• Login
  • Register
Selasa, 3 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Drama Juvenile Justice; Hakim Perempuan dalam Isu Remaja

Sindiran yang sangat kritis. Di satu sisi mempresentasikan perempuan dengan menjadikannya sebagai tokoh utama yang berperan dalam mengambil keputusan, namun di sisi lain juga menggambarkan sisi perempuan yang masih menjadi manusia kelas dua

Thau'am Ma'rufah Thau'am Ma'rufah
13/05/2022
in Film
0
Juvenile Justice

Juvenile Justice

175
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika anda penggemar drama Korea, mungkin anda tidak asing dengan serial berjudul Juvenile Justice yang tayang pada 25 Februari 2022 lalu. Serial ini mengangkat kisah hakim perempuan, dan tergolong sukses sejak penayangannya di Netflix karena menduduki 10 ranking harian Netflix secara global, yang artinya serial ini mendapatkan peringkat penonton terbanyak di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Plot Cerita Juvenile Justice

Seperti judulnya, Juvenile Justice bercerita tentang kriminalitas remaja dan problematika penegakan hukumnya yang terjadi di Korea Selatan. Isu yang juga menjadi isu internasional, karena problematika itu tidak hanya terjadi di negara tersebut, tetapi juga dunia secara global.

Serial Garapan Hong Jong Chan ini mengkritik habis-habisan sistem peradilan kriminalitas remaja di Korea yang memang pada kenyataannya belum ampuh. Sepanjang episode penonton dibawa untuk memecahkan kasus kriminal anak mulai dari pembunuhan, perundungan, pelecehan seksual, KDRT, pemerkosaan hingga prostitusi anak Saya bisa katakan serial ini terbilang sukses mengungkap realitas di balik aksi-aksi kriminal anak dan remaja yang ternyata sangat miris dan menyentil.

Dibalik isu tersebut,  saya lebih berfokus pada karakter utama perempuan yang sangat powerful dan langsung mencuri perhatian saya di awal episode. Dikisahkan di sini, Sim Eun Seok yang diperankan oleh Kim Hye Soo adalah seorang hakim perempuan yang bertugas di Divisi Pidana Anak. Terlihat sekali karakternya yang sangat tegas dan terkesan dingin.

Di saat Cha Tae Joo, rekannya sesama hakim pidana anak bersikap hangat dan ramah terhadap mantan kriminal anak sebagai bentuk bimbingan dan kepercayaan, hakim perempuan Sim Eun Sok malah terkesan sangat membenci dan tidak percaya bahwa mantan kriminal anak bisa berubah.

Baca Juga:

#JusticeForArgo: Melawan Privilese Dalam Menegakkan Keadilan Korban

Kafa’ah yang Mubadalah: Menemukan Kesepadanan dalam Moral Pasutri yang Islami

Self Awareness Ala Oh Yi Young di Resident Playbook

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

Digambarkan dalam serial ini, bahwa perilaku kriminal yang berusia di bawah 14 tahun hanya akan memperoleh hukuman maksimal penjara selama 2 tahun. Mayoritas vonis yang diberikan malah hanya memasukkan pelaku anak tersebut ke program bimbingan, bukan dipenjara karena alasan perlindungan.

Hakim Sim, begitu dia biasa dipanggil, seakan melanggar kebiasaan dan sistem yang ada. Bisa dilihat dari langkahnya yang tidak biasa, yaitu selalu memberikan vonis maksimal bagi terdakwa,sehingga dia diberi julukan “hakim maksimal”.

Di saat saya masih bertanya-tanya tentang apa yang menyebabkan sikapnya begitu antagonis, dingin dan sangat membenci kriminal anak, saya dibuat terpukau oleh kecerdikannya dalam menangani setiap kasus. Terlebih, posisi dilematisnya sebagai hakim yang mengharuskan menghukum tindakan kriminal dengan setimpal dan memberikan efek jera di satu sisi, dan bagaimana harus membina kriminal anak agar tetap punya masa depan di sisi lain.

Mendekati paruh terakhir drama, akhirnya terkuak alasan mengapa hakim Sim sangat membenci kriminal anak. Ternyata dia punya masa lalu kelam dan trauma mendalam karena anaknya yang ketika itu masih TK, tewas tertimpa batu bata yang dijatuhkan oleh dua orang anak laki-laki dari atas gedung apartemen.

Ketika itu, pengadilan memutuskan kedua pelaku anak tersebut masuk ke program bimbingan dan tidak dipenjara karena dinilai masih di bawah umur. Ironisnya, pelaku anak yang dahulu tidak dipenjara itu, kini menjadi pelaku pemerkosaan dan penipuan prostitusi, yang kasusnya dilimpahkan kepadanya.

Seperti biasa, dengan konsisten dia mengerahkan segenap kemampuannya agar vonis yang dijatuhkannya nanti benar-benar tepat dan signifikan. Penyelidikan ulang dia lakukan agar setiap detilnya tidak terlewat. Sayangnya, aksinya ini dianggap berlebihan karena dendam masa lalu. Berkali-kali dia diingatkan oleh rekannya untuk tidak terbawa emosi dan menyerahkan kasus tersebut ke hakim lain untuk menjaga kenetralan hakim, namun peringatan itu tidak dihiraukan.

Tak ayal, dia pun mendapat sanksi tegas dari komite sanksi Mahkamah Agung karena dinilai menistakan kenetralan, kemandirian, dan kehormatan Departemen Kehakiman. Namun, karena komite melihat kegigihan dan kesungguhannya dalam setiap menangani perkara dengan maksimal, dia masih diberikan kesempatan.

Catatan Tentang Juvenile Justice: Dari Kenakalan Remaja sampai Kompleksitas Posisi Perempuan

Serial ini punya poin plus karena mampu memotret realitas sosial secara komprehensif. karakter utama Sim Eun Seok di sini selain digambarkan sangat tangguh dan punya kapasitas yang mumpuni sebagai hakim, namun di sisi lain juga digambarkan bagaimana posisinya sebagai perempuan yang juga mengalami diskriminasi, stigma dan bias gender.

Ketika pertama kali dia datang ke Pengadilan Negeri Yeonhwa karena kepindahannya, terlihat bahwa rekannya sedikit kecewa karena tenyata hakim Sim adalah perempuan. Karena itulah, setiap vonis yang diberikan oleh hakim Sim dinilai tidak netral karena ada pengaruh dari emosinya sebagai perempuan, dan juga masa lalunya.

Ketika anaknya tewas tertimpa batu bata, ibu mertuanya menyalahkannya habis-habisan. Menurut ibu mertuanya, seharusnya hakim Sim menuruti permintaannya untuk berhenti menjadi hakim dan menjadi ibu rumah tangga saja menjaga anaknya, toh suaminya sudah bekerja menjadi jaksa. Jadi seolah-olah hakim Sim yang bertanggungjawab atas kematian cucunya, karena sebagai ibu, dia tidak becus mengurus anak.

Sindiran yang sangat kritis. Di satu sisi mempresentasikan perempuan dengan menjadikannya sebagai tokoh utama yang berperan dalam mengambil keputusan, namun di sisi lain juga menggambarkan sisi perempuan yang masih menjadi manusia kelas dua yang harus menghadapi objektifikasi, dan diskriminasi dalam sistem patriarkhi.  Sebuah paradoks yang menjadi bagian dari narasi kritis terhadap relasi kuasa dan konstruksi sosial yang ada.

Meski digambarkan bahwa hakim Sim berhasil melawan banyak stigma dengan sangat tangguh, namun di akhir drama saya berhasil dibuat iba dan pilu di momen-momen rapuh kehilangan anaknya. Kita dibawa pada pemahaman bahwa tidak ada yang mudah bagi korban, mau itu satu tahun, lima, bahkan sepuluh tahun, luka itu akan terus membekas.

Dia memang menunjukkan rasa tidak sukanya terhadap para kriminalitas remaja, tetapi di sisi lain dia tahu perannya sebagai hakim dan orang dewasa di masyarakat yang bertanggung jawab terhadap masalah ini secara keseluruhan.

Tontonan Juvenile Justice ini berusaha memantik diskusi sosial terkait isu kriminalitas remaja dengan menghadirkan banyak perspektif, salah satunya dari perspektif perempuan dan juga perspektif korban. Karena faktanya memang dibutuhkan ramuan khusus dan banyak pendekatan hukum dalam menangani kasus-kasus kriminalitas remaja agar tidak terus meningkat. Approved! []

Tags: Drama KoreaGenderJuvenile JusticekeadilanKesetaraan
Thau'am Ma'rufah

Thau'am Ma'rufah

Penulis saat ini mengajar di UIN Raden Mas Said Surakarta dan menjadi salah satu anggota @puanmenulis.

Terkait Posts

Film Cocote Tonggo

Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

31 Mei 2025
Film Cocote Tonggo

Budaya Gosip dan Stigma atas Perempuan dalam Film Cocote Tonggo (2025)

28 Mei 2025
Self Awareness

Self Awareness Ala Oh Yi Young di Resident Playbook

24 Mei 2025
Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

21 Mei 2025
Film Pendek Memanusiakan Difabel

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

7 Mei 2025
Film Aku Jati Aku Asperger

Komunikasi Empati dalam Film Aku Jati Aku Asperger

5 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tubuh yang Terlupakan

    Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Ulang Makna Aurat dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ali Mustafa Yaqub: Haji Pengabdi Setan dan Ujian Keimanan Kita

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tafsir Perintah Menutup Aurat dalam al-A’raf Ayat 31

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membaca Novel Jodoh Pasti Bertemu dalam Perspektif Mubadalah
  • Ali Mustafa Yaqub: Haji Pengabdi Setan dan Ujian Keimanan Kita
  • Tafsir Perintah Menutup Aurat dalam al-A’raf Ayat 31
  • Nilai Ekonomi dan Sosial dalam Ibadah Kurban
  • Aurat Menurut Pandangan Ahli Fiqh

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID