Mubadalah.id – Kita tahu harta dan kekayaan mengandung banyak godaan dan jebakan. Akan tetapi, harta juga mengandung potensi kebaikan jika kita gunakan dengan baik dan benar. Salah satunya adalah dengan sifat kedermawanan (al-sakha).
Lalu bagaimana jika tidak mempunyai harta? Kata Gus Ulil, jika tidak mempunyai harta maka kita diharuskan bersikap dan bersifat qana’ah. Namun, sebaliknya, jika kita memiliki harta, maka kita harus bersifap dermawan dan mendahulukan orang lain ketimbang diri sendiri.
Tidak hanya bersikap dan bersifat dermawan, lanjut Gus Ulil, kita juga harus menjauhkan diri dari sifat-sifat kikir dan pelit, karena hal ini bisa menyelematkan. Selain itu, karena keutamaan sifat dermawan adalah sifat dari para nabi-nabi Allah Swt.
Mengenai keutamaan sifat dermawan, Nabi pernah mengungkapkan bahwa sifat dermawan adalah pohon-pohonnya surga, dan dari saking panjangnya ranting-rantingnya sampai menjolor ke bumi. Karena itu, jika Anda berpegang kepada rantingnya kedermawanan, maka ranting itu akan menuntunnya sampai ke surga nanti.
Dari sahabat Jabir Ra., Nabi Muhammad Saw. bersabda, berkata Malaikat Jibril As., Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya Islam adalah agama yang Aku ridhai. Dan Islam tidak akan menjadi baik kecuali dengan sifat-sifat kedermawanan dan akhlak yang baik. Maka muliakanlah Islam dengan dua sifat ini selama kalian mampu.”
Dalam redaksi yang lain dikatakan, “Muliakanlah Islam dengan dua sifat itu selama kalian bersahabat dengan Islam.” Inilah sifat yang cocok untuk agama Allah Swt.
Diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah Al-Siddiqati Ra., Nabi Muhammad Saw. pernah bersabda, “Allah Swt. tidak menciptakan (menanamkan) watak kepada seorang kekasih kecuali menanamkan sifat kedermawanan dan baiknya akhlak.”
Sifat Kekasih Allah
Kata Gus Ulil, ciri wali-wali dan kekasihnya Allah Swt. adalah selalu punya keutamaan sifat dermawan (murah hati) dan berakhlak baik. Itu sebabnya, sahabat Jabir berkata, dalam hal ini pernah ditanyakan kepada Nabi Muhammad Saw., “Wahai Rasulullah! Amal-amal manakah yang lebih utama?” Nabi menjawab, “Sabar dan dermawan.”
Dari Abdullah ibn Amr Ra., Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Ada dua akhlak yang dicintai Allah Swt. dan dua akhlak yang dibenci Allah Swt. Yang dicintai adalah akhlak yang baik dan kedermawanan, sementara yang dibenci adalah akhlak yang buruk dan pelit.”
Syahdan. Jika Allah berkehendak dan ingin menjadikan seorang hamba menjadi baik, maka Allah akan menyibukkan hamba itu kepada urusan orang lain dalam hal kebaikan. Seperti Allah ingin memberikan rezeki kepada si B tetapi melalui perantara si A. Otomatis si A adalah orang yang dikehendaki baik oleh Allah Swt. (si A dipakai oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan si B).
Miqdam bin Syuraih, salah satu tabi’in kalangan tua, orang terdekatnya Sayyidina Ali dan jenderal pada saat perang jamal (unta) ketika Ali berperang melawan Siti Aisyah (istri Nabi). Dia pernah mengisahkan dari bapaknya dan dari kakeknya berkata,
“Pernah matur aku kepada Nabi. Wahai Rasulullah! Tunjukkanlah amal yang bisa membuat aku masuk surga.” Nabi menjawab, “Salah satu yang bisa mendatangkan ampunan dari Allah Swt. adalah memberikan makanan kepada orang lain, menyebarkan salam dan baiknya ucapan.”
Dari Abu Hurairah Ra., Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Sifat kederamawanan adalah tumbuh-tumbuhan atau pohon yang ada di dalam surga. Maka, barang siapa yang bersifat dan bersikap dermawan, otomatis ia akan memegang kepada satu ranting dari pohon itu. Di akhirat kelak, ranting-ranting itu akan menariknya masuk ke dalam surga. Sebaliknya, sifat pelit adalah pepohonan di dalam neraka, maka siapa yang pelit ia akan memegang ujung rantingnya, dan ranting itu akan menariknya masuk ke dalam neraka.”
Surga dan Neraka
Kata Gus Ulil, ada ranting surga dan neraka. Terserah Anda mau pilih dan pegang ranting yang mana. Semua ada konsekuensinya. Intinya, jika Anda memegang ranting, maka Anda akan tertarik sampai ke ujung; antara surga dan neraka. Sekalipun surga dan neraka berada di alam ghaib, tetapi keduanya memiliki sesuatu yang bisa menghubungkannya dengan alam yang terlihat. Ada koneksi dengan alam dunia.
Dari Abu Said al-Khudri Ra., Nabi Muhammad Saw. bersabda, Allah Swt. berfirman, “Carilah keutamaan itu pada orang-orang yang memiliki sifat kasih sayang di antara hamba-hamba, maka engkau akan hidup di dalam pangkuannya. Kenapa demikian? Karena pada orang-orang penyayang itu Aku (Allah) menjadikannya (menaruh) rahmat. Jangan pernah mencari keutamaan (rahmatku) pada orang yang keras hatinya, karena Aku menjadikan mereka sebagai tempat kemarahan.”
Kata Gus Ulil, jika Anda ingin mendapatkan rahmat Allah Swt. (hidup dalam keberkahan), maka hiduplah bersama orang-orang yang memiliki sifat keutamaan dermawan, dan kasih sayang (penyayang). Karena mereka adalah orang-orang yang Allah jadikan wadah rahmat. Jangan pernah mencari rahmat Allah pada orang yang keras hatinya.
Dari Ibnu Abbas Ra., Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Menjauhlah kalian dari dosanya orang yang bersifat penderma (dermawan), karena Allah Swt. memegang tangannya orang-orang yang dermawan setiap saat.”
Hamba yang Dermawan
Kata Gus Ulil, jangan sampai mengganggu orang yang dermawan. Memang ia bisa berbuat salah, tapi maafkahlah. Kenapa? Karena orang yang dermawan tangannya selalu dipegang Allah Swt. Setiap saat si dermawan melakukan kesalahan tangannya Allah pegang sehingga tidak menjadi terpeleset. Tentu saja, ini dari saking cintanya Allah kepada orang dermawan.
Dari Ibnu Mas’ud Ra., Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Rezeki orang yang memberi makanan kepada orang lain lebih cepat dari pisau untuk mengguliti punuknya unta.”
Artinya, kata Gus Ulil, rezekinya Allah akan cepat sampai kepada orang yang suka memberi makanan orang lain, bahkan lebih cepat dari pisau untuk mengguliti punuknya unta. Jika orang itu memberi, maka Allah juga pasti akan memberi (menggantinya).
Lebih dari itu, Allah Swt. bangga kepada hamba-hamba yang dermawan, bahkan mempamerkan dan membanggakannya kepada para malaikat. “Aku punya hamba yang dermawan! Kamu tidak bisa.” Kira-kira begitu.
Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah suka memberi, mencintai sifat kedermawanan, mencintai akhlak yang unggul-baik. Allah membenci rendah dan hinanya akhlak.”
Perantara Rezeki
Sahabat Anas Ra. meriwayatkan hadits, “Sesungguhnya Rasulullah tidak pernah dimintai atas nama Islam terhadap sesuatu kecuali Nabi memberinya. Seorang laki-laki kepala suku (non muslim) pernah mendatangi Nabi dan meminta, maka Nabi memberinya dengan unta yang banyak di antara dua gunung dari unta zakat. Saat sampai di kotanya, laki-laki itu berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Islamlah kalian, karena sesungguhnya Muhammad memberi saya banyak sekali (Muhammad kalau memberi itu tidak takut miskin).”
Dari Ibnu Umar Ra., Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah memperlakukan hambanya untuk kebermanfaatan hambanya juga.”
Kata Gus Ulil, ada orang-orang yang diberi kekhususan oleh Allah dengan cara diberikan nikmat, akan tetapi nikmat ini tersalurkan kepada orang lain. Dengan kata lain, nikmat ini hanya jadi saluran saja (Allah ingin memberi rezeki kepada hambanya si B melalui pelantara si A).
Jadi, ada rezeki yang Allah titipkan kepada si A untuk tersampaikan kepada si B. Nah, jika nikmat rezeki itu oleh si A tidak ia berikan kepada si B, maka Allah akan mencabut nikmat rezeki itu dari si A dan memindahkan kepada orang lain. “Wong tujuan harta diberikan kepada si A bukan untuk dikekepin, tapi untuk si B ya.” Tentu saja, hal yang demikian ini, kata Gus Ulil, tidak sesuai dengan desain Allah Swt.Wallahu a’lam bisshawab. []