Sabtu, 16 Agustus 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Musawah Art Collective

    Lawan Pernikahan Anak Lewat Seni: Musawah Art Collective Gelar Trip Exhibition “Breaking the Chain” di Tiga Kota

    Krisis Iklim

    Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    KOPRI

    Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

    Pengelolaan Sampah

    Ulama Perempuan Serukan Pelestarian Alam dan Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

    PIT Internasional

    ISIF Buka Kolaborasi Akademik Global Lewat PIT Internasional

    PIT SUPI

    Mengglobal: SUPI ISIF Jalani PIT di Malaysia dan Singapura

    Ma'had Aly Kebon Jambu

    S.Fu: Gelar Baru, Tanggung Jawab Baru Bagi Lulusan Ma’had Aly Kebon Jambu

    Wisuda Ma'had Aly Kebon Jambu

    Mudir Ma’had Aly Kebon Jambu Soroti Fiqh al-Usrah dan SPS sebagai Distingsi Wisuda ke-5

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Kesadaran Gender

    Melampaui Biner: Mendidik Anak dengan Kesadaran Gender yang Adil

    Sejarah Ulama Perempuan

    Membongkar Sejarah Ulama Perempuan, Dekolonialisme, dan Ingatan yang Terpinggirkan

    Gerakan Ekofeminisme

    Gerakan Ekofeminisme dalam Bayang Politik di Indonesia

    Najwa Shihab

    Najwa Shihab, ‘Iddah, dan Suara Perempuan yang Menolak “Dirumahkan”

    Menanamkan Tauhid

    Begini Cara Menanamkan Tauhid pada Anak di Era Modern

    Kasus di Pati

    Belajar dari Kasus di Pati; Dear Para Pemimpin, Berhati Lemah Lembutlah

    Perjalanan Spiritual

    Membiasakan Berefleksi Sebagai Bagian dari Perjalanan Spiritual

    Perselingkuhan

    Memperbaiki Hubungan Usai Perselingkuhan

    Pernikahan Sah

    Tanpa Pernikahan Sah, Begini Cara Tanggung Jawab pada Anak

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Membina Keluarga Sakinah

    Membina Keluarga Sakinah: Dimulai dari Akhlak Suami Istri

    Pasangan Memiliki Akhlak

    Memilih Pasangan Hidup yang Memiliki Akhlak yang Baik

    Pasangan Hidup

    Memilih Pasangan Hidup yang Setara

    Kriteria Pasangan

    Kriteria Pasangan yang Dianjurkan oleh Islam

    Poligami

    Pernikahan Ideal: Monogami Bukan Poligami

    Pasangan

    Berjanji Setia dengan Satu Pasangan

    Anak Sekolah

    Cara Anak Memilih Teman di Sekolah

    Anak Teman

    Memahami Cara Anak Memilih Teman dari Kecil hingga Dewasa

    Kemerdekaan

    Islam dan Kemerdekaan

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Musawah Art Collective

    Lawan Pernikahan Anak Lewat Seni: Musawah Art Collective Gelar Trip Exhibition “Breaking the Chain” di Tiga Kota

    Krisis Iklim

    Green Youth Quake: Pemuda NU dan Muhammadiyah Bergerak Lawan Krisis Iklim

    ‘Aisyiyah Bojongsari

    ‘Aisyiyah Bojongsari Rayakan HAN dan Milad ke-108 Lewat Lomba dan Diskusi

    KOPRI

    Buka Perspektif Geopolitik Kader Perempuan, KOPRI Bedah Buku 75 Tahun Indonesia Tiongkok

    Pengelolaan Sampah

    Ulama Perempuan Serukan Pelestarian Alam dan Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

    PIT Internasional

    ISIF Buka Kolaborasi Akademik Global Lewat PIT Internasional

    PIT SUPI

    Mengglobal: SUPI ISIF Jalani PIT di Malaysia dan Singapura

    Ma'had Aly Kebon Jambu

    S.Fu: Gelar Baru, Tanggung Jawab Baru Bagi Lulusan Ma’had Aly Kebon Jambu

    Wisuda Ma'had Aly Kebon Jambu

    Mudir Ma’had Aly Kebon Jambu Soroti Fiqh al-Usrah dan SPS sebagai Distingsi Wisuda ke-5

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Kesadaran Gender

    Melampaui Biner: Mendidik Anak dengan Kesadaran Gender yang Adil

    Sejarah Ulama Perempuan

    Membongkar Sejarah Ulama Perempuan, Dekolonialisme, dan Ingatan yang Terpinggirkan

    Gerakan Ekofeminisme

    Gerakan Ekofeminisme dalam Bayang Politik di Indonesia

    Najwa Shihab

    Najwa Shihab, ‘Iddah, dan Suara Perempuan yang Menolak “Dirumahkan”

    Menanamkan Tauhid

    Begini Cara Menanamkan Tauhid pada Anak di Era Modern

    Kasus di Pati

    Belajar dari Kasus di Pati; Dear Para Pemimpin, Berhati Lemah Lembutlah

    Perjalanan Spiritual

    Membiasakan Berefleksi Sebagai Bagian dari Perjalanan Spiritual

    Perselingkuhan

    Memperbaiki Hubungan Usai Perselingkuhan

    Pernikahan Sah

    Tanpa Pernikahan Sah, Begini Cara Tanggung Jawab pada Anak

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Membina Keluarga Sakinah

    Membina Keluarga Sakinah: Dimulai dari Akhlak Suami Istri

    Pasangan Memiliki Akhlak

    Memilih Pasangan Hidup yang Memiliki Akhlak yang Baik

    Pasangan Hidup

    Memilih Pasangan Hidup yang Setara

    Kriteria Pasangan

    Kriteria Pasangan yang Dianjurkan oleh Islam

    Poligami

    Pernikahan Ideal: Monogami Bukan Poligami

    Pasangan

    Berjanji Setia dengan Satu Pasangan

    Anak Sekolah

    Cara Anak Memilih Teman di Sekolah

    Anak Teman

    Memahami Cara Anak Memilih Teman dari Kecil hingga Dewasa

    Kemerdekaan

    Islam dan Kemerdekaan

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Dari Androsentris ke Bisentris Histori: Membicarakan Sejarah Perempuan dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Penulisan ulang sejarah Indonesia, jika masih cenderung androsentris akan gagal menyajikan SNI yang menjelaskan sejarah perempuan

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
27 Juni 2025
in Publik, Rekomendasi
0
Sejarah Indonesia

Sejarah Indonesia

1.7k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sejarah perempuan belum mendapat banyak tempat dalam Sejarah Nasional Indonesia (SNI). Istilahnya, sejarah nasional kita masih terlalu androsentris; berpusat pada aktivitas laki-laki yang membuat sejarah perempuan cenderung terabaikan. Proyek penulisan ulang sejarah Indonesia, yang akan pemerintah lakukan melalui Kementerian Kebudayaan, bukan tidak mungkin juga akan mengabaikan, atau gagal menyajikan, banyak sejarah perempuan.

Penulisan ulang sejarah nasional Indonesia sebenarnya bukan hal yang baru. Pada tahun 2008, terbit SNI edisi pemutakhiran sejarah nasional. Sebelumnya, juga ada buku SNI sampul biru yang merupakan edisi cetakan tahun 1981-1983. Cetakan pertama pada tahun 1975 bersampul hijau. Selain itu, sepanjang 2002 hingga 2012, para sejarawan juga menggarap buku sejarah nasional yang terpisah dari SNI. Proyek ini menghasilkan buku babon dengan judul Indonesia dalam Arus Sejarah.

Perihal Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

Saat ini, pemerintah akan melakukan penulisan ulang sejarah Indonesia. Proyek ini rencananya akan menghasilkan buku SNI 10 jilid. Jilid I sejarah awal Indonesia dan asal-usul masyarakat Nusantara. II Nusantara dalam jaringan global: hubungan dengan India dan Cina. III Nusantara dalam jaringan global: hubungan dengan Timur Tengah.

IV interaksi dengan bangsa Barat: persaingan dan kerjasama. V respon masyarakat terhadap penjajahan. VI pergerakan kebangsaan dan bangkitnya semangat merdeka. VII perang kemerdekaan Indonesia. VIII masa-masa sulit dan ancaman persatuan bangsa. IX era Orde Baru (1967-1998). Dan, X masa Reformasi (1999-2024). Berita lain menyebut 11 jilid; XI faktaneka dan indeks.

Kerangka penyusunan itu dapat kita bilang sangat berbeda dengan SNI edisi sebelumnya, yang sebanyak 6 jilid. Penyusunan keenam jilid SNI sebelumnya berdasarkan pada periodesasi sejarah. Jilid I zaman prasejarah. II zaman sejarah kuno. III pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia (1600-1800). IV sejarah Indonesia pada abad 19 (1800-1900). V kebangkitan nasional dan masa akhir Hindia Belanda antara tahun 1900-1942. Dan, VI zaman Jepang dan zaman Republik Indonesia sejak tahun 1942.

Kerangka SNI yang pemerintah rencanakan itu sebenarnya lebih dekat dengan susunan buku Indonesia dalam Arus Sejarah atau buku SNI 9 jilid. Jilid I periode prasejarah. II kerajaan Hindu-Buddha. III kedatangan dan peradaban Islam. IV kolonisasi dan perlawanan. V masa pergerakan kebangsaan. VI perang dan revolusi. VII pascarevolusi. VIII periode Orde Baru dan Reformasi. Dan, IX faktaneka dan indeks.

Proses cetak ulang, pemutakhiran, maupun penulisan ulang sejarah pada dasarnya tidak lepas dari perkembangan kajian sejarah Indonesia itu sendiri. Dan, memang harus berdasarkan pada perkembangan studi sejarah, bukan kepentingan penguasa.

Dalam hal ini, penulisan sejarah perempuan Indonesia telah banyak berkembang sejak edisi SNI 2008 dan 2012. Maka, jika benar niat hati pemerintah ingin menyajikan sejarah bangsa yang lebih utuh, penulisan ulang sejarah Indonesia harusnya turut menjadi momen untuk sejarah perempuan mendapat tempat dalam SNI.

Sejarah Perempuan dalam SNI, Sejauh Ini

Tidak banyak narasi tentang perempuan Indonesia yang dapat kita temukan dalam SNI. Penulisan SNI sejauh ini masih dalam bahasan sejarah yang androsentris. Tema politik dan perang menjadi topik besar dalam buku ini.

Arena yang mana kebanyakan figur sentralnya adalah laki-laki. Meski kita tahu, berdasarkan kemajuan sejarah perempuan akhir-akhir ini, banyak juga perempuan Indonesia yang mewarnai medan politik dan perang, namun SNI tidak banyak menyajikan sejarah mereka.

Pada jilid III edisi 1981, misalnya, tidak ada narasi yang menyinggung perempuan Aceh pada pembahasan tentang “Malaka dan Aceh Menghadapi Portugis dan Belanda”. Padahal, perempuan Aceh, seperti Laksamana Malahayati, punya andil dalam perlawanan melawan penjajah, namun narasi sejarah yang masih sangat androsentris lebih banyak menceritakan konflik antara figur laki-laki.

Pembahasan bantuan Jepara atas Malaka juga hanya menyebut nama Pati Unus, padahal Ratu Kalinyamat, sebagai Rainha de Jepara (Ratu Jepara), punya andil dalam mengirim bantuan armada ke Malaka untuk melawan Portugis. Figur yang mendapat banyak panggung dalam pembahasan ini adalah Sultan Iskandar Muda.

Ya, kita tahu bahwa ia merupakan Sultan Aceh yang gemilang. Sama halnya, kita tahu juga bahwa banyak perempuan yang punya andil dalam kegemilangan Aceh. Namun, berbeda nasib, sejarah para perempuan itu tidak mendapat tempat dalam SNI.

Penambahan Sejarah Perempuan dalam SNI

Jilid III edisi 2008 bertambah bab tentang pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam. Pada pembahasan ini, kita sudah dapat menemukan narasi tentang perempuan Aceh. Nama Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah, Sri Sultanah Nurul Alam Naqiatuddin Syah, Sultanah Inayat Zakiatuddin Syah, dan Sulatanah Kamalat Syah, muncul dalam SNI edisi ini, meski dalam narasi sejarah yang masih amat sangat terbatas.

Hal lain yang perlu kita apresiasi dari SNI 2008, dalam hal penulisan sejarah perempuan, adalah pada jilid V Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda bertambah pembahasan “Gerakan Perempuan dan Pemuda”. Ini secara tidak langsung merupakan pengakuan bahwa gerakan-gerakan perempuan, seperti Kongres Perempuan Indonesia, merupakan bagian penting dari sejarah kebangkitan nasional kita.

Meski sudah menghimpun beberapa her-stories, SNI edisi 2008 belum dapat dikatakan telah memberi tempat yang cukup bagi sejarah perempuan. Banyak pembahasan yang kosong dari sejarah perempuan, bukan karena sejarahnya tidak ada, melainkan karena memang tidak mendapat tempat.

Pembahasan kerajaan-kerajaan pada jilid III, misalnya, tidak sama sekali menyinggung para raja perempuan maupun ratu. Bukan karena tidak ada perempuan dalam arena ini, melainkan karena bangunan sejarah yang masih cenderung androsentris tidak dapat sepenuhnya menyajikan sejarah perempuan dalam SNI.

Melampaui Androsentris, bukan ke Ginosentris, Tapi ke Bisentris Histori

Penulisan ulang sejarah Indonesia, jika masih cenderung androsentris, saya kira sama saja, juga akan gagal menyajikan SNI yang menjelaskan sejarah perempuan. Kecenderungan sejarah yang androsentris perlu bergeser pada kerangka sejarah yang bisentris histori. Jadi, bukan ke ginosentris, di mana sejarah menjadi terlalu berpusat pada perempuan, melainkan ke bisentris, di mana sejarah berpusat pada keduanya.

Adanya kondisi SNI yang belum dapat menampilkan sejarah perempuan secara lebih utuh, boleh jadi bukan hanya tentang niat untuk menyajikan sejarah perempuan. Melainkan, penyusunannya tidak dalam kerangka yang dapat menyajikan sejarah perempuan. Penyusunannya masih cenderung androsentris; berpusat pada laki-laki atau pada figur-figur elit tertentu dan gagal melihat kelampauan orang-orang sekitarnya.

Jilid IV edisi 2008, misalnya, menggunakan judul “Pangeran Diponegoro” pada pembahasan Perang Jawa 1825-1830. Dari judulnya, jelas kerangka sejarah berpusat pada Pangeran Diponegoro. Ya, saya tahu, dan tidak memungkiri, bahwa Pangeran Diponegoro merupakan pemimpin masyarakat Jawa dalam perang ini. Namun, dalam konteks penyajian sejarah secara lebih utuh untuk SNI, apakah Perang Jawa hanya perjuangan seorang Pangeran Diponegoro? Tentu tidak, banyak figur lain yang terlibat.

Jilid III edisi 2012 sudah menggunakan judul “Perang Jawa”. Ini mengindikasikan paradigma yang tidak lagi berpusat pada satu tokoh dalam menarasikan sejarah. Sayangnya, tidak ada penjelasan tentang perjuangan para perempuan, seperti perlawanan Nyi Ageng Serang, dalam pembahasan ini. Tidak seperti judulnya, isinya berisi narasi sejarah yang masih terlalu androsentris seputar perjuangan Pangeran Diponegoro dan banyak figur laki-laki lainnya.

Bisentris histori menghendaki konstruksi sejarah yang tidak hanya memotret kepahlawanan laki-laki, namun juga mendedahkan posisi perempuan dalam sejarah. Pada Perang Jawa, misalnya, kita tahu ada sosok perempuan bernama Nyi Ageng Serang yang juga punya kontribusi besar dalam perjuangan ini.

Bukan Hanya Menulis Sejarah Para Elit

Kontruksi sejarah yang melampaui androsentris, atau bisentris histori, tidak berhenti pada sejarah perempuan di garis depan dan sejarah sekitar elit kekuasaan. Jika hanya sampai pada sejarah kepahlawanan perempuan di garis depan, maka her-story, dan juga SNI, akan terjebak pada nostalgia heroisme belaka.

Paradigma bisentris histori memandang penting untuk menyajikan sejarah dengan melihat aktivitas keduanya; laki-laki dan perempuan, orang elit dan orang biasa, penguasa dan rakyat, para pahlawan di garis depan dan pahlawan di garis belakang.

Artinya, masih mengambil contoh Perang Jawa, dalam kerangka sejarah yang bisentris tidak hanya mencatat perjuangan Nyi Ageng Serang, namun juga menjelaskan nasib dan perjuangan perempuan yang mempertahankan kampung ketika perang.

Keadaan dan perjuangan mereka bertahan di masa-masa sulit perjuangan melawan penjajah. Pendekatan ini memungkin cara baru melihat figur pahlawan, yang tidak selalu tentang orang yang memimpin pasukan, mereka yang bertahan di garis belakang, yang memasak menyediakan perbekalan, juga termasuk pahlawan-pahlawan dalam perjuangan melawan penjajah.

Pada titik ini, bisentris histori mengendaki sejarah di mana realitas orang-orang kecil, dalam konteks her-story seperti perjuangan hidup perempuan akar rumput, perlu mendapat tempat dalam penulisan sejarah nasional Indonesia.

Sebab, sejarah tidak hanya tentang aktivitas politik dan perjuangan orang besar, apalagi hanya tentang tone positif untuk kepentingan narasi penguasa, kelampauan mereka yang selama ini terabaikan juga termasuk masa lalu yang penting dalam keutuhan sejarah bangsa Indonesia. []

Tags: Her-story NusantaraPenulisan Sejarah PerempuanPenulisan Ulang Sejarah IndonesiaSejarah Gerakan Perempuan IndonesiaSejarah Indonesia
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

Sejarah Ulama Perempuan
Personal

Membongkar Sejarah Ulama Perempuan, Dekolonialisme, dan Ingatan yang Terpinggirkan

15 Agustus 2025
Sejarah Perempuan Madura
Figur

Membicarakan Sosok Rato Ebu dalam Sejarah Perempuan Madura

7 Agustus 2025
Melawan Lupa
Publik

Perempuan Melawan Lupa terhadap Upaya Penghapusan Sejarah

29 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan
Publik

Menguatkan Peran Ibu Nyai Pesantren dengan Penulisan Ulang Sejarah Ulama Perempuan

20 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan
Pernak-pernik

Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi

8 Juli 2025
Revisi Sejarah
Publik

Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

19 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pasangan Memiliki Akhlak

    Memilih Pasangan Hidup yang Memiliki Akhlak yang Baik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membina Keluarga Sakinah: Dimulai dari Akhlak Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Najwa Shihab, ‘Iddah, dan Suara Perempuan yang Menolak “Dirumahkan”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gerakan Ekofeminisme dalam Bayang Politik di Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kriteria Pasangan yang Dianjurkan oleh Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membina Keluarga Sakinah: Dimulai dari Akhlak Suami Istri
  • Melampaui Biner: Mendidik Anak dengan Kesadaran Gender yang Adil
  • Memilih Pasangan Hidup yang Memiliki Akhlak yang Baik
  • Membongkar Sejarah Ulama Perempuan, Dekolonialisme, dan Ingatan yang Terpinggirkan
  • Memilih Pasangan Hidup yang Setara

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID