Mubadalah.id – Pendekatan mubadalah mengajarkan bahwa pesan-pesan untuk berbuat baik dari al-Qur’an dan Hadits, sekalipun secara teks diarahkan kepada satu jenis kelamin, sesungguhnya berlaku universal untuk seluruh manusia, termasuk laki-laki dan perempuan.
Maka, ketika Nabi bersabda bahwa laki-laki terbaik adalah yang paling baik kepada keluarganya. Makna itu juga berlaku sebaliknya perempuan terbaik adalah yang paling baik kepada keluarganya.
Dengan demikian, hadits ini bukan hanya perintah bagi suami untuk berbuat baik kepada istri dan anak-anaknya. Tetapi juga anjuran bagi istri untuk memperlakukan suaminya dengan kebaikan, kasih sayang, dan hormat yang sama.
Pesan moralnya bersifat mubadalah, karena inti dari ajaran Islam adalah akhlak mulia yang harus diterapkan tanpa diskriminasi.
Dr. Faqihuddin Abdul Kodir menjelaskan dalam Buku Qiraah Mubadalah bahwa pembacaan semacam ini sebagai upaya untuk mengembalikan semangat Islam yang berkeadilan.
Rasulullah Saw. sendiri mencontohkan perilaku itu dalam rumah tangganya. Beliau mengerjakan pekerjaan rumah, memperhatikan istrinya, dan menjadikan kasih sayang sebagai fondasi relasi keluarga.
Menghapus Standar Ganda dalam Relasi Rumah Tangga
Sayangnya, dalam praktik sosial keagamaan, masih sering terjadi standar ganda. Perempuan dituntut untuk taat dan berbakti kepada suaminya. Sementara suami tidak selalu mendapat tekanan yang sama untuk berbuat baik kepada istrinya.
Padahal, sebagaimana dalam hadits di atas, ukuran kemuliaan seseorang justru terletak pada bagaimana ia memperlakukan keluarganya — bukan pada jenis kelaminnya.
Konsep mubadalah hadir untuk mengoreksi pola pikir hierarkis semacam itu. Ia mengajak umat Islam untuk membaca teks keagamaan dengan semangat kesalingan dan kemitraan, bukan dominasi. Dalam rumah tangga yang adil dan penuh kasih, suami dan istri saling menanggung, saling melengkapi, dan saling menebar kebaikan.
Maka, ketika seorang suami berlaku lembut, menghormati keputusan istri, serta menghargai kerja-kerja domestik maupun publik yang istri lakukan, ia sedang meneladani akhlak Rasulullah.
Sebaliknya, ketika seorang istri menunjukkan kesabaran, perhatian, dan penghormatan kepada suaminya, ia pun menjalankan ajaran Islam yang sama. Kedua-duanya sama-sama menjadi insan yang ahsan — yang terbaik dalam berperilaku terhadap keluarganya. []