Mubadalah.id – Islam menegaskan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang paling terhormat di antara makhluk Tuhan yang lain.
Kitab suci kaum Muslimin menyatakan hal ini sangat eksplisit dan serius: “Wa laqad karramna bani Adam (Kami sungguh-sungguh memuliakan anak cucu Adam).
Ayat ini menunjukkan penghormatan Tuhan kepada seluruh manusia, siapa pun ia dan apa pun latar belakangnya.
Tidak ada seorang ulama pun yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan manusia dalam ayat tersebut dikhususkan pada satu kelompok, suku, jenis kelamin, kelas, kebangsaan, atau penganut agama tertentu.
Manusia dalam ayat itu meliputi semua manusia di mana pun dan kapan pun, tanpa membedakan identitas sosial, kultural, dan agamanya.
Keistimewaan dan keunggulan manusia dibandingkan makhluk Tuhan lainnya lebih karena ia diberi akal intelektual atau akal budi.
Tidak ada makhluk Allah Swt yang mempunyai alat canggih ini selain manusia. Berkat keunggulan akal intelektual itulah, manusia menjadi makhluk yang Tuhan berikan untuk tugas dan tanggung jawab mengatur, mengelola, menyusun sistem, dan menciptakan peradaban.
Tugas utama manusia adalah menyejahterakan manusia di muka bumi, atau dalam bahasa agama kita mengenalnya dengan mashaalihul ibad fil ma’aasy wal maad.
Tugas kemanusiaan ini dalam al-Qur’an sebut sebagai khalifatul fil ardh. Nabi Muhammad Saw. pernah mengatakan tentang keistimewaan akal budi manusia: “Ciptaan pertama Tuhan adalah akal” (HR. Abu Dawud).
Beliau kemudian menyampaikan firman Allah Swt:
“Demi keagungan dan kebesaran-Ku, Aku tidak menciptakan sesuatu yang lebih mulia di hadapanKu kecuali kamu (akal). Denganmu, Aku meminta, denganmu, Aku memberi: denganmu, Aku meminta pertanggungjawaban kamu, dan denganmu pula, Aku menghukummu.”*
*Sumber: tulisan KH. Husein Muhammad dalam buku Islam Tradisional yang Terus Bergerak.