Mubadalah.id – Slogan “Di dalam jiwa yang sehat terdapat tubuh yang kuat” jangan sampai mandek dalam paradigma kesehatan fisik (badan) saja, namun juga harus kita pahami sebagai akal sehat, kewarasan bernalar, dan bertindak tanpa merusak.
Oleh karena itu, Di dalam alam yang sehat akan terdapat Alam yang sehat pula. Jika akalnya tidak sehat?
“In Natura Sana Mens Sana Est”
Akal Sehat yang Hilang di Tengah Modernitas
Meskipun modernitas menawarkan segala sesuatu dengan praktis, akan tetapi secara eksplisit ia bisa menjadi cum dehumanisasi. Sangat paradoks bagi saya saat manusia saling terhubung dengan hadirnya media sosial, malahan banyak yang terputus dari kepekaan paling dasar terhadap sesama dan alam.
Ketika interaksi pun, dalam konteks perselisihan pendapat misal, seringkali terjadi “cek-cok”, emosi parah, saling melukai bahkan lambe turah mengeluarkan fitnah. Miris, padahal nilai-nilai agama yang menjadi konsep hidup utama adalah terbentuknya kesalingan, keharmonisan, kemanusiaan, dan relasi kemaslahatan lainnya. Kok ya malah pura-pura buta.
Tentu ini ciri-ciri pudarnya kesehatan akal. Hal ini tidak hanya terjadi dalam ruang virtual, tetapi juga merembes ke relasi kita dengan alam dan sesama yang paling rentan: banjir bandang di Sumatra dan Aceh, deforestasi yang merusak, eksploitasi hewan, hingga aksi kemanusiaan yang dipelintir sebagai alat legitimasi kekuasaan. Ini bukan lagi bencana alam, tapi lebih parah, ini bencana akal sehat.
Yang paling tragis, kehilangan akal sehat ini terjadi di tengah masyarakat yang mengaku religius, semua orang fasih melantunkan ayat Qur’an lewat medsos, khususnya tentang menjaga dan merawat bumi dan memuliakan sesama. Tapi, limbah pabrik terus mencemari sungai, hutan adat dirampas untuk kepentingan korporasi, perempuan, difabel, dan anak kecil kerap menjadi objek kekerasan.
Inilah wajah konkrit dehumanisasi modern. Semua orang memiliki kuasa untuk memengaruhi sesama, pandai menasihati dalam kebaikan, tetapi semakin jauh dari praksis kebaikan itu sendiri.
Kewarasan Kolektif, Kesehatan Alam Tanggung Jawab Manusia
Per-hari ini, baik secara sadar maupun kurang sadar, dalih menjaga dan merawat ekosistem alam terbubuhi dengan kepentingan individualistik. Lingkungan kerap berposisi sebagai komoditas narasi, terpelihara sejauh menguntungkan, dan terjunjung untuk kepentingan ekonomi serta politik tertentu, bukan lagi sebagai ruang hidup bersama.
Ini adalah fenomena krisis kewarasan kolektif. Jika menukil paradigma progressif Hassan Hanafi tentang ekologi, bahwa akal manusia itu lahir dari alam, barangkali tentu kepentingan individualistik tersebut merupakan pengkhianatan atas asal-usul akalnya sendiri.
Begitupun dengan perspektif Mubadalah, segala ciptaan Allah Swt adalah makhluk yang bermartabat dan mulia. Manusia mulia, tumbuhan dan hewan juga mulia, namun karena manusia memiliki akal, maka selayaknya ia yang menciptakan kemaslahatan bersama.
Kembali ke Akal Sehat, Kembali ke Keseimbangan
Sedikit reflektif, marilah kita sejenak merenungkan tindakan kecil yang telah lalu sudahkah mencerminkan kesehatan akal dan bertindak kebaikan?
Akal yang sehat akan melahirkan tindakan dan jiwa yang waras dan kuat, ia tidak akan tergoda dengan embel-embel materialisme.
Karena akal sehat bukanlah sesuatu yang rumit atau filosofis ia adalah kemampuan paling mendasar untuk melihat sebab-akibat, untuk memahami bahwa kita tidak hidup sendiri di dunia ini, dan bahwa generasi selanjutnya sebagai penghuni, bukan reruntuhan peradaban yang rakus dan tamak.
Mungkin di sini adalah seni merawat alam dengan akal sehat. Bertindak sesuai etika sosial-spiritual, memprioritaskan berpikir jernih tanpa memikirkan aspek keuntungan sendiri, dan selalu berbasis pada kesalehan individual serta sosial.
Karena, saat alam itu korban atas nama kepentingan sempit, yang runtuh bukan hanya ekosistem, melainkan juga makna kemanusiaan itu sendiri. Di sanalah kewarasan menemukan ujian terdalamnya: apakah manusia masih sanggup berlaku sebagai khalifah yang menjaga, atau justru menjadi pihak yang mengingkari amanah penciptaan. []











































