• Login
  • Register
Sabtu, 31 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

‘Standar TikTok’ Bagi Kalangan Muda: Edukatif atau Destruktif?

Tiktok memiliki sistem algoritma yang dapat menyesuaikan kebutuhan tontonan penggunanya.

Sayyida Naila Nabila Sayyida Naila Nabila
11/12/2024
in Personal
0
Standar TikTok

Standar TikTok

1.7k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Standar TikTok adalah sebutan bagi konten TikTok yang memiliki pengaruh sosial dan budaya pada masyarakat di era sekarang. Di mana konten tersebut biasanya berisikan tentang suatu disiplin ilmu, gaya hidup seseorang, hingga konten pengalaman hidup dari influencer maupun orang tertentu.

Mengutip dari studi We Are Social (2024) perihal Digital 2024 Indonesia, platfrom TikTok menduduki peringkat keempat setelah facebook dan instagram. Menukil informasi dari laman Euro News bahwa sebagian pengguna internet generasi Z beralih menggunakan TikTok sebagai mesin pencari informasi dibandingkan Google.

Perkembangan teknologi akan mengundang banyak peluang begitupun tuntutan. Ruang gerak seseorang menjadi semakin luas dalam mengonsumsi informasi. Namun di sisi lain seseorang akan berjibaku dengan terlalu banyaknya pilihan informasi sehingga perlu memastikan kevalidan dan akurasinya.

Karena konten yang berkembang nantinya akan mendoktrin dan menyetir pandangan hidup masyarakat. Demikian pula ‘standar TikTok’ yang mulai menjadi acuan pada kehidupan zaman sekarang.

Sekilas Atmosfer Dunia TikTok

TikTok merupakan aplikasi yang memberikan ruang bebas ekspresi bagi pengguna. Sajian video kontennya yang tidak begitu panjang, dilengkapi dengan ragam fitur, elemen musik hits atau efek editing lain. Hal ini membuat aplikasi keluaran 2016 ini menjadi populer di berbagai kalangan, terutama generasi muda.

Baca Juga:

Memahami Dasar Logika AI: Bagaimana Cara AI Menjawab Permintaan Kita?

Merariq Kodek: Ketika Pernikahan Anak Jadi Viral dan Dinormalisasi

Melihat Lebih Dekat Dampak dari Pernikahan Anak

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Tiktok juga memiliki sistem algoritma yang dapat menyesuaikan kebutuhan tontonan penggunanya. Mengutip dari website dicoding.com, algoritma ini menggunakan teknik machine learning yang memprediksi dan memberi rekomendasi video sesuai dengan yang disukai oleh pengguna. Dengan itu, TikTok akan memberikan konten-konten yang relevan dan menarik sesuai selera.

Hal ini kemudian memberikan kesan bahwa TikTok memahami para penggunanya dengan tren yang menghibur maupun reletable. Banyak sistem kreatif lain seperti penggunaan tagar, hook menarik dan strategi lain yang bisa mempengaruhi masifnya distribusi konten ke beranda masyarakat.

Terlebih lagi, saat ini TikTok sudah mengadopsi sistem komersil yang membuat banyak orang berlomba-lomba menjadi kreator dan menghadirkan berbagai kreatifitas konten. Tak jarang mereka menjadikannya sebagai sumber pendapatan utama dalam kehidupannya. Hal ini menjadikan beberapa orang menuangkan segala kreatifitas untuk meraih interaksi penonton seperti jumlah suka, adsense, hingga komentar.

Namun yang meresahkan, alih-alih memberikan konten yang edukatif, beberapa pembuat konten justru memilih berbagi konten yang hanya memancing sensasi, karena ingin mencapai popularitas atau ke’viral’an tersebut. Aktifitas ini akan menjadi cikal bakal berkembangnya standar atau tren TikTok yang destruktif bagi generasi muda.

Menyikapi Perkembangan ‘Standar Tiktok’

TikTok bak memiliki dua sisi mata uang yang bertolak belakang. Di satu sisi ia menjadi media interaksi konstruktif, edukatif, dan ruang berkarya. Di sisi yang lain, ia juga rawan menjadi sumber tontonan negatif dan destruktif bagi pola pikir masyarakat.

Aplikasi yang mengiming-imingi popularitas melalui keviralan ini kemudian menciptakan tren yang banyak diaminkan masyarakat. Tak sedikit pula anak muda yang berkiblat pada tren TikTok. Dari sini kemudian terbit fenomena ‘Standar TikTok’.

Hal ini menyebabkan tumbuhnya konfromitas sosial, di mana sikap dan tingkah laku para remaja perlahan mengadaptasi ‘tren’ yang berkembang maupun tren viral. Perilaku ini muncul karena mendapat dorongan internal dan eksternal di antaranya:

Pertama, Beberapa orang akan menghadapi ‘tekanan normatif dan informasi’ untuk berusaha mendapatkan penerimaan sosial dan menyesuaikan norma (tren) yang ada. Hal ini juga membuat perilaku atau pendapat seseorang selalu berdasar pada apa yang mereka tonton.

Mirisnya jika mereka tidak cukup memiliki keyakinan atau pengetahuan, mereka tidak akan mengkaji kembali informasi tersebut. Dan hanya mementingkan dirinya untuk bisa up to date dengan isu yang viral.

Sebagaimana kita tahu, algoritma tiktok mendistribusikan video sesuai pencarian penonton, begitu pula sistem kerja emosi manusia yang akan terpengaruh dengan apa yang mereka terima.

Mengutip laman IAIN Parepare, Luqmanul salah seorang mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam menyebutkan banyak contoh konkrit TikTok yang merubah standar hidup anak muda. Salah satunya dalam ranah percintaan, pengguna yang berlebihan menganut standar TikTok akan cenderung tidak realistis dan hanya mendamba kisah romantis.

Begitu pula pada isu mental health, mereka akan selalu menciptakan standar lemah, memaklumi hal buruk dan  ketergantungan dengan menggunakan pembenaran psikologis.

Kedua, seseorang akan terpengaruh oleh ‘kelompok referensi’. Dalam hal ini bisa kita sebut dengan para tokoh, influencer, maupun seleb-TikTok. Yang bahkan bisa menjadi acuan dan standar bagi hidup seseorang tersebut.

Sinergi adalah Kunci

Dalam hal ini, para kreator hendaknya memberikan sajian konten yang edukatif. Terutama yang sesuai dengan bidang dan keahlian mereka. Tak hanya itu, sinergi antara pengembang platform dengan kreator atau influencer akan sangat berdampak bagi promosi dan kurasi konten yang berkualitas, sehingga dapat menyejahterakan pengguna.

Tak menampik juga, sebagai pengguna harus memiliki bekal dalam mengkroscek informasi mana yang kredibel atau hoax. Dengan sudut pandang yang baik, seseorang  akan lebih bijak dalam memilah mana yang sesuai untuk diaplikasikan pada kondisi realitas kehidupannya. Serta tidak menelannya mentah sebagai standar utama suatu hal.

Maka dari itu, penting bagi kita untuk bersinergi dalam menyuarakan hal ini. Sebagaimana prinsip kesetaraan dan kesalingan dalam konsep Mubadalah untuk menuju keadilan hakiki. Dalam hal ini adalah kualitas dan kesejahteraan bagi pengembang platform TikTok, pembuat konten, terutama penggunanya.

Selanjutnya supaya menumbuhkan kesadaran untuk mengisi keterampilan kritis dalam memilah dan mengevaluasi informasi/konten. Dan menghindari ketergantungan berlebih pada ‘Standar TikTok’.

Generasi muda dapat bahu membahu memberikan pengaruh yang baik melalui peningkatan literasi digital, dan mengadakan forum diskusi untuk menyelaraskan pemahaman. Bahwa ‘Standar TikTok’ akan menjadi wacana konstruktif apabila kreator memiliki  pemahaman mendalam dan penggunanya memiliki kebijaksanaan. []

Tags: Anak MudadampakkontenLiterasi Digitalmedia sosialStandarTikTokviral
Sayyida Naila Nabila

Sayyida Naila Nabila

Sarjana Studi Islam (Dirasat Islamiyah) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018

Terkait Posts

Pandangan Subordinatif

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

31 Mei 2025
Joglo Baca SUPI

Joglo Baca SUPI: Oase di Tengah Krisis Literasi

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Difabel di Dunia Kerja

Menjemput Rezeki Tanpa Diskriminasi: Cara Islam Memandang Difabel di Dunia Kerja

30 Mei 2025
Memahami AI

Memahami Dasar Logika AI: Bagaimana Cara AI Menjawab Permintaan Kita?

30 Mei 2025
Kehendak Ilahi

Kehendak Ilahi Terdengar Saat Jiwa Menjadi Hening: Merefleksikan Noble Silence dalam Perspektif Katolik

29 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • IUD

    Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren Mode Rambut Sukainah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Menanamkan Moderasi Beragama Sejak Dini Ala Gus Dur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tren Mode Rambut Sukainah
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga
  • Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?
  • Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo
  • Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID