Mubadalah.id – Seorang warga Palestina mengatakan bahwa buku Man’s Search for Meaning karya Viktor E. Frankl. Menjadi buku panduan tentang cara bertahan hidup dalam keadaan yang mengerikan.
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa serangan zionis Israel terhadap Palestina masih berlanjut hingga saat ini. Meluluhlantakkan jalur kota Gaza dan telah memakan ribuan korban. Sebagaimana tawanan perang, para korban di Palestina tentu tertekan dan merasa ketakutan.
Kamp Konsentrasi
Man’s Search for Meaning merupakan sebuah buku otobiografi karya Viktor E. Frankl atau dr. Frankl. Seorang psikiater yang menjadi tawanan Nazi pada perang dunia ke-II. Di buku ini, beliau menceritakan kehidupannya sebagai tawanan dari sudut pandang psikologi tapi bisa kita serapi dengan filosofi bahkan teologi.
Menariknya, buku ini ialah pengalaman pribadi dr. Frankl di kamp konsentrasi yang menggambarkan penderitaan yang tak putus-putus sebagaimana yang dirasakan oleh tawanan Nazi. Lewat buku Man’s Search for Meaning, kita mendapati sejarah kelam yang berakhir pada pencarian makna hidup. Bahwa apa pun bisa terampas dari manusia. Kecuali satu: kebebasan untuk menentukan sikap dalam setiap keadaan, kebebasan untuk memilih jalannya sendiri.
Untuk menggambarkan ciri khas yang menandai kondisi psikologis dan psikopatologi dari para tawanan kamp konsentrasi. dr. Frankl membagi tiga fase dari pengalaman tawanan sebagai reaksi mental mereka terhadap kehidupan di kamp konsentrasi. Di mana ketiga fase tersebutlah yang menjadi alur cerita utama dari buku Man’s Search for Meaning.
Tiga Fase sebagai Tawanan
Yang semakin menarik dari buku Man’s Search for Meaning ialah setelah dr. Frankl berkisah tentang pengalamannya. Ia juga menambahi uraian yang lebih luas mengenai logoterapi, keilmuan yang ia dalami.
Logoterapi mengajarkan bahwa ada tiga jalan yang bisa kita tempuh untuk menemukan makna kehidupan. Jalan pertama, melalui karya atau tindakan. Jalan kedua, melalui pengalaman atau dengan mengenal seseorang. Dengan kata lain, makna hidup tidak hanya bisa kita temukan di dalam pekerjaan, tetapi juga di dalam cinta.
Nah yang terpenting ialah jalan ketiga, yaitu menemukan makna hidup. Bahkan para korban yang tak berdaya dalam situasi yang tidak memberi harapan. Yaitu orang-orang yang menghadapi nasib yang tidak bisa diubah, masih bisa tumbuh melampaui dirinya sendiri. Berkembang di luar dirinya sendiri dan dengan begitu mereka mengubah dirinya sendiri.
Sebagaimana warga Yahudi Jerman dan Eropa Timur pada tahun 1930-an. dr. Frankl juga merasa dirinya aman. Sampai kemudian, mereka juga ikut terlempar ke dalam kamp konsentrasi. Atau yang lebih terkenal dengan kamp kemusnahan.
Upaya Bertahan Hidup
Buku Man’s Search for Meaning adalah sebuah buku yang menceritakan upaya bertahan hidup. Menceritakan pengalaman dr. Frankl di kamp konsentrasi. Dimulai dari keraguan dr. Frankl untuk melanjutkan studinya ke Amerika. Padahal dr. Frankl sendiri sudah mengetahui, bahwa jika ia tidak segera pergi. Ia akan dikirim ke kamp konsentrasi, cepat atau lambat.
Namun, pada akhirnya ia memutuskan untuk tetap tinggal bersama kedua orang tuanya. Sehingga pada suatu hari datanglah hari di mana ia dan 1500 calon tahanan lainnya. Mereka dimasukkan ke dalam gerbong kereta. Di mana dalam satu gerbong kereta terdiri dari 80 tahanan. Penuh dan berdesak-desakan.
Yang membuat mereka ketakutan ialah ketika kereta akan berhenti. Terdapat salah satu tawanan yang berteriak; Auswitchz!. Di mana mereka tahu bahwa Auswitchz ialah sebuah kamp atau sebuah gambaran dari kengerian pemusnahan massal. Pembakaran manusia hidup-hidup. Hingga apa yang terpatri oleh semua tawanan hanya lah kematian. Ketidakberdayaan untuk hidup.
Demikianlah pengalaman buruk dr. Frankl yang terus berlanjut di kamp konsentrasi menjadi buku yang dibaca setiap orang. Tak pelak, buku Man’s Search for Meaning merupakan salah satu buku yang menjadi panduan bertahan bagi warga Palestina saat ini. Karena buku ini sangat cocok untuk seseorang yang berada pada kondisi yang paling rentan dalam kehidupan. Sehingga membuat sebuah harapan untuk terus bertahan. []