• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Bahaya Ide Feminisme? Mari Telusuri Pemahaman yang Keliru

Bagi saya menjadi seorang feminisme adalah proses pencarian jati diri sebagai manusia, upaya penegakkan hak asasi manusia dan belajar untuk menghormati pilihan orang lain serta belajar kesalingan dalam relasi pertemanan, keluarga, dan pasangan.

Hoerunnisa Hoerunnisa
15/04/2021
in Personal, Rekomendasi
0
Feminisme

Feminisme

286
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pagi hari yang cerah sambil ditemani segelas teh, saya melihat sebuah tayangan video dalam Chanel Youtube Cinta Quran TV yang berisi ceramah ustadz Fatih Karim tentang “Bahaya Ide Feminisme”. Tayangan tersebut cukup menuai komentar pro kontra “Ustadz boleh bahas bahayanya patriarki, tidak? Iya ustadz benar kalau di Eropa kurang sekali menghormati perempuan! Ustadz dapat referensi dari mana  feminisme seperti itu?” saya pun cukup geli membacanya.

Ada beberapa kalimat dari ustadz Fatih yang menarik untuk dibahas dan diluruskan oleh saya seseorang yang tidak anti feminis. Katanya “Feminisme adalah gerakan di Eropa untuk membela hak-hak wanita, karena posisi wanita di sana ditindas. Feminisme adalah potret buram sistem di Barat karena wanita menjadi korban peradaban di sana, tetapi dalam Islam wanita sangat dimuliakan. Jadi buat apa feminis? Sedangkan Islam sendiri sudah memuliakan perempuan.

Mengenai kalimat bahwa Islam sangat memuliakan perempuan, saya sangat sepakat! Tapi, bagaimana fakta realitanya? Contohnya dalam konteks di Indonesia sendiri yang mayoritas beragama Islam. Apakah sudah tidak ada lagi perempuan korban kekerasan seksual? Atau perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga? apakah perempuan sudah bisa bersekolah tinggi tanpa harus melawan stigma ‘perempuan tidak harus sekolah tinggi, nanti juga balik ke dapur’? Dan apakah sudah tidak ada pemaksaan perkawinan anak pada perempuan?.

Perempuan masih terperangkap semua itu! Contoh nyata di daerah saya, masih marak pemaksaan perkawinan dini, karena dianggap salah satu cara untuk mengurangi beban ekonomi orang tua, dan masih banyak pula pelarangan sekolah tinggi bagi perempuan, karena mereka merasa perempuan tidak perlu pendidikan tinggi untuk bekal hidupnya, serta masih marak perempuan yang menjadi korban KDRT, karena kerja domestik yang dilakukan oleh perempuan dianggap kerja non produktif, sehingga suami berkuasa atas hidup istrinya.

Kita semua meyakini Islam sangat menjunjumg nilai kemanusiaan termasuk memuliakan perempuan, tetapi bukankah teks Islam itu diinterpretasikan lewat manusia dengan latar belakang yang berbeda-beda? Lantas bagaimana jika teks Islam itu ditafsirkan oleh seseorang dengan latar belakang masih berpegang teguh pada budaya patriarki? Tidak aneh jika banyak tafsir al-Qur’an atau Hadits yang terkesan mendiskriminasi perempuan.

Baca Juga:

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Contohnya seperti yang dikatakan oleh ustadz Fatih “Feminisme beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan setara, tidak bisa laki-laki lebih mulia dari perempuan karena laki-laki dianggap setara dengan perempuan. Bahkan laki-laki tidak boleh menguasai atau mengatur perempuan, maka istilah arrijalu qowwamuna alan nisa (pemimpin rumah tangga adalah laki-laki) dalam Islam sangat bertentangan dengan semangat feminisme”

Saya rasa ketika laki-laki menjadi pemimpin dalam rumah tangga tidak berarti dia memiliki kuasa untuk mengatur ataupun berbuat seenaknya terhadap istri. Tetap saja setiap hal yang dilakukan harus berlandasan kemaslahatan, kesalingan, dan kesepakatan antara dua belah pihak. Dan apakah selalu laki-laki yang harus menjadi pemimpin dalam rumah tangga? Jika benar seperti itu, bagaimana nasib perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga? atau nasib perempuan yang suaminya sakit keras?.

Pak Faqihudin Abdul Qodir menjelaskan dalam bukunya Qira’ah Mubadalah, bahwa konsep qiwamah dalam QS. an-Nisaa’ [4]: 34 berbicara mengenai norma tanggung jawab yang harus diemban oleh mereka yang memiliki kapasitas, kemampuan, dan harta yang cukup. Dalam penegasan ayat ini tanggung jawab para laki-laki adalah menanggung, menopang. serta menolong orang-orang lemah dan tidak memiliki harta yang cukup.

 

Feminisme

 

Dalam konteks ayat ini laki-laki diminta bertanggung jawab menopang perempuan, karena biasanya secara sosial merekalah yang memiliki kapasitas dan kemampuan, atau setidaknya mereka memiliki awal harta karena faktor-faktor sosial tertentu. Tatapi jika dalam praktiknya ada perempuan yang juga memiliki kapasitas, kemampuan, dan harta yang cukup, maka merekapun punya tanggung jawab yang sama untuk menopang dan menolang orang yang lemah dan tidak berkecukupan.

Lanjut, katanya “waspada ide feminisme, tujuannya adalah bias gender kalau laki-laki main bola perempuan juga bisa, kalau laki-laki angkat barbel perempuan juga bisa, dan kalau laki-laki jadi kepala negara perempuan juga boleh, maka tidak ada yang tidak boleh dalam pandangan feminisme. Tetapi dalam pandangan Islam laki-laki dan perempuan sama-sama mulia karena ketakwaannya, perempuan dan laki-laki sama-sama diberi kewajiban dengan porsi masing-masing. Oleh karena itu jika seorang perempuan memilih menjadi seorang feminisme maka perempuan keluar dari kodrat keibuannya dan akan menjauhkan perempaun dari agamanya dan ujung-ujungnya akan meninggalkan agamanya”

Sebelumnya saya mau klarifikasi, mungkin yang dimaksud ustadz  Fatih mengenai tujuan dari feminisme adalah memperjuangkan keadilan gender, bukan bias gender. Karena jika tujuan feminis adala bias gender, maka feminis sepakat dengan apa yang dikatakan ustadz Fatih dan sepakat adanya budaya patriarki.

Saya lihat juga ada pernyataan ustadz yang  saling kontradiktif. Kata ustadz perempuan dan laki-laki sama-sama mulia dan hanya ketakwaan yang membedakannya di hadapan Allah, lalu apa alasannya perempuan tidak bisa mendapatkan hak setara dalam peran sosial? Jika laki-laki boleh menjadi pemimpin Negara, tentu perempuapun juga boleh, memang apa yang salah perempuan menjadi seorang pemimpin? Toh yang membedakan antara perempuan dan laki-laki hanya ketakwaan saja. Begitukan?

Dalam pernyataannya juga disinggung perihal kodrat perempuan, ustadz Faqih ini saya rasa belum faham apa yang dimaksud dari kodrat perempuan. Dalam KBBI kodrat artinya kekuasaan Tuhan, berarti kodrat perempuan adalah hal yang bersifat akibat dari fisik perempuan atau dikenal dengan pengalaman biologis perempuan yang sudah jelas melakat pada diri perempuan dan tidak bisa dipertukarkan dengan laki-laki. Misalkan menstruasi, melahirkan, menyusui, nifas, dan mengandung. Selain dari itu adalah gender.

Lalu ustadz Fatih juga menjudge bahwa menjadi feminis artinya menjauhkan diri dari Agamanya, benarkah demikian? Saya rasa dengan hadirnya ibu Nyai Nur Rofiah, Bil. Uzm seorang dosen Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (Institut PTIQ) Jakarta seorang ulama perempuan sekaligus seorang feminis Islam yang senantiasa menyebarkan semangat keadilan Gender mematahkan asumsi tersebut.

Bagi saya menjadi seorang feminisme adalah proses pencarian jati diri sebagai manusia, upaya penegakkan hak asasi manusia dan belajar untuk menghormati pilihan orang lain serta belajar kesalingan dalam relasi pertemanan, keluarga, dan pasangan. []

 

Tags: feminismeGenderkeadilanKesetaraanperempuan
Hoerunnisa

Hoerunnisa

Perempuan asal garut selatan dan sekarang tergabung dalam komunitas Puan menulis

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Kebencian Berbasis Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

2 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Marital Rape

    Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital
  • Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID