• Login
  • Register
Jumat, 6 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Man’s Search for Meaning: Upaya Bertahan Hidup

Tak pelak, buku Man’s Search for Meaning merupakan salah satu buku yang menjadi panduan bertahan bagi warga Palestina saat ini

Ayu Bejoo Ayu Bejoo
20/03/2024
in Buku, Rekomendasi
0
Man’s Search for Meaning

Man’s Search for Meaning

724
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Seorang warga Palestina mengatakan bahwa buku Man’s Search for Meaning karya Viktor E. Frankl. Menjadi buku panduan tentang cara bertahan hidup dalam keadaan yang mengerikan.

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa serangan zionis Israel terhadap Palestina masih berlanjut hingga saat ini. Meluluhlantakkan jalur kota Gaza dan telah memakan ribuan korban. Sebagaimana tawanan perang, para korban di Palestina tentu tertekan dan merasa ketakutan.

Kamp Konsentrasi

Man’s Search for Meaning merupakan sebuah buku otobiografi karya Viktor E. Frankl atau dr. Frankl. Seorang psikiater yang menjadi tawanan Nazi pada perang dunia ke-II. Di buku ini, beliau menceritakan kehidupannya sebagai tawanan dari sudut pandang psikologi tapi bisa kita serapi dengan filosofi bahkan teologi.

Menariknya, buku ini ialah pengalaman pribadi dr. Frankl di kamp konsentrasi yang menggambarkan penderitaan yang tak putus-putus sebagaimana yang dirasakan oleh tawanan Nazi. Lewat buku Man’s Search for Meaning, kita mendapati sejarah kelam yang berakhir pada pencarian makna hidup. Bahwa apa pun bisa terampas dari manusia. Kecuali satu: kebebasan untuk menentukan sikap dalam setiap keadaan, kebebasan untuk memilih jalannya sendiri.

Untuk menggambarkan ciri khas yang menandai kondisi psikologis dan psikopatologi dari para tawanan kamp konsentrasi. dr. Frankl membagi tiga fase dari pengalaman tawanan sebagai reaksi mental mereka terhadap kehidupan di kamp konsentrasi. Di mana ketiga fase tersebutlah yang menjadi alur cerita utama dari buku Man’s Search for Meaning.

Baca Juga:

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Kemanusiaan sebelum Aksesibilitas: Kita—Difabel

Tiga Fase sebagai Tawanan

Yang semakin menarik dari buku Man’s Search for Meaning ialah setelah dr. Frankl berkisah tentang pengalamannya. Ia juga menambahi uraian yang lebih luas mengenai logoterapi, keilmuan yang ia dalami.

Logoterapi mengajarkan bahwa ada tiga jalan yang bisa kita tempuh untuk menemukan makna kehidupan. Jalan pertama, melalui karya atau tindakan. Jalan kedua, melalui pengalaman atau dengan mengenal seseorang. Dengan kata lain, makna hidup tidak hanya bisa kita temukan di dalam pekerjaan, tetapi juga di dalam cinta.

Nah yang terpenting ialah jalan ketiga, yaitu menemukan makna hidup. Bahkan para korban yang tak berdaya dalam situasi yang tidak memberi harapan. Yaitu orang-orang yang menghadapi nasib yang tidak bisa diubah, masih bisa tumbuh melampaui dirinya sendiri. Berkembang di luar dirinya sendiri dan dengan begitu mereka mengubah dirinya sendiri.

Sebagaimana warga Yahudi Jerman dan Eropa Timur pada tahun 1930-an. dr. Frankl juga merasa dirinya aman. Sampai kemudian, mereka juga ikut terlempar ke dalam kamp konsentrasi. Atau yang lebih terkenal dengan kamp kemusnahan.

Upaya Bertahan Hidup

Buku Man’s Search for Meaning adalah sebuah buku yang menceritakan upaya bertahan hidup. Menceritakan pengalaman dr. Frankl di kamp konsentrasi. Dimulai dari keraguan dr. Frankl untuk melanjutkan studinya ke Amerika. Padahal dr. Frankl sendiri sudah mengetahui, bahwa jika ia tidak segera pergi. Ia akan dikirim ke kamp konsentrasi, cepat atau lambat.

Namun, pada akhirnya ia memutuskan untuk tetap tinggal bersama kedua orang tuanya. Sehingga pada suatu hari datanglah hari di mana ia dan 1500 calon tahanan lainnya. Mereka dimasukkan ke dalam gerbong kereta. Di mana dalam satu gerbong kereta terdiri dari 80 tahanan. Penuh dan berdesak-desakan.

Yang membuat mereka ketakutan ialah ketika kereta akan berhenti. Terdapat salah satu tawanan yang berteriak; Auswitchz!. Di mana mereka tahu bahwa Auswitchz ialah sebuah kamp atau sebuah gambaran dari kengerian pemusnahan massal. Pembakaran manusia hidup-hidup. Hingga apa yang terpatri oleh semua tawanan hanya lah kematian. Ketidakberdayaan untuk hidup.

Demikianlah pengalaman buruk dr. Frankl yang terus berlanjut di kamp konsentrasi menjadi buku yang dibaca setiap orang. Tak pelak, buku Man’s Search for Meaning merupakan salah satu buku yang menjadi panduan bertahan bagi warga Palestina saat ini. Karena buku ini sangat cocok untuk seseorang yang berada pada kondisi yang paling rentan dalam kehidupan. Sehingga membuat sebuah harapan untuk terus bertahan. []

Tags: Kamp KonsentrasikemanusiaanKonflik Israel-PalestinaMan's Search for MeaningUpaya Bertahan Hidup
Ayu Bejoo

Ayu Bejoo

Pegiat Literasi & Aktivis Gender

Terkait Posts

Kekerasan Seksual

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

5 Juni 2025
Pesan Mubadalah

Pesan Mubadalah dari Keluarga Ibrahim As

4 Juni 2025
Novel Jodoh Pasti Bertemu

Membaca Novel Jodoh Pasti Bertemu dalam Perspektif Mubadalah

3 Juni 2025
Haji Pengabdi Setan

Ali Mustafa Yaqub: Haji Pengabdi Setan dan Ujian Keimanan Kita

3 Juni 2025
Tubuh yang Terlupakan

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

3 Juni 2025
Akhlak Karimah

Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

2 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual

    Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggali Fikih Ramah Difabel: Warisan Ulama Klasik yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mitos Israel di Atas Penderitaan Warga Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tambang Nikel Ancam Kelestarian Alam Raja Ampat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut
  • Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial
  • Tambang Nikel Ancam Kelestarian Alam Raja Ampat
  • Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan
  • Menggali Fikih Ramah Difabel: Warisan Ulama Klasik yang Terlupakan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID