• Login
  • Register
Rabu, 4 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Bu Nyai Farida sebagai Epitome Kesetaraan Tebuireng

Sikap kepemimpinan Bu Nyai Farida menunjukkan kepada saya. Bahwa menjadi Bu Nyai, tidak harus membaca kitab di depan para santri

Ayu Bejoo Ayu Bejoo
23/08/2024
in Figur
0
Bu Nyai Farida

Bu Nyai Farida

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bu Nyai Farida ialah bagian dari Tebuireng. Pondok Pesantren Tebuireng adalah wadah para santri dan santriwati menggali potensi dan berkreasi. Tidak hanya sekadar mencari barokah kiai. Tebuireng terkenal tidak hanya menjadi sarang ketekunan dan keilmuan samawi. Tidak hanya menjadi latar perwujudan yang unggul berdasarkan nama pendiri. Namun Tebuireng adalah kolaborasi akan kecintaan terhadap keilmuan yang wajib memahami. Juga pemaknaan konsep kehidupan yang kian bertranformasi pada materi dan unggul mewakili tiap generasi.

Dari kebanyakan pondok pesantren di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Saya sangat mengagumi entitas Pondok Pesantren Tebuireng. Terlebih dengan niat mencari ridho dari K.H. Hasyim Asy’ari almaghfurlah dan almarhum Gus Dur. Saya juga mendapati pengasuh yang pada saat itu ialah K.H. Salahuddin Wahid atau yang lebih mafhum dengan Gus Sholah.

Di tahun saya memulai pembelajaran di Tebuireng, saya terkesan agak kaget. Ternyata Pondok Pesantren yang namanya sudah terkenal seantero nusantara. Tidaklah seperti pesantren-pesantren yang dominan oleh anggapan pemikiran masyarakat. Bahwa pesantren hanya sekadar belajar membaca kitab. Bahwa pesantren adalah tonggak tertinggi pendahuluan terhadap laki-laki dan perempuan dikemudiankan.

Ternyata, konsesi kesetaraan di Pesantren Tebuireng tidak hanya menghilangkan diskriminasi pada santriwati. Melainkan juga mendorong emansipasi, persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan.

Di sinilah saya mulai mengenal sosok yang di kemudian hari akan mengingatkan saya. Pada jejak langkah ulama perempuan yang berkiprah pada keadilan dan kesetaraan.

Baca Juga:

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Bu Nyai Farida Salahuddin Wahid

Nyai Farida Salahuddin Wahid, sosok di belakang kedermawanan Kiai Teknokrat, Gus Sholah. Bu Nyai Farida ialah perempuan yang berdikari meski memiliki privilege dari keluarga yang mumpuni. Saya baru menyadari, sosok inspiratif pada setiap pemikiran santri tidak hanya terbatas dengan keilmuan yang tinggi. Dari Bu Nyai Farida, banyak kisah-kisah inspiratif yang mungkin orang menganggap hal yang sepele. Namun sangat mendominasi untuk memisahkan perkara baik dan buruknya karakter manusia.

Sosok Bu Nyai Farida terkenal di kalangan santriwati dengan sebutan Bu Nyai trendi. Bu Nyai Farida selalu mengenakan pakaian yang tidak hanya sopan, namun juga enak dipandang. Fashion adalah kekuatan dari perempuan, kata beliau.

Yang paling terlihat ialah, di mana pun Gus Sholah berdiri, di situ ada Bu Nyai Farida. Seakan-akan mengatakan kepada kami, bahwa pendampingan kepada suami adalah hal yang paling utama. Namun keberadaan beliau tidak pernah terlihat sebagai pendampingan belaka. Bu Nyai kerap memberikan instruksi, tidak hanya mengikuti.

Menjadi sosok yang menyempurnakan keterampilan suami. Baginya, mendampingi perjalanan suami merupakan kewajiban yang harus beliau tunaikan. Alih-alih membiarkan orang-orang melihat sebelah mata. Bu Nyai kerap mengadopsi pemikiran, apa pun yang kamu lakukan, lakukanlah yang terbaik. Untuk dirimu sendiri, bukan untuk mengubah pendapat orang lain tentang bagaimana seharusnya kamu bersikap.

Saya masih ingat, ketika Bu Nyai Farida mengisi seminar kegiatan diklat pesantren. Bu Nyai Farida menceritakan kehidupan beliau di waktu belia. Kehidupan keluarga beliau yang pembinanya oleh ayahanda K.H. Saifuddin Zuhri tampak sangat tegas dan disiplin.

Walaupun ia dan adik-adiknya masih berusia dini. Namun, ketegasan dan kedipilinan yang terbentuklah. Yang membuat sikap Bu Nyai terhadap segala sesuatu terasa efektif. Menghargai waktu adalah kunci utama dalam segala hal. Bersikaplah bahwa waktu menjadi satu di saat masih ada waktu yang belum tentu berlalu. Itulah pedoman beliau.

Pentingnya Sikap Disiplin

Kedisiplinan inilah yang membuat sosok Bu Nyai Farida terkenal dengan ketepatan waktu dan kebersihan yang terjaga. Baginya, sangat penting memulai kebaikan dari diri sendiri. Tentunya dimulai dengan menjaga kebersihan pondok pesantren. Oleh karena itu, bukan sebuah kebetulan. Sejak pengasuh Tebuireng ialah K.H. Salahuddin Wahid. Tebuireng pun terkenal dengan sebutan pesantren yang bersih dan sehat. Terbukti dengan adanya klinik kesehatan pesantren yang mafhum dengan poskestren.

Tentunya hal ini tak lepas dari pola asuh yang dibina oleh Gus Sholah. Terlebih didampingi oleh sosok seperti Bu Nyai Farida. Bahkan, pernah suatu ketika Gus Sholah dan Bu nyai Farida terlihat memungut sampah. Ketika lewat halaman pesantren. Tentu hal seperi ini dapat menjadi contoh secara langsung bagi para santri dan santriwati. Menjadi cambuk untuk introspeksi kesadaran diri.

Bu Nyai Farida adalah sosok yang memiliki perhatian tinggi pada kebersihan dan kesehatan para santri. Bu Nyai Farida tidak sungkan untuk melakukan inspeksi ke kamar-kamar santri. Bahkan ke dapur dan tempat khusus makan santri. Untuk mengecek kebersihan serta keterjaminan makanan yang dimakan oleh santri. Saya pernah mendengar, bahwa Bu Nyai Farida bahkan menjadwalkan adanya buah-buahan di setiap jam makan santri. Guna menjaga kesehatan para santri dan santriwati.

Sikap kepemimpinan Bu Nyai Farida menunjukkan kepada saya. Bahwa menjadi Bu Nyai, tidak harus membaca kitab di depan para santri. Lewat ketegasan dan kedisiplinan beliau, saya dapat konklusi. Bahwasanya, berdikari dan percaya diri adalah keunggulan yang wajib dimiliki. Lewat kepercayaan diri beliau, saya yakin, bahwa masih banyak pesantren yang mengutamakan menjadi manusia. Dari pada menjadi sosok yang luar biasa namun lupa menjadi pribadi yang peduli.

Epitome Kesetaraan Tebuireng

Kekaguman saya terhadap Bu Nyai Farida tidak hanya sampai di situ. Selain dapat menjadi sosok yang memiliki kepedulian tinggi. Bu Nyai Farida juga merupakan sosok yang tangguh dalam menghadapi berbagai situasi. Banyak sekali aktivitas-aktivitas yang dilakukan beliau terbatas pada kegiatan laki-laki.

Namun menurutnya, sepanjang kita memahami Islam dengan baik dan benar. Maka tidak akan ada pemikiran tentang adanya ketimpangan antara laki-laki dan perempuan. Yang ada hanyalah pembagian tugas antara hak dan kewajiban.

Kesetaraan yang dihadirkan Bu Nyai Farida bukanlah sebuah kesetaraan yang mampu dilakukan oleh banyak orang. Perlu dedikasi dan komunikasi yang mumpuni agar orang lain dapat mengakui keberadaan dari apa yang kita lakukan. Bu Nyai Farida membuktikan kepada banyak orang, bahwa dengan konsisten, ketertiban, dan kedisiplinan. Dapat menyadarkan para santri dan santriwati, bahwa belajar di pesantren bukan hanya untuk memperdalam ilmu agama. Melainkan dapat menjadi manusia seutuhnya.

Menyadari kewajiban dan tanggung jawab kita sebagai manusia adalah hal yang paling utama. Karena dari tanggung jawablah kita dapat menilai karakter manusia. Begitulah saya melihat sosok Nyai Farida Salahuddin Wahid, sebagai epitome kesetaraan bagi Pondok Pesantren Tebuireng. []

Tags: Bu Nyai FaridaPerempuan UlamaPondok PesantrenPonpes Tebuirengulama perempuan
Ayu Bejoo

Ayu Bejoo

Pegiat Literasi & Aktivis Gender

Terkait Posts

Hj. Biyati Ahwarumi

Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

23 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tubuh yang Terlupakan

    Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Ulang Makna Aurat dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ali Mustafa Yaqub: Haji Pengabdi Setan dan Ujian Keimanan Kita

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tafsir Perintah Menutup Aurat dalam al-A’raf Ayat 31

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Trans Jogja Ramah Difabel, Insya Allah!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Resident Playbook dan Pentingnya Perspektif Empati dalam Dunia Obgyn
  • Pesan Mubadalah dari Keluarga Ibrahim As
  • Membaca Novel Jodoh Pasti Bertemu dalam Perspektif Mubadalah
  • Ali Mustafa Yaqub: Haji Pengabdi Setan dan Ujian Keimanan Kita
  • Tafsir Perintah Menutup Aurat dalam al-A’raf Ayat 31

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID