Mubadalah.id – Mahasiswa Columbia University menggelar protes dan mendirikan tenda di dalam kampus untuk menunjukkan solidaritas terhadap Palestina. Para alumni dan akademisi juga mendukung dan berpartisipasi dalam aksi protes ini.
Amerika hingga saat ini terus menyuplai senjata ke Israel, dengan kata lain Amerika merupakan pendukung genosida paling utama. Sejumlah kampus di Amerika juga memberikan sumbangsih terhadap perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan Israel.
Mereka menuntut untuk gencatan senjata permanen di Palestina, Amerika menghentikan bantuan militer, menghentikan hubungan universitas dengan pemasok senjata, perusahaan yang mengambil keuntungan dari perang, dan tuntutan amnesti untuk mahasiswa dan akademisi yang ditahan karena protes.
Kampus-kampus ternama di Amerika pun menyusul seperti Harvard, Stanford, MIT, Texas, Yale, New York University, dan kampus lain turut protes serta berkemah dalam kampus.
Sejarah Aksi Protes 1968 di Columbia University Berulang
Pada tahun 1968, terjadi protes besar-besaran di Columbia University yang diikuti oleh mahasiswa dan anggota fakultas. Protes ini bermula dari pembangunan sebuah gymnasium yang mana nantinya mahasiswa ras Afrika-Amerika hanya boleh masuk lewat pintu belakang. Para aktivis menyerukan diskriminasi terhadap ras Afrika-Amerika.
Hal ini disusul dengan ditemukannya dokumen yang menunjukkan keterlibatan Columbia University dengan IDA (Institute for Defense Analysis), sebuah pusat pemikiran penelitian senjata yang berafiliasi dengan Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan afiliasi Columbia University dengan terjadinya perang Vietnam.
Dengan dua tuntutan ini, diskriminasi dan keterlibatan dalam perang, para mahasiswa melakukan aksi protes di kampus. Setiap hari jumlah anggota protes semakin bertambah. Para mahasiswa dan akademisi juga melakukan pemogokan yang mengakibatkan kampus berhenti menjalankan pembelajaran selama satu semester.
Protes ini membuahkan hasil di mana pembangunan pusat gymnasium dihentikan dan hubungan dengan IDA diputus. Presiden Columbia Grayson L. Kirk juga mengumumkan pensiun setelah kejadian itu. Hari ini Columbia University juga melakukan aksi protes terhadap genosida di Palestina. Jumlah anggota semakin bertambah disusul oleh mahasiswa dari kampus lain.
Tidak menutup kemungkinan akan terjadi pemogokan besar-besaran di Amerika yang akan menghambat seluruh proses pembelajaran di kampus dan kerja di perusahaan. Bagaimana mungkin sebuah lembaga yang mengajarkan dan mendidik manusia ikut terafiliasi dalam genosida terhadap manusia?
Wake Up Call untuk Dunia
Banyak yang masih berpikir bahwa genosida yang terjadi di Palestina bermula dari 7 Oktober 2023. Tidak sedikit yang berpikir bahwa kita bebas memilih untuk mendukung antara Israel dan Palestina. Banyak juga yang berpikir bahwa isu Palestina adalah isu agama.
Padahal kita tidak pernah punya pilihan dalam mendukung. Dukungan kita mutlak untuk Palestina. Peristiwa di Palestina adalah genosida, pendudukan, dan penjajahan. Hal ini terjadi sejak tahun 1948. Berawal dari menjadi pengungsi, bangsa Palestina menerima dengan baik, lalu perlahan menjadi pembunuh dan penjajah. Tidak ada perang di Palestina, melainkan genosida.
Genosida di Palestina tidak berhenti hingga hari ini. Protes ini adalah panggilan kesadaran untuk dunia agar menghentikan genosida di Palestina. Protes ini akan semakin besar dan menunjukkan kekuatan massa. Rakyat dunia mengecam genosida, namun pemimpin mendukungnya.
Aksi protes tahun 1968 menunjukkan kekuatan massa yang mampu mendobrak diskriminasi dan menghentikan afiliasi dengan perang di Vietnam. Jika dunia tidak ingin terjadi kerusuhan besar, maka para pemimpin negara harus melindungi Palestina. Bila dunia tak terbangun setelah terbunuhnya puluhan ribu martir, maka dunia harus terbangun dengan kekuatan massa.
Dunia harus segera bertindak dan menghentikan Israel. Memutuskan suplai senjata, menghentikan seluruh afiliasi dengan Israel, serta menghentikan sumbangan terhadap Israel. Protes dan pemogokan besar-besaran akan mengganggu sistem pemerintahan dunia dan menyadarkan para pemimpin negara untuk segera bangun dari tidur lamanya. Sebentar lagi kita akan melihat kekuatan massa mengalahkan pemerintahan pendukung genosida.
Bagaimana Mengakhiri Genosida?
Sebagai orang Indonesia kita bersyukur memiliki pemerintah yang membela Palestina. Namun, perjuangan tak berhenti di sini. Kita tetap harus melakukan boikot terhadap perusahaan yang terafiliasi dengan Israel dan terus bersuara melalui media apa pun.
Penulis dengan menulis untuk Palestina, seniman membuat karya untuk Palestina, akademisi dengan terus menyuarakan keadilan, pemegang kebijakan terus mendukung Palestina, aksi demo, protes, bersuara dengan lantang di media sosial.
Jangan pernah berpikir bahwa suara orang biasa tak terdengar. Influencer dengan banyak follower juga harus terus menyuarakan dan memboikot produk afiliasi Israel. Yakinlah bahwa massa bisa mengalahkan kezaliman.
Kita lelah melawan genosida, tapi bangsa Palestina lelah menghadapi genosida. Donasi bisa langsung kita berikan pada orang-orang Palestina melalui akun-akun pribadi mereka di instagram. Jangan pernah berhenti berdoa untuk Palestina. Kita yakin akan janji yang pasti, kebenaran akan mendapat kemenangan sejati. []