Mubadalah.id – Di tahun 2016 yang lalu, Rakyat Palestina berbangga dan bersuka ria dengan terpilihnya Hanan Al-Hroub sebagai pemenang dalam Global Teacher Prize. Sosok wanita inspiratif yang berjuang di bidang Pendidikan demi anak-anak di kampung pengungsian. Ia fokus pada penanganan trauma kekerasan pada anak-anak Palestina di pengungsian.
Siapakah sosok Hanan Al-Hroub?
Hanan Al-Hroub besar dan tumbuh di kampung pengungsian Palestina, tepatnya di perbatasan Bethlehem. Daerah yang sangat familiar dengan kekerasan yang biasa terjadi. Hidup sebagai warga pengungsi bukanlah hal yang mudah baginya.
Setiap hari, harus bertahan dengan pasokan makanan seadanya. Rasanya hampir tidak ada kenangan yang indah. Apapun yang mereka butuhkan selalu terbatas. Semua warga Palestina merasakan hal tersebut, bahkan bagi mereka yang tidak berada di kampung pengungsian.
Hanan Al-Hroub menghabiskan waktunya sehari-hari sebagai seorang guru pengungsian di kampungnya. Keinginannya menjadi seorang guru berdasarkan pengalamannya sebagai ibu dari anak-anaknya yang mengalami trauma mendalam akibat insiden penembakan.
Kedua putrinya menyaksikan secara langsung sang ayah yang terbunuh akibat senapan senjata dari tentara Israel. Sejak saat itu, perilaku dan keprbadian anaknya berubah drastis dan mengalami kemunduran dari segi akademisnya.
Konsep mengajar dengan damai
Palestina adalah negara yang masih berada dalam jajahan Israel. Setiap hari anak-anak Palestina menerima informasi akibat kekerasan yang terjadi di kampung pengungsian. Tak hanya itu, anak-anak pun kerap menyaksikan secara langsung peristiwa penembakan oleh tantara Israel. Hal ini tentu mengakibatkan trauma yang mendalam bagi anak-anak Palestina.
Oleh karena itu, situasi ini tentu menuntut kehebatan seorang guru dalam proses belajar mengajar di lingkungan sekolah. Guru harus lebih kreatif untuk mendidik pribadi yang terampil, berkarakter baik, dan bijak dalam melihat peristiwa di sekelilingnya.
Sebagai seorang guru pejuang di pengungsian, Hanan Al-Hroub memiliki slogan ‘’Tidak ada kekerasan’’ dalam mengajar. Ia membawa segala peristiwa kekerasan yang terlihat oleh anak-anak di jalanan ke dalam kelas. Nantinya, kekerasan tersebut diubah menjadi sebuah permainan yang akan menyelesaikan kekerasan dan ketegangan itu.
Hanan berupaya untuk membebaskan pikiran anak-anak dari kekerasan dan mengubahnya menjadi dialog keindahan. Hal ini pula berhasil menepis tuduhan Israel yang menganggap bahwa anak-anak Palestina tumbuh dengan jiwa kekerasan, kebencian, dan radikalisme.
Dia fokus pada pengembangan hubungan saling percaya, jujur, hormat, dan penuh kasih sayang. Dia mendorong siswanya untuk bekerja sama, memperhatikan kebutuhan individu dan menghargai perilaku positif.
Selain itu, Hanan berusaha menciptakan ruang aman dan damai di dalam kelas bagi siswanya. Hal ini bertujuan agar siswanya tidak memiliki trauma berkepanjangan terhadap kejadian-kejadian penembakan di luar sana.
Pendekatannya telah banyak menghasilkan penurunan perilaku kekerasan di sekolah, hal ini terjadi karena faktor lingkungan.
Hanan berambisi untuk menciptakan rasa damai bagi anak-anak Palestina. Baginya, anak-anak yang tumbuh di kampung pengungsian memiliki hak untuk menikmati masa kecil mereka dengan damai.
Peraih predikat sebagai guru terbaik dunia
Di tahun 2016, Global Teacher Prize mengumumkan predikat guru terbaik di dunia berhasil dimenangkan oleh guru pejuang asal Palestina, yaitu Hanan Al-Hroub. Ia keluar sebagai pemenang karena kepiawaiannya dalam menangani trauma kekerasan yang terjadi pada anak-anak di kampung pengungsian.
Penghargaan ini ia raih di tengah-tengah kondisi Palestina dan Israel bersitegang. Uang senilai 1 juta dolar sebagai hadiah dari prestasinya tersebut pun banyak terpakai untuk membantu para siswanya.
Hanan Al-Hroub bersaing dengan 10 kandidat guru dari berbagai negara, seperti Pakistan, India, Inggris, Australia, Kenya, Finlandia, Jepang, dan dua guru dari Amerika Serikat.
Baginya, sosok guru di manapun dan kapanpun berada harus mampu mengubah dunia dengan cara-cara yang kreatif dan bermoral.
Sosok Hanan Al-Hroub mampu membuktikan bahwa pendidikan sangatlah penting bagi suatu negara. Pendidikan adalah satu-satunya senjata untuk mengembalikan semua yang tercabut dalam hidup anak-anak di kampung pengungsian. []