• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Clash Of Champion, Harapan Baru Kesetaraan Pendidikan Bagi Perempuan

Dengan viralnya konten Clash of Champion di media, penulis berharap agar dapat mengurangi kesenjangan pendidikan untuk salah satu gender

Navishah Chantika Navishah Chantika
19/07/2024
in Personal, Rekomendasi
0
Clash Of Champion

Clash Of Champion

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Clash of Champion Ruang Guru merupakan tanyangan edukasi dan hiburan yang berisikan tentang game dan kompetisi kecerdasan dan kepintaran. Di mana hari ini sedang menjadi trend di kalangan masyarakat. Media sosial yang tadinya terisi dengan konten yang anggapannya kurang edukatif mendadak terpenuhi oleh konten-konten terkait Clash of Champion.

Tren ini memberikan gambaran dan pandangan baru bagi masyarakat indonesia terkait pendidikan. Masyarakat yang tadinya tidak terlalu tertarik dengan tontonan yang berbau edukatif menjadi penasaran dengan kelanjutan episode Clash of Champion. Bahkan tidak sedikit juga masyarakat yang tertarik dengan kehidupan dan latar belakang para cast nya.

Peserta Clash of Champion terdiri dari mahasiwa mahasiswa pilihan dan terbaik Dari berbagai macam universitas di Indonesia dan juga Luar Negeri. Total keseluruhan peserta adalah lima puluh orang. Di mana 19 orang di antaranya adalah perempuan.

Mahasiswi yang berpartisipasi dalam acara Clash of Champion ini mempunyai background dan prestasi yang sangat menakjubkan. Mulai dari meraih kejuaraan dari berbagai macam perlombaan, mendapatkan banyak penghargaan dan ada pula yang berhasil mempublikasi 13 jurnal penelitian sebelum menyelesaikan pendidikan S1.

Hal ini menunjukan bahwa perempuan juga bisa menggunakan logika dan unggul dalam bidang pendidikan formal. Di mana seringkali bertolak belakang dengan stigma masyarakat yang sering kali mengatakan bahwa perempuan hanya menggunakan perasaaan dan tidak rasional.

Baca Juga:

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

Menafsir Ulang Ajaran Al-Ḥayā’ di Tengah Maraknya Pelecehan Seksual

Etika Sosial Perempuan dalam Masa ‘Iddah

Refleksi Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab: Apakah Perempuan Tak Boleh Keluar Malam?

Keterbatasan Akses Pendidikan bagi Perempuan

Meskipun di era sekarang ini sudah banyak perempuan yang dapat mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Namun beberapa masyarakat Indonesia yang masih kental dengan budaya dan pemikiran patriarki yang berasumsi bahwa perempuan tidak usah terlalu pintar. Selain itu perempuan tidak perlu mengenyam pendidikan terlalu tinggi karena akhirnya hanya di dapur.

Bahkan tidak sedikit doktrin yang beredar bahwa perempuan yang terlalu pintar akan susah dapat jodoh karena ditakuti oleh laki-laki. Paham-paham tersebut yang seringkali membuat perempuan terbatasi aksesnya untuk melanjutkan pendidikan. Tak jarang pula perempuan yang kita larang untuk melanjutkan pendidikan karena hanya membuang-buang waktu dan tidak berguna, sehingga lebih baik untuk menikah.

Clash of Champion, Harapan Baru Terbukanya Akses Pendidikan bagi Perempuan

Dari konten Clash of Champion dapat kita lihat bahwa jika perempuan kita beri akses dan support untuk pendidikan maka akan menghasilkan output yang baik juga. Perempuan bisa berkarya dan juga berperan dalam bidang yang mereka minati. Para peserta dapat menggali potensi yang mereka miliki sehingga dapat menjadi mahir pada bidangnya, begitupun perempuan-perempuan lain di luar sana.

Perempuan bisa berprestasi dan juga memberikan motivasi bagi orang-orang yang melihatnya. Selain itu perempuan juga dapat memberikan manfaat bagi keluarganya dan juga bagi lingkungan sosial. Penulis meyakini bahwa perempuan jika kita beri akses dan support untuk mengenyam pendidikan maka akan memberikan impact dan dampak positif bagi diri mereka sendiri, keluarga dan juga lingkungan.

Dari konten Clash of Champion, penulis meyakini bahwa konsep kesetaraan harus kita tanamkan dalam pendidikan yang tidak mendiskriminasi salah satu gender. Tidak memandang negatif dan tidak berguna bagi salah satu gender untuk melanjutkan pendidikannya.

Dengan viralnya konten Clash of Champion di media sosial dan internet penulis berharap agar dapat mengurangi kesenjangan pendidikan untuk salah satu gender. Paham patriarki yang menilai negatif perempuan-perempuan yang pintar dan berpendidikan tinggi pun dapat perlahan kita hilangkan. Sehingga kedepannya perempuan bisa memilih jalannya sendiri untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tujuannya agar bisa berdaya baik untuk diri sendiri maupun lingkungan. []

Tags: aksesClash Of ChampionGenderkeadilanKesetaraanperempuan
Navishah Chantika

Navishah Chantika

Navishah Chantika Augustine, biasa dipanggil Icha. Saya mulai tertarik dengan isu gender equality dan konsep saling sejak berkuliah di UIN Jogja

Terkait Posts

Ketuhanan

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

1 Juni 2025
Pandangan Subordinatif

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

31 Mei 2025
Joglo Baca SUPI

Joglo Baca SUPI: Oase di Tengah Krisis Literasi

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Difabel di Dunia Kerja

Menjemput Rezeki Tanpa Diskriminasi: Cara Islam Memandang Difabel di Dunia Kerja

30 Mei 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

30 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jilbab

    Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren Mode Rambut Sukainah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID