Mubadalah.id – Teori Behaviourisme mengatakan bahwa anak itu bagaikan selembar kertas putih yang bisa ditulis atau digambar apa saja, dan sang kertas tak pernah bisa menolak.
Manusia, menurut teori ini, terbentuk oleh lingkungannya, disebut homo mechanicus, atau manusia mesin yang tak berjiwa. Lancar tidaknya mesin bukan bergantung kepada faktor dalam, tetapi oleh faktor luar, seperi onderdil dan bahan bakar. Karena lingkunganlah yang bisa membentuk manusia menjadi pemberani, penakut, pendendam, atau pemaaf.
Teori ini bisa kita bantah dengan teori kognitif yang menyatakan bahwa manusia itu bisa berpikir sehingga bisa mendistorsi lingkungan, tidak tunduk begitu saja.
Teori kognitif akhirnya berkembang menjadi teori humanisme yang menyatakan bahwa manusia bukan hanya mampu berpikir. Tetapi juga mengerti akan makna hidup. Pertanyaannya, dari mana manusia mengerti akan makna, dari lingkungan atau dari mana?
Teori psikologi mutakhir cenderung mengatakan bahwa faktor hereditas atau keturunan sangat dominan dalam menentukan kualitas manusia, bukan lingkungan.
Hadis Nabi Saw. mengisyaratkan adanya dua konsep tersebut. Menurut hadis Nabi Saw., setiap anak lahir dalam keadaan fitrah. Karena orang tuanya lah yang akan membentuknya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
Pertanyaannya, apakah pengertian fitrah itu sama dengan selembar kertas putih kosong, atau selembar kertas yang sudah memiliki potensi warna yang akan orang tua isi dengan banyak warna. []