Mubadalah.id – “Perempuan jika bukan ilmu dan agama yang menjadi pegangannya, ia akan gila karena perasaannya.” Begitulah kira-kira nasehat yang kerapkali kita dengar. Memang benar, sebagai perempuan saya sendiri mengakui bahwa sekalinya jatuh cinta, perempuan akan kehilangan logikanya. Hingga akhirnya muncul lah istilah ‘cegil’ belakangan ini. Istilah ‘cegil’ atau ‘cewek gila’ bisa kita bilang mulai eksis akhir tahun 2023 kemarin.
Banyak perempuan di berbagai media sosial berbondong-bondong menggunakan istilah tersebut untuk meng-klaim diri sendiri atau teman perempuannya. Secara sekilas saja, sebenarnya istilah ‘cegil’ sudah ber-konotasi negatif. Namun mengapa masih banyak yang menggunakannya dengan ‘biasa saja’ atau justru ‘bangga’?
Cegil atau cewek gila merupakan istilah yang merujuk pada perilaku ekstrim seorang perempuan dalam hubungan asmara. Umumnya dideskripsikan dengan beberapa perilaku negatif. Seperti: mencintai secara berlebihan, obsesif dan posesif berlebihan, tidak menggunakan logika, sensitif, suasana hati atau mood yang gampang berubah-ubah, dan mudah menangis.
Dalam konteks ini, cegil kita artikan sebagai lambang ketidakberdayaan perempuan dalam hubungan asmara. Konon katanya istilah cegil ini semakin naik daun seiring populernya lagu Rayuan Perempuan Gila yang dinyanyikan oleh penyanyi Nadin Amizah. Selain itu juga lagu-lagu yang Taylor Swift nyanyikan kerapkali menceritakan kisah cinta dari berbagai sudut pandang.
Trend Lagu Taylor Swift
Lagu-lagu Taylor Swift tersebut kerapkali kita anggap relate dengan kisah nyata banyak orang. Hingga akhirnya muncul tren curhat,
“Mbak Taylor bla bla bla…”.
Pewajaran terhadap istilah cegil ini bisa jadi sebuah bentuk pengabaian terhadap masalah mental yang bisa berujung pada hal negatif.
Ada berbagai faktor mengapa penggunaan istilah cegil ini kita anggap wajar atau biasa, sekadar lelucon, atau bahkan justru menjadi kebanggaan. Salah satu faktor utamanya adalah minimnya edukasi tentang kesehatan mental di Indonesia. Banyak generasi muda yang melakukan self-diagnosis terhadap diri sendiri hanya berbekal tes psikologi gratis di internet.
Lebih jauh lagi, pewajaran terhadap fenomena cegil dapat berujung pada pembenaran atas sesuatu di luar norma. Pembenaran atas perilaku obsesif berlebihan, pembenaran atas perilaku posesif berlebihan, atau bahkan penerimaan untuk melakukan apapun yang diminta oleh pasangan yang dikhawatirkan akan berujung pada toxic relationship.
Perempuan yang sudah kita anggap sebagai ‘cegil’ ini biasanya sangat sulit kita nasehati. Meskipun pada dasarnya memang perempuan mudah kehilangan logika saat jatuh cinta. Meskipun bebal dan sulit dinasehati, namun sebagai teman misalnya tentu kita tidak akan berdiam diri dan membiarkan begitu saja ketika teman kita sesama perempuan menjadi cegil yang berpotensi terpuruk dalam cinta yang salah.
Terlebih sebagai muslim kita dianjurkan untuk saling menasehati dalam kebaikan dengan adab yang baik. Pemilihan waktu yang tepat untuk menasehati perlu kita perhatikan karena tidak setiap waktu seseorang siap untuk menerima nasehat. Ada kalanya diri mereka sedang sedih, marah, atau sebatas cerita mereka hanya ingin didengarkan.
Resolusi Menjadi Perempuan yang Lebih Berdaya
Berhasil atau tidaknya memilih waktu yang tepat dapat mempengaruhi apakah nasehat akan diterima atau justru ditolak mentah-mentah tanpa perenungan terlebih dahulu. Sebagaimana pesan Ibnu Mas’ud: “Sesungguhnya adakalanya hati bersemangat dan mudah menerima, dan adakalanya hati lesu dan mudah menolak. Maka ajaklah hati saat dia bersemangat dan mudah menerima dan tinggalkanlah saat dia malas dan mudah menolak”.
Tidak semua tren yang ada saat ini perlu dan baik untuk kita ikuti. Fenomena ‘cegil’ ini bisa kita bilang tren yang tidak baik kita tiru. Menginjak 2024 sebagai awal yang baru, alih-alih mengikuti tren menjadi cegil si cewek gila, alangkah lebih baiknya jika beresolusi menjadi perempuan yang lebih berdaya. Dan lebih berkontribusi dalam kebaikan, dan semakin memiliki nilai hidup yang baik atau biasa kita sebut ‘high value woman’.
Jika 2024 ini belum bertemu orang yang tepat dan layak untuk kita cintai. Lagipula masih banyak hal lain yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan nilai diri, seperti: belajar banyak hal baru, menekuni hobi, menulis jurnal harian, memulai hidup sehat, dan rutin berolahraga setiap hari.
Tidak ada yang salah dari perasaan cinta. Namun bagaimana mengekspresikan cinta itu yang perlu kita perhatikan. Perempuan bernilai tinggi tentu berhak atas cinta yang berkualitas, cinta yang berlandaskan takwa. Cinta yang terbangun atas dasar takwa tidak akan ada kesedihan dan ketakutan di dalamnya karena yakin bahwa Allah ada bersama mereka. []