Mubadalah.id – Film CODA (2021) alias Child of Deaf Adults menceritakan seorang anak remaja, Ruby Rossi
(Emilia Jones), dibesarkan oleh orang tua Tuli. Ayahnya adalah Frank Rossi (Troy Kotsur) dan ibunya Jackie Rossi (Marlee Matlin). Saudaranya bernama Leo Rossi (Daniel Durant) pun mempunyai kondisi sama dengan orang tuanya.
Ruby adalah siswa kelas 12 SMA yang pendiam. Dia mempunyai bakat terpendam. Pandai menyanyi dan merdu sekali. Ayah dan kakak laki-lakinya berprofesi sebagai nelayan. Ibunya seorang ibu rumah tangga.
Film ini mengadaptasi dari Film Prancis La Familie Bélier tahun 2014. Sutradaranya mendapatkan penghargaan dengan nominee Penulis Naskah Adaptasi terbaik di Academy Awards (Oscars) ke-94.
Film berdurasi 1 jam 51 menit ini menyajikan bagaimana peran dan relasi keluarga dari perspektif mubadalah. Masing-masing anggota keluarga mempunyai ikatan kesalingan.
Keluarga Menurut Perspektif Mubadalah
Dalam buku Qira’ah Mubadalah, Faqihuddin Abdul Kodir menuliskan bahwa Mubadalah berasal dari Bahasa Arab. Kata itu dari suku kata Ba’ Dal Lam (badala). Artinya mengganti, mengubah, menukar.
Makna lain, mubadalah merupakan bentuk kesalingan (mufa’alah) dan kerja sama antar dua pihak (musyarakah). Artinya saling mengganti, saling mengubah, saling menukar satu sama lain. Ada nilai kesalingan, kerja sama, dan timbal balik.
Pada menit 8.41 sampai 9.48 memperlihatkan Frank bekerja sama dengan istrinya menyajikan makan malam. Istrinya menyiapkan piring di atas meja. Sederhana tapi ini perilaku bahasa kasih suami istri. Musyarakah berbagi tugas domestik dalam sebuah rumah tangga.
Ruby membantu ayah dan kakaknya menangkap ikan di laut. Dia pula yang menjualkan hasil tangkapannya ke tengkulak. Ya, Ruby adalah jembatan komunikasi antara keluarga dengan orang-orang “mendengar”.
Ruby merasa ayahnya sedang membutuhkan dirinya ketika situasi guncangan finansial. Dia sebagai media komunikasi antar penjaga pantai dengan radio di kapal untuk memperingatkan batas teritorial hasil tangkapan laut. Dia memutuskan untuk membatalkan mendaftar beasiswa sekolah musik.
Kakaknya yang tahu Ruby punya bakat menyanyi menentang adiknya membatalkan melanjutkan sekolah tinggi. Leo tidak mau cita-cita adiknya terhambat hanya untuk interpreter bahasa isyarat orang tuanya saja.
Sang kakak mendukung 100 persen adiknya untuk meraih mimpinya. Melanjutkan pendidikan ke sekolah musik. Dia tahu adiknya mempunyai talenta menyanyi yang luar biasa. Orang tua dan dirinya mampu menangkap hasil laut sendiri dan mengurus bisnis perikanan.
Komunikasi Kunci Resiliensi Keluarga
Ruby: Ibu pernah ingin aku Tuli?
Jackie: (Berbahasa isyarat) Saat kau lahir di rumah sakit, kamu diberi tes pendengaran. Kamu kecil dan manis dengan elektroda di seluruh tubuhmu. Dan aku berdoa kamu akan menjadi tunarungu. Para tim medis mengatakan kamu bisa mendengar. Aku merasa hatiku sangat sedih.
Ruby: Kenapa?
Jackie: (Bahasa isyarat) Aku cemas kita tidak bisa akrab. Seperti aku dan ibuku. Kami tidak bisa akrab.
Dialog singkat yang menyentuh hati antara ibu dan anak perempuannya. Ibunya berpikir jika menjadi tunarungu akan menjadi ibu yang buruk dan selalu mengecewakan putrinya. Anak perempuan itu justru merasa bersyukur mempunyai ibu hebat tunarungu.
Keluarga Rossi selalu bermusyawarah dalam situasi apapun. Mereka membincang soal masalah keuangan, awal mula ingin mendirikan koperasi ikan, dan keinginan anak perempuannya melanjutkan pendidikan tinggi.
Dalam mengimplementasikan pilar rumah tangga, keluarga yang harmonis bukan berarti lepas dari sebuah konflik. Anggota keluarga mampu mengelola konflik dengan prinsip-prinsip mubadalah: saling memahami dan saling berkomunikasi.
Komunikasi dapat menjadi resiliensi keluarga. Proses berkomunikasi menghasilkan sikap saling mengungkapkan perasaan masing-masing, saling berbagi, dan berempati. (Sri Lestari, Psikologi Keluarga).
Fungsi berbicara antar anggota berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah. Beban anggota keluarga dapat dipikul bersama-sama. Pola komunikasi dalam Film CODA (2021) mengimplementasikan adanya nilai mubadalah.
Ruby dan Mekarnya Kepercayaan Dirinya
Latar belakang keluarga Ruby yang Tuli membuatnya menjadi bahan olokan di sekolah. Dia pernah berbicara seperti orang Tuli. Teman-temannya mengejeknya. Dampaknya dia tidak yakin dan percaya diri bahwa dia mempunyai suara menyanyi yang indah.
Ruby tidak malu mempunyai keluarga Tuli. Hanya saja dia tidak ingin kondisi ayah-ibu serta kakaknya menjadi bahan olokan di depan umum.
Bernardo Villalobos (Eugenio Derbez) adalah pelatih ekskul paduan suara di sekolah. Orang yang menyakinkan Ruby menemukan jati dirinya memiliki suara emas. Dari situ, percaya diri dalam dirinya mekar kembali. Dia berani bernyanyi di depan teman-temannya dan ikut serta dalam paduan suara.
Bernardo mendorong anak didiknya yang tomboy itu untuk mendaftar beasiswa sekolah musik. Dia dapat melihat potensi bahwa Ruby layak untuk mendapatkan pengetahuan tentang musik lebih mendalam.
Eksklusivitas Ruby, Frank, Jackie, dan Leo
“Film adalah refleksi dari realita itu sendiri,” kata Reza Rahadian di Kita Kumpul Online Bersama FFI yang diselenggarakan Komunitas Narasi 2021 silam.
Perkataan Reza ini maksudnya cerita atau adegan pembuatan film diambil dari kenyataan sosial yang acap kali terjadi di sekitar kita. Salah satu realitanya adalah disabilitas tidak mendapatkan akses inklusif saat di ruang publik.
Melalui film CODA (2021), menggambarkan eksklusivitas Teman Tuli ketika sedang menonton paduan suara. Juru bahasa isyarat atau layar tulisan tida ada .
Mereka bertiga hanya melihat terpaku dalam sunyi sambil senyum tipis. Barulah mereka tersenyum lebar ketika Greetie, teman karib Ruby sekaligus pacar Leo, mengatakan suara Ruby sangat bagus.
Penonton lain menikmati suara-suara merdu dari koor paduan suara. Orang tua Ruby hanya duduk tanpa ekspresi. Terkadang mereka berbicara sendiri membahas menu makan malam. Wajar saja mereka tidak bisa mendengar suara merdu sang putrinya.
Mereka hanya bisa menirukan apa yang orang-orang lain lakukan, seperti: tepuk tangan dan berdiri sebagai apresiasi terhadap penampil di atas panggung.
Sang sutradara pula menggambarkan non disabilitas mengalami eksklusivitas. Ketika sedang makan malam, Jackie melarang Ruby mendengarkan musik. Itu melukai harga diri seorang Tuli.
Selang beberapa detik, Leo memainkan Tinder di meja makan. Ruby protes. Mengapa dia tidak boleh mendengarkan musik? Jackie dan Frank mendukung Leo bermain Tinder. Ibunya menjawab satu keluarga bisa merasakan bermain Tinder. Musik tidak bisa dirasakan bersama.
Tidak hanya itu, sesama disabilitas merasakan stigma bahwa dia tidak mampu berbuat apa- apa. Ceritanya Frank dan Jackie tidak mempercayakan urusan bisnis perikanan kepada Leo. Anak laki-lakinya ini sebenarnya mampu menjadi interpreter orang tuanya. dia mampu membaca bahasa bibir. Dia cakap mengurus bisnis keluarga. Ide mendirikan koperasi adalah Leo.
Ya, gambaran-gambaran di atas mengungkapkan bahwa eksklusivitas terjadi pada disabilitas, non disabilitas atau dan antar disabilitas sendiri.
Film Coda Memotret Disabilitas Sebagai Subjek Utuh
Di film Coda (2021) sutradara membentuk karakter disabilitas tidak menjadi “objek kasihan”. Mereka sebagai subjek utuh. Artinya Teman Tuli ini dapat menjalani kehidupan layaknya manusia non disabilitas.
Frank dan Jackie sebagai orang tua mampu mengasuh anak-anaknya. Mereka bekerja, mengumpat, saling cinta satu sama lain. Frank terkadang melakukan “jokes bapak-bapak”. Leo memadu kasih dengan Greetie. Jago mengelola koperasi ikan. Mampu bersosialisasi. Pergi ke bar. Melindungi adiknya.
Ketika pertemuan antara komunitas nelayan, Frank bersuara dengan bahasa isyarat (interpreter: anak perempuannya) tentang ketidakadilan harga ikan di tempat lelang. Hasil tangkapan lautnya selalu dibeli tengkulak dengan harga rendah.
Dia mengusulkan akan mendirikan koperasi. Pembeli akan membeli ikan dari nelayan. Dengan begitu, para nelayan mendaptkan harga yang seimbang dari jualan ikan.
Sang sutradara dan penulis naskah, Sian Herder, berhasil menggambarkan perspektif mubadalah dimana disabilitas setara dengan non disabilitas. Maknanya disabilitas dianggap manusia yang utuh.
Bahasa Cinta Tanpa Suara
Cinta tidak harus dengan perkataan “aku cinta kamu”. Memberikan cinta berarti saling mengasihi satu sama lain. Saling mendengar pendapat tanpa berpikir pendapat siapa yang benar atau salah. Saling merelakan, menghargai, menghormati, memahami, mendukung, dan bekerjasama.
Dalam scene audiensi beasiswa musik, Ruby menyanyikan lagu Both Sides, Now oleh Joni Mitchell. Keluarganya turut menjadi penonton. Melihat kehadiran mereka, dia bernyanyi sambil berbahasa isyarat. Mereka terharu “mendengar” Ruby bernyanyi.
Setelah melihat potensi diri anaknya, Frank dan Jackie mulai mendengarkan apa pendapat Ruby. Mereka sebenarnya tidak mau berinteraksi dengan orang-orang yang mendengar. Frank merasa ribet. Jackie merasa tidak berani bersosialisasi. Leo berani bersosialisasi. Dia bisa membaca bahasa bibir.
Frank mempekerjakan orang rungu di kapalnya. Jackie mulai membuka diri untuk berinteraksi dengan orang-orang rungu. Leo mendapatkan kepercayaan untuk mengurus bisnis koperasi ikan.
Jackie dan Frank merelakan Ruby untuk menempuh pendidikan musik di kota lain. Mereka berempat berpelukan erat melepas kepergian Ruby.
Mereka saling menunjukkan rasa cinta satu sama lain melalui bahasa isyarat Amerika atau ASL- American Sign Language. Jari kelingking, telunjuk, dan ibu jari ke atas, jari manis menekuk ke telapak tangan dan jari tengah menunggangi jari telunjuk. Salam inklusi! []











































