Mubadalah.Id– Adakah keluarga ideal yang tanpa konflik? Begitulah pertanyaan seorang kolega di pagi menjelang subuh. Pertanyaan itu muncul karena ia merasa selalu saja ada persoalan yang menghadang. Bertubi-tubi. Dalam usia pernikahanya yang berusia lima tahun, perbedaan-perbedaan kecil sering membesar lalu bertengkar. Salah sedikit, berkali-kali, lalu jadi besar dan bertengkar.
Tetapi kalau didiamkan, persoalan-persoalan itu bisa menumpuk, lalu meledaklah suatu ketika. Jika keluarga ideal artinya tanpa persoalan dalam relasi sama sekali, pastilah tidak ada. Perbedaan, kemarahan, konflik, dan pertengkaran, adalah jamak terjadi. Keluarga ideal bukan menegasikan itu semua. Tetapi mengelola persoalan jika terjadi, dan melewatinya sebagai pembelajaran untuk memiliki pondasi yang lebih kokoh.
Fisik kita, sesempurna apapun, pasti memiliki berbagai kelemahan. Bisa sakit, letih, dan lemah. Bisa juga mengalami kecelakaan yang mengubah kesempurnaan fisik kita. Yang paling pasti, ada perbedaan masing-masing dalam memenuhi kebutuhan fisik ini.
Psikis kita, apalagi ditambah akal pikiran, sikap, dan perilaku juga memiliki berbagai kelemahan. Bisa juga salah memahami dan salah tindakan. Yang pasti, ada perbedaan masing-masing, akibat perbedaan latar belakang budaya, pendidikan, dan keluarga. Karena kita manusia, kekurangan, kelemahan, termasuk kesalahan, adalah wajar. Kita tidak perlu menyesalkan ini semua.
Yang diperlukan, kita tidak membiarkan kelemahan kita merendahkan diri kita. Tidak juga menjadikan kesalahan sebagai kebiasaan yang kemudian merusak kita. Pernikahan tidak hanya menyatukan persamaan-persamaan antara dua pasang laki-laki dan perempuan. Tetapi juga merayakan perbedaan-perbedaan yang ada, mengenali, memahami, dan mengapresiasinya.
Menerima perbedaan sama pentingnya dengan menggenggam persamaan. Memang ada perbedaan yang cukup dikenali lalu diterima, sebagai bagian dari ekspresi diri masing-masing, seperti perbedaan jenis makanan favorit.
Ada perbedaan yang perlu dipahami lebih dalam dan disesuaikan, seperti perbedaan perilaku akibat beda budaya. Dan perbedaan yang harus diubah, seperti perilaku kasar, karena bisa merusak hubungan.
Di atas semua itu, adalah komitmen mubadalah, atau kesalingan untuk saling memperkuat kelemahan masing-masing, melengkapi kekurangan masing-masing, dan memproses semua perbedaan menjadi kekuatan bersama.
Demikian penjelasan terkait adakah keluarga ideal yang tanpa konflik? (Baca juga: Konflik Rumah Tangga itu Wajar, Tapi Haruskah Diselesaikan dengan Kekerasan?)