• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Tokoh Profil

Ketulusan Sayyidah Khodijah: Pesan untuk Emak-emak Kekinian

Wasid Mansyur Wasid Mansyur
28/05/2020
in Profil
0
380
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Sayyidah Khodijah binti Khuwailid adalah salah satu tokoh perempuan penting dalam sejarah Islam. Pasalnya, Sayyidah Khodijah -sebagai ummil mukminin- adalah saksi nyata, yang merasakan betul perjuangan awal Islam bersama Nabi Muhammad Saw, termasuk masa-masa turunnya wahyu di bulan suci Ramadan.

Posisi Sayyidah Khodijah cukup strategis. Karenanya, ketika beliau meninggal tanggal 11 Ramadan tahun ke 10 kenabian, Nabi Muhammad sangat merasakan kehilangan dan sangat terpukul. Kondisi ini dikenal dengan “ammul huzni” sebab sebelumnya pamanda Nabi, Abu Tholib juga meninggal di tahun yang sama.

Bukan hanya itu, ketika Nabi sudah menikah lagi dengan Siti Aisyah dengan usia lebih muda, beliau sering menyebutnya hingga membuat cemburu. Ini gambaran bagaimana cinta Nabi kepada Sayyidah Khodijah sulit dihilangkan. Begitulah cinta tulus tidak dimakan waktu atau tempat, yang terlintas dalam benak adalah dia yang dicintai masih hidup.

24 tahun Sayyidah Khodijah hidup bersama Nabi Muhammad membangun rumah tangga dan mengawali dakwah awal Islam dalam bingkai nilai-nilai spiritual, bukan semata-mata materi. Kata kuncinya adalah ketulusan. Tanpa ketulusan betapa sulitnya, apalagi secara materi dan kedudukan Sayyidah Khodijah adalah perempuan luar biasa dan kaya raya. Imam al-Dhahabi menggambarkan sosok beliau:

هي ممن كمل من النساء كانت عاقلة جليلة دينة مصونة كريمة

Baca Juga:

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

“Dia adalah salah satu perempuan yang sempurna. Perempuan cerdas, agung, taat agama, terjaga dan mulia.”

Kaitan dengan ketulusan ini, layak kita membaca penjelasan Abdul Hamid Mahmud Thahmaz dalam bukunya al-Sayyidah Khodijah Ummu al-Mu’minin wa Sabbaq al-Khalqi fi al-Islam, hal 67, 71, dan 82 sebagai berikut:

1. Masa-masa Nabi Muhammad melakukan pertapaan atau tahannus di Gua Hira dalam rangka mencari nur ilahi, agar senantiasa mampu hidup dalam kebaikan di tengah kehidupan Arab terjebak hedonisme dan menyembah berhala atau paganisme.

Dalam konteks ini, dukungan Sayyidah Khodijah terhadap suaminya luar biasa dan penuh ketulusan. Peristiwa tahannus ini dilakukan berkali-kali dan berkali-kali pula beliau ditinggal tidur sendirian. Padahal, yang kita kenal prilaku perempuan ditemukan biasanya selalu marah, ketika suaminya sering berjauhan atau bisa jadi ia selalu cemburu, takut kecantol perempuan lain, tegas Abdul Hamid.

Sayyidah Khodijah, mengawal betul perbekalan makan dan minum Nabi Muhammad di Gua Hira dengan penuh ketulusan dan pengabdian. Dan, tidak jarang menanyakan kondisi suaminya ketika masa pulang belum kunjung datang. Bahkan, juga terkadang datang sendiri ke Gua Hira untuk memberikan support kepada Nabi Muhammad.

2. ketika Nabi menerima Wahyu di Gua Hira dalam kondisi lelah atau greges dan pulang menanggung beban ilahi yang cukup berat. Sambil berkata: “selimuti aku, selimuti aku.”

Sayyidah Khodijah segera bergegas menyelimuti Nabi Muhammad dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Tanpa banyak bicara untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Inilah ketulusan dan keluhuran tatakrama Khodijah. Beliau lebih baik menunda hingga Sang Suami benar-benar sudah tenang.

Begitulah, Nabi Muhammad setelah reda langsung menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di Gua Hira. Dan apa yang disampaikan beliau, dengan penuh keyakinan diterima oleh istrinya, Khodijah dan aku siap akan terus membantu dengan tulus sebagai isyarat benar perintah Tuhan, tegas Khodijah.

Akhirnya, Sayyidah Khodijah langsung masuk Islam menerima risalah Islam, yang dibawa suaminya. Lantas Nabi pun mengajarinya tata cara wudhu dan sholat sebagaimana diajarkan oleh malaikat Jibril. Karenanya, Sayyidah Khodijah kemudian dikenal sebagai orang yang pertama kali masuk Islam.

Ketulusan Khodijah mengawal suaminya mengantarkan bangunan kehidupan penuh hikmah, bahkan mengutip Muhammad Husain Haikal dalam bukunya Hayatu Muhammad hal. 150, kehidupan itu penuh pengorbanan yang tulus lillah, dalam kebenaran dan bergerak dalam ruang kemanusiaan. Pastinya, didukung pula oleh Nabi dengan penuh tulus dalam berprilaku sehari-hari.

Oleh karenanya, marilah kita belajar tentang ketulusan. Sukses dalam banyak hal harus didukung dengan tulus oleh orang-orang terdekat. Bukan hanya di rumah tangga, tapi juga di semua lini kehidupan. “Bersama dengan tulus, hidup indah melewati segala rintangan dengan penuh hikmah.”

Semoga kita semua bisa belajar, bukan hanya emak-emak sebab ketulusan tidak mengenal jenis kelamin. Pastinya, semoga juga hidayah Allah SWT terus mengalir dengan kita tetap berpuasa tanpa menyerah. Amin.

Tags: perempuanSiti khodijah
Wasid Mansyur

Wasid Mansyur

Terkait Posts

Sa'adah

Sa’adah: Sosok Pendamping Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak  

19 Januari 2025
Umi Nyai Sintho' Nabilah Asrori

Umi Nyai Sintho’ Nabilah Asrori : Ulama Perempuan yang Mengajar Santri Sepuh

30 Desember 2024
Ning Imaz

Ning Imaz Fatimatuz Zahra: Ulama Perempuan Muda Berdakwah Melalui Medsos

8 Desember 2024
Durrah binti Abu Lahab

Durrah binti Abu Lahab: Beriman di Tengah Kekufuran

26 September 2024
Adil Gender

Tafsir Hukum yang Adil Gender Menurut Azizah Y. Al-Hibri

19 Agustus 2024
Nyai Ella

Nyai Lailatul Fithriyah: Anggota MM KUPI Terpilih sebagai Nominasi Penyuluh Agama Islam Award 2024

4 Juni 2024
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Masyarakat Adat

    Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID