Mubadalah.id – Relasi hubungan suami istri harus selalu diperkuat dengan perilaku yang membangun. Ibarat rekening bank, setiap suami atau istri melakukan perilaku pembangun, maka ia sedang setor pada rekening hubungan mereka.
Sebaliknya, perilaku penghancur atau buruk adalah tarikan dari rekening hubungan tersebut. Rekening hubungan menjadi kuat ketika setoran lebih banyak dari tarikan.
Ada lima hal utama yang disebut sebagai bahan bakar cinta, yaitu kalimat positif, kehadiran yang berkualitas, kontak fisik, kado atau hadiah, dan memberi layanan.
Kelima hal ini dibutuhkan dalam relasi suami dan istri, tetapi tidak semua orang membutuhkan kelima-limanya.
Bisa saja ada yang cukup memiliki satu atau dua saja. Begitu pun level, kadar, urutan, kualitas, dan kuantitasnya berbeda dari satu orang ke orang lain.
Suami dan istri harus bisa mengenali kebutuhan masing-masing untuk diungkapkan kepada pasangan. Suami dan istri juga harus mengenali kebutuhan pasangannya untuk selalu mereka saling penuhi dan layani.
Mengenali, berekspresi, berkomunikasi, dan saling melayani menjadi niscaya dalam membangun hubungan yang kuat dalam relasi suami istri.
Tentu saja tempat, waktu, dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pasangan juga perlu kita perhatikan.
Ketika bahan bakar berkurang, apalagi minus, maka hubungan bisa menjadi buruk atau macet. Semua menjadi serba salah, gampang tersinggung, dan mudah marah.
Pada kondisi seperti ini, hubungan menjadi sulit untuk saling memberi kasih (rahmah) dan cinta (mawaddah), rumah tangga pun menjadi sulit untuk bahagia (sakinah).
Kondisi inilah yang kita sebut teks Hadis di atas sebagai laknat. Dalam bahasa Arab, laknat adalah jauh dari rahmah atau kasih sayang.
Hal ini terjadi karena sebelumnya suami dahului dengan marah-marah dan istri yang menolak keras (tanpa alasan logis) ajakan untuk berhubungan seksual. []