternyata ia adalah sosok perempaun penggerak di Dusun tersebut. Ia selalu aktif mengkoordinir perempuan Dusun untuk ikut serta dalam kegiatan masyarakat, termasuk acara “Nyadran Perdamaian’. Kesehariannya ia menjadi seorang guru TK sekaligus koordinator Sekolah Perempuan Catur Manunggal di Temanggung, Jawa Tengah.

Bu Kirmi merupakan ketua koordinator ‘Nyadran Perdamaian’ tahun lalu. Sekarang menjadi koordinator acara di ‘Nyadran Perdamaian’ tahun 2023. Ia menilai bahwa tidak ada salahnya perempuan terlibat dalam kegiatan masyarakat, apa lagi acara tradisi besar seperti ‘Nyadran Perdamaian’ ini, justru kolaborasi antara peran perempuan dan laki-laki sangat kita butuhkan.

Selain itu, kegiatan tersebut bisa menjadi ruang atau ajang bagi perempuan untuk belajar juga, terlebih keadaan ibu-ibu di Dusun sana yang cenderung mudah mereka koordinir serta entengan bisa bermanfaat untuk kelancaran acara ‘Nyadran Perdamaian’ tersebut.

“Melibatkan perempuan dalam kegiatan masyarakat menjadi tantangan besar menurut saya”, ucap bu Kirmi. Latar belakang karakteristik perempuan Dusun Krecek dan Dusun Gletuk yang cenderung pemalu dan tidak percaya diri membuat bu Kirmi sangat ekstra mencari strategi yang tepat agar mereka mau terlibat. Nah salah satu strateginya dengan memberikan edukasi dan tantangan lewat kegiatan ‘Sekolah Perempuan’.

Pelibatan Perempuan Sejak 2019

Keterlibatan perempuan dalam ‘Nyadran Perdamaian’ terjadi sejak tahun 2019. Karena sebelumnya prosesi hanya laki-laki yang mengikutinya. Hal tersebut berangkat dari pertanyaan besar masyarakat terkait, “apakah perempuan bisa mengikuti proses kegiatan Nyadran tersebut?” Setelah mereka telurusi ternyata tidak ada larangan. Akhirnya masyarakat memutuskan untuk melibatkan perempuan baik dalam proses penyiapan maupun pada saat acara berlangsung.

Sebenarnya secara tradisi masyarakat perempuan bebas melakukan peran sosial apapaun, sama sekali tidak ada pergunjingan. Hanya saja kesadaran pentingnya keterlibatan perempuan dalam ‘Nyadran Perdamaian’ baru-baru ini terjadi setelah Aman Indonesia menghadirkan Sekolah Perempuan di Dusun tersebut.

Mbah Sukoyo selaku ketua Dusun Krecek juga mempertegas bahwa keterlibatan perempuan sangat penting dalam acara ‘Nyadran Perdamaian’ ini. Menurutnya perempuan juga memiliki kewajiban serta hak yang setara untuk mengetahui ritual yang sakral, mendoakan nenek moyang, mengetahu tata cara ritual dan hidup bersosialisasi.

Selain itu karena ‘Nyadran Perdamaian’ tersebut memiliki makna dalam yaitu menjaga nilai-nilai toleransi dan menggali nilai budaya lokal tentu harus selalu diturunkan pada anak-anak. Maka perempuan yang juga berperan merawat anak harus memahaminya dan mengedukasikannya pada anak-anaknya.

“Kini di setiap kepanitaan selalu melibatkan perempuan, entah di seksi acara atau yang lainnya. Bahkan kepanitiaan Nyadran Perdamaian kali ini wakil koordinatornya juga perempuan dari Dusun Gletuk” tegas Bu Kirmi. Akses yang setara antara perempuan dan laki-laki dalam peran masyarakat terlihat juga ketika proses pemilihan kordinator. Menurut bu Kirmi pemilihan mereka lakukan atas dasar musyawarah tanpa memandang jenis kelamin.

Tradisi Nyadran Perdamaian merupakan potret nyata pentingnya kolaborasi laki-laki dan perempuan dalam menciptakan perdamaian di masyarakat. Semoga tradisi baik ini bisa menjadi contoh bagi daerah-daerah lainnya agar melibatkan secara penuh perempuan dalam acara kegiatan kemasyarakatan. []

Tags: BudayaNusantaraNyadran PerdamaianTemanggungTradisi
Hoerunnisa

Hoerunnisa

Perempuan asal garut selatan dan sekarang tergabung dalam komunitas Puan menulis

Terkait Posts

KDRT

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

7 Juni 2025
Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

6 Juni 2025
Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Aurat

Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

5 Juni 2025
Batas Aurat

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Fikih Ramah Difabel

Menggali Fikih Ramah Difabel: Warisan Ulama Klasik yang Terlupakan

5 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Masyarakat Adat

    Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID