Mubadalah.id – Jika merujuk pandangan Abdul Rahman bin Syaibah, seperti dikutip al-Thabari dalam tafsir Jami’ al-Bayan menceritakan ketika Allah Swt merespon dan mendengar suara Ummu Salamah (perempuan). Kisah tersebut sebagai berikut:
“Aku mendengar Ummu Salamah, istri Nabi saw mempertanyakan kepada Nabi, Wahai Nabi, mengapa kami (kaum perempuan) tidak (jarang sekali) disebut-sebut dalam al-Qur’an, tidak seperti laki-laki?.”
Setelah menyampaikan pertanyaan itu Ummu Salamah tidak melihat Nabi, kecuali mendengar suaranya di atas mimbar. Ummu Salamah bercerita,
“Waktu itu aku sedang menyisir rambut. Aku segera membenahi rambutku lalu keluar menuju suatu ruangan. Dari balik jendela ruangan itu aku mendengar Nabi berbicara di atas mimbar masjid di hadapan para sahabatnya.”
Nabi Bersabda, “Ayyuha al-Nas” (Wahai manusia), perhatikanlah Firman Allah ini:
“Bahwa sesungguhnya laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan yang berimanjlaki-laki dan perempuan yang patuh (kepada Allah), laki-laki dan perempuan yang jujur, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusuk.
Laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki yang menjaga kemaluan mereka (dari yang Allah Swt haramkan).
Begitu pula perempuan, laki-laki yang banyak mengingat Allah, begitu pula perempuan, Allah menyediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS. al-Ahzab ayat 35).
Allah Swt Merespon Suara Perempuan
Lihatlah bagaimana Allah dan Nabi saw mendengarkan dan merespon dengan cepat suara-suara perempuan yang mengadukan pikiran dan keluh kesahnya.
Ummu Salamah, istri Nabi yang cerdas adalah representasi dari kaum perempuan. Tampaknya, ia bukan sekedar bertanya tapi mempertanyakan hak-haknya yang banyak berbeda dengan laki-laki.
Pertanyaan itu merefleksikan sebuah pandangan kritis Ummu Salamah. Dia seakan ingin mengatakan,
“Mengapa Nabi berlaku diskriminatif terhadap perempuan? Mengapa Nabi seakan tidak menaruh perhatian terhadap hak-hak perempuan, sebagaimana kepada laki-laki?.”
Kemudian, Nabi saw dengan segera menyampaikan klarifikasinya berdasarkan wahyu Allah dan menegaskan, laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama dalam berbagai aspek kehidupan, baik spiritual maupun sosial dan privat maupun publik.
Perhatikan pula, pernyataan klarifikatif ini Nabi sampaikan kepada seluruh manusia: “Ayyuha al-Nas,” (Wahai manusia). Ini menegaskan, ideologi kesetaraan lelaki dan perempuan bersifat dan berlaku universal.*
*Sumber: tulisan KH. Husein Muhammad dalam buku Ijtihad Kyai Husein, Upaya Membangun Keadilan Gender.