Mubadalah.id – “Gus Dur sudah meneladankan, saatnya kita melanjutkan” kalimat mantra yang hampir selalu terucap dari Alissa Wahid dalam acara haul Gus Dur.
Gus Dur adalah milik bersama, maka tak heran jika peringatan haulnya ada di mana-mana. Termasuk Pekalongan, Jawa Tengah khususnya di kampus UIN K.H Abdurrahman Wahid. Di Tengah-tengah kemuliaan malam nisfu sya’ban, semoga kampus yang akrab dengan sapaan UIN Gus Dur Pekalongan mendapat keberkahan dari shahibul haul, Gus Dur.
Kamis, 13 Februari 2025 UIN Gus Dur menggelar panggung budaya dalam rangka haul Gus Dur ke-15. Dengan mengusung tema “Refleksi Jejak Pemikiran Gus Dur dalam Kebhinekaan”, jajaran birokrasi kampus berharap agar seluruh elemen UIN Gus Dur mampu merawat nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh Gus Dur.
Di malam yang Insya Allah penuh berkah itu, turut hadir putri sulung Gus Dur yang menambah kehangatan serta kemesraan acara haul. Ia adalah Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, M.Psi. Perempuan inspiratif yang lekat dengan panggilan Alissa Wahid.
Tidak sendirian, Alissa Wahid hadir bersama Mbah Kirun, sosok fenomenal sebagai sahabat Gus Dur. Tentunya, di barisan paling depan berjejer para pimpinan birokrasi kampus, Kapolres, DPRD, Dandim, Forkopimda (Forum Koordinasi Pimpinan Daerah), Kemenag daerah hingga pusat, pendeta, dan Gusdurian Pekalongan.
Orasi Budaya Alissa Wahid
Ingat betul suasana tadi malam saat Alissa Wahid berdiri di samping podium untuk memberikan orasi budaya.
Lelaki yang tak punya mata
Seseorang pernah berteriak-teriak
Menghujat seorang lelaki yang dimakinya tak punya mata
Aahh, aku ingat lelaki yang dimakinya tak punya mata itu
Dahulu, aku sering menggenggam tangannya
Aku ingat matanya memang terpejam
Tapi nyata, Ia melihat lebih banyak dari kita semua
Memandang lebih dalam dari kami yang matanya membelalak
Dan menyaksikan lebih, dari mata kami yang terbuka lebar
Lelaki itu adalah samudera kehangatan
Di mana semua orang bebas berenang, berselancar ataupun menyelam tanpa takut ditanya “Agamamu apa?”
Aku ingat mata lelaki itu adalah mata air
Yang darinya keluar cinta kasih melimpah ruah
Meluber-luber hingga ke samudera …..
Hening dan merinding. Seluruh jiwa yang hadir di Gedung Student Center ikut terdiam. Menyimak puisi indah yang membicarakan sosok yang indah pula.
Alissa Wahid menyampaikan salam dan ucapan terimakasih dari keluarga besar Gus Dur karena telah menyelenggarakan acara haul Gus Dur di Pekalongan.
“Apalah artinya nama itu disematkan dalam sebuah bangunan kalau justru sosoknya tidak hidup di dalam bangunan tersebut” tegas Alissa Wahid.
Cerita Alissa Wahid tentang Gus Dur
Acara haul yang berbalut aksi sosial dan panggung budaya itu bukan untuk memuja-muja Gus Dur. Melainkan untuk menguraikan dan merefleksikan kembali sosok Gus Dur sebagai teladan. Kita bisa melihat bahwa sebenarnya yang menghidupkan seorang Gus Dur adalah nilai-nilai yang Ia yakini. Terutama nilai ketauhidan. Sebagai hamba Allah, kita memiliki tugas untuk mewujudkan Islam Rahmatan lil A’lamin bukan Islam Rahmatan lil Muslimin.
Kemana-mana Gus Dur senantiasa membawa nilai tersebut. Bahwa Islam harus menjadi sumber kebaikan dan kemaslahatan untuk semesta.
Alissa Wahid menceritakan sosok Gus Dur yang ternyata sejak kecil sudah berhadapan dengan perbedaan. Tak lupa, Ia juga menceritakan riwayat kepresidenan Gus Dur yang penuh dengan ketegangan politik.
Cerita itu bermuara pada sebuah makna, bahwa dalam menjalani kehidupan kita semua akan berada di ruang-ruang yang penuh dengan pilihan sulit. Namun jika kita berangkat dari hati dan nilai-nilai luhur maka akan mudah dalam mengambil keputusan.
“Gitu aja kok repot” jokes Gus Dur yang masih lestari hingga saat ini. Tidak akan repot jika kita berjalan di atas kebenaran dan kebijaksanaan.
Pesan-pesan Alissa Wahid untuk merawat nilai luhur
Di akhir orasi Alissa Wahid menitipkan pesan, semoga UIN Gus Dur mampu menjadikan bagian dari Islam Indonesia sebagai pilar peradaban Islam dunia. Maka UIN Gus Dur harus senantiasa menggali, merawat, mengembangkan, dan menduniakan Islam Indonesia.
Lagi, Alissa Wahid berpesan agar UIN Gus Dur Pekalongan bisa menjadi teladan, bagaimana agama tidak sebatas ritual belaka. Tapi agama menjadi nilai-nilai yang memandu kehidupan kita bersama. Semoga UIN Gus Dur Pekalongan mampu menjadikan agama sebagai sumber inspirasi. Juga mampu menghidupkan Islam sebagai selimut Rahmat bagi semesta.
Semoga UIN Gus Dur mampu melahirkan generasi pemikir Islam yang berpijak pada nilai-nilai luhur dan mampu menjadi penggerak Masyarakat serta peradaban. Alissa Wahid mengajak kepada seluruh jiwa raga yang hadir pada malam itu untuk belajar dan mengambil inspirasi dari nilai-nilai, pemikiran, serta keteladanan Gus Dur untuk merawat kehidupan yang sedang kita hadapi bersama.
Banyak harapan besar terhadap kemegahan UIN Gusdur Pekalongan. Wajar saja, karena pendiriannya tersemat nama sosok yang begitu besar rekam jejaknya. Lahul fatihah untuk Gus Dur. []