Mubadalah.id – Hadits ke-15 ini menjelaskan mengenai hak perempuan untuk kerja sosial dan komersial sebagai berikut:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه: أَنَّ امْرَأَةً سَوْدَاءَ كَانَتْ تَقُمُّ الْمَسْجِدَ فَفَقَدَهَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَسَأَلَ عَنْهَا بَعْدَ أَيَّامٍ فَقِيلَ لَهُ إِنَّهَا مَاتَتْ قَالَ فَهَلاَّ آذَنْتُمُونِى فَأَتَى قَبْرَهَا فَصَلَّى عَلَيْهَا. رواه ابن ماجه في سننه، رقم الحديث: 1594، ، كتاب الجنائز، باب ما جاء في الصَّلاَةِ عَلَى الْقَبْرِ.
Terjemahan: Dari Abu Hurairah ra, berkata: Ada seorang perempuan kulit hitam yang biasa membersihkan masjid. (Suatu hari), Nabi Saw mencarinya dan menanyakan kabarnya (karena tidak terlihat) selang beberapa hari. Ketika disampaikan: bahwa ia telah meninggal dunia, Nabi Saw kaget: “Mengapa kamu tidak memberitahuku”. Kemudian Nabi Saw mendatangi kuburannya dan shalat di atasnya. (Sunan Ibn Majah, no. Hadis: 1594).
Sumber Hadis: Hadis ini diriwayatkan Imam Ibn Majah dalam Sunannya (no. Hadis: 1594), juga Imam Bukhari dalam Sahihnya (no. Hadis: 458, 460, 1350), Imam Muslim dalam Sahihnya (no. Hadis: 2259), dan Imam Ahmad dalam Musnadnya (no. Hadis: 8754, 9159, dan 9395). (Baca: Membincang Feminisme, Bagaimana Gerakan Perempuan Membongkar Peran Gender)
Penjelasan singkat: Dalam riwayat lain disebutkan bahwa para sahabat tidak menceritakan kematian perempuan itu kepada Nabi Saw, karena mereka meremehkannya. Sebaliknya, Nabi Saw ingin menggugah kesadaran mereka dan menunjukkan betapa besar posisi perempuan tersebut dan betapa apresiasi terhadapnya adalah penting, bahkan setelah kematiannya sekalipun. Nabi Saw mendatangi kuburannya, menshalati dan mendoakannya.
Hadis ini memberi pelajaran banyak hal, di antaranya: pentinganya menghormati setiap orang (terutama perempuan) dengan profesi apapun, bolehnya perempuan melakukan kerja-kerja di ruang publik termasuk di tempat-tempat ibadah, dan wajibnya memberikan apresiasi terhadap kerja-kerja tersebut. Dalam masyarakat yang abai terhadap perempuan, biasanya mereka dituntut untuk kerja-kerja yang bersifat sosial dan tanpa imbalan, alias gratis. Begitu pekerjaan sosial tersebut memilki imbalan ekonomis, mereka akan disisihkan dan digantikan oleh laki-laki. Hak perempuan untuk kerja sosial dan komersial tergambar dalam hadis di atas.
Praktik seperti ini merupakan penistaan terhadap martabat kemanusiaan perempuan, diskriminasi gender yang paling kentara, dan jelas sekali menyalahi teladan Nabi Saw dalam teks hadis di atas. Memang dalam teks itu tidak bicara imbalan ekonomis, karena pada saat itu hampir semua aktivitas bersifat sosial dan tanpa imbalan. Termasuk mengajar tanpa imbalan. Mengobati orang sakit dan tentara yang terluka juga demikian. Jika pada akhirya aktivitas tersebut memiliki imbalan ekonomis, maka perempuanpun harus diapresiasi dan tidak boleh disisihkan.