Mubadalah.id – Kebanyakan dari kita akan memilih hidup sesuai tren di zaman yang kita tinggali dengan mengikuti budaya dan gaya hidup mayoritas masyarakat lingkungan sekitar tempat kita tinggal. Ketika seseorang hidup di lingkungan dengan gaya hidup mewah misalnya, maka kemungkinan besar orang tersebut akan mengikuti atau berusaha mengikuti gaya hidup yang sama.
Demikian pula sebaliknya. Ketika seseorang hidup di lingkungan yang memiliki gaya hidup sederhana, maka sederhana pula gaya hidup yang ia jalani. Manusia memang cenderung ingin mengikuti tren yang ada agar tidak merasa tertinggal atau dikucilkan oleh mayoritas lainnya. Gaya hidup frugal living misalnya. Belakangan ini menjadi tren yang mulai masyarakat ikuti. Rupanya dalam Islam sendiri gaya hidup ini sudah dicontohkan sejak beribu tahun yang lalu loh.
Menurut bahasa, frugal living bermakna gaya hidup hemat. Sedangkan menurut Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI), konsep frugal living adalah gaya hidup yang lebih pintar dalam mengelola keuangan serta dapat membuat keputusan bijak dalam membelanjakan uang.
Gaya hidup sendiri merupakan sebuah penggambaran tentang bagaimana seseorang itu hidup, membelanjakan uang, dan mengalokasikan waktunya. Dalam konsepnya, frugal living lebih mengutamakan kecermatan dalam membuat keputusan pengeluaran. Yakni lebih mementingkan nilai dari barang yang ia beli. Menjaga keseimbangan keuangan agar tidak terjebak dalam kenikmatan konsumtif yang semu. Memprioritaskan kebutuhan, dan dapat melihat kemampuan saat akan membeli suatu barang.
Melihat Tren Frugal Living
Tren frugal living ini tentunya perlu kita sambut baik di tengah tren hidup hedonis dan konsumtif yang masih meluas di kalangan masyarakat. Masyarakat dengan gaya hidup hedonis dan konsumtif kerapkali membeli barang secara berlebihan tanpa adanya pertimbangan yang matang. Dan tanpa kita dasari dengan adanya faktor kebutuhan, melainkan hanya sekadar keinginan sesaat.
Ironisnya, beberapa masyarakat yang memiliki gaya hidup hedonis ini tidak dapat menyesuaikan gaya hidupnya dengan kondisi ekonomi yang ada, sehingga kerapkali memaksakan diri dan melakukan berbagai cara agar tetap dapat mengikuti tren. Akibatnya, akan timbul dampak buruk. Seperti: sifat boros, tidak produktif, berbohong, bahkan bisa saja berujung pada tindakan melanggar hukum seperti penipuan dan korupsi.
Frugal living kita harapkan dapat menjadi tren baru yg meluas di masyarakat, karena selain lebih sehat secara ekonomi, frugal living juga berdampak baik bagi lingkungan karena akan meminimalisir sampah barang yang tidak berguna.
Gaya hidup frugal living tentu berbeda dengan gaya hidup irit atau bahkan pelit. Frugal living lebih mengarah ke sifat hemat. Sedangkan irit lebih condong pada sifat kikir, karena dengan gaya hidup irit seseorang akan cenderung mengurangi ukuran kebutuhan pokok. Menjalani gaya hidup hemat berarti memiliki kebijaksanaan dalam memanajemen keuangan.
Mengelola Keuangan Berbasis Masa Depan
Survei di Amerika Serikat menyatakan, bahwa baru 45% milenial yang mampu mengelola keuangan berbasis masa depan. Sementara di Indonesia, menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), baru sekitar 38% milenial yang sadar perencanaan keuangan untuk hari tua. Dalam Al-Quran, Allah memberi peringatan kepada manusia untuk memanajemen sesuatu yang kita miliki dengan baik, yakni dalam Surat Al-Furqan ayat 67, yang artinya:
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, adalah (pembelanjaan) di tengah-tengah antara yang demikian.”
Ayat tersebut menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku hidup hemat. Yaitu dengan bersikap proposional dalam membelanjakan, membeli dan memakai apa yang dimiliki. Orang yang memiliki gaya hidup hemat tidak berlebihan dan tidak pula kikir, akan tetapi ia berada di antara keduanya.
Dalam Tafsir al-Qurṭubī berkaitan dengan Al-Furqan ayat 67 ini menjelaskan bahwa Nabi dan para sahabat tidak akan makan makanan semata-mata untuk kesenangan atau kelezatan, melainkan juga untuk menghilangkan rasa lapar dan memperkuat ibadah. Demikian pula tujuan mereka menggunakan pakaian tdak hanya semata-mata untuk kecantikan duniawi, melainkan juga untuk menutupi aurat dan melindunginya dari panas dan dingin.
Gaya hidup hemat juga sahabat Rasul praktikkan, yakni Abdurrahman bin Auf yang merupakan saudagar kaya, tetapi beliau mampu mengelola keuangannya dengan baik. Abdurrahman bin Auf mengatur keuangannya dengan membagi harta yang beliau miliki menjadi tiga bagian. Yaitu harta untuk ia investasikan ke orang lain, harta untuk melunasi utang, serta harta untuk sedakah dan dakwah Islam.
Dalam konsep sederhana yang kita tahu bahwa segala sesuatu yang berlebihan tidaklah baik. Oleh sebab itu, mari bersama-sama memulai hidup hemat sejak kini. Sebagai seorang muslim khususnya, selain bernilai pahala, frugal living juga membantu untuk belajar bijaksana dalam membeli sesuatu, belajar berinvestasi, demi mempersiapkan keuangan masa depan yang lebih baik dan lebih sehat. []