• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Ghadhdhul Bashar Bukan Menundukan Mata

Dalam cara pandang seperti ini, interaksi dengan lawan jenis bisa menjadi arena bersama untuk mengasah intelektualitas dan spiritualitas.

Redaksi Redaksi
31/07/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
ghadhdhul bashar

ghadhdhul bashar

626
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Libasut taqwa dan ghadhdhul bashar dalam makna ini sama-sama penting untuk membangun relasi kemitraan laki-laki dan perempuan yang bisa menjaga farji dan aneka pelecehan seksual.

Mubadalah.id – Tuntutan Islam terkait relasi selalu menyasar pada dua pihak. Misalnya, rakyat diminta taat, tapi penguasa juga diminta adil. Anak diminta berbakti, tapi orang tua juga diminta merawat dengan baik.

Dalam berinteraksi dengan lawan jenis, semua pihak sama-sama harus berpakaian yang mencerminkan ketakwaan (libas at-taqwa), yakni pakaian yang sejalan dengan status melekat manusia sebagai hanya hamba Allah (tauhid, iman) dan amanah melekat sebagai khalifah fil ardh yang bertugas mewujudkan kemaslahatan di muka bumi.

Di samping itu, semua pihak juga meminta untuk ghadhdhul bashar (mengontrol cara pandang) dan hifzhul farji (menjaga kelamin).

Menurut Dr. Amrah Kasim, ahli semiotika al-Quran alumnus al-Azhar Kairo, kata bashar tidaklah bermakna mata fisik seperti kata ‘ainun, melainkan kondisi mental saat memandang sesuatu. Ghadhdhul bashar dengan demikian bukan penundukan mata, melainkan kontrol atas cara pandang.

Baca Juga:

Laki-laki dan Perempuan Adalah Makhluk Setara di Mata Allah Swt

Apa yang Dimaksud dengan Ghadul Bashar?

Puisi Ibu Khofifah di Mata Jaringan Muda KUPI

Ketika cara pandang kita pada lawan jenis hanya sebatas makhluk seksual, interaksi pun menjadi sebatas pejantan dan betina. Karenanya, farji menjadi sulit ia jaga.

Dalam cara pandang seperti ini, lawan jenis hanya akan hadir dalam pikiran sebagai objek seksual. Ini berbahaya, serendah apa pun mata ditundukkan saat melihatnya. Pakaian apa pun yang menjadikan ciri lawan jenis justru ditangkap oleh otak sebagai tanda keberadaan objek seksual.

Inilah mengapa perempuan masih menjadi korban pelecehan seksual walau sudah menutup rapat seluruh tubuhnya.

Islam menuntun kita untuk memandang lawan jenis sebagai manusia yang juga punya dimensi intelektual dan spiritual. Dalam cara pandang seperti ini, interaksi dengan lawan jenis bisa menjadi arena bersama untuk mengasah intelektualitas dan spiritualitas.

Inilah perbedaan mendasar antara manusia yang memiliki akal budi dengan makhluk lain, seperti hewan. Libasut taqwa dan ghadhdhul bashar dalam makna ini sama-sama penting untuk membangun relasi kemitraan laki-laki dan perempuan yang bisa menjaga farji dan aneka pelecehan seksual.

Sekaligus produktif melahirkan aneka kemaslahatan di muka bumi. Semoga kita bisa terus berlatih agar semakin terbiasa berinteraksi dengan sesama manusia secara manusiawi. []

Tags: ghadhdhul basharmataMenundukan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

KDRT

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

7 Juni 2025
Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

6 Juni 2025
Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Kritik Asma Barlas

Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

5 Juni 2025
Aurat

Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

5 Juni 2025
Batas Aurat

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Masyarakat Adat

    Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID