• Login
  • Register
Selasa, 3 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Hari Ini Sudahkah Perempuan Indonesia Merdeka?

Sudah saatnya perempuan merdeka dari berbagai bentuk belenggu stigma yang tidak membuat mereka bertumbuh dan berkembang dengan status keperempuanannya

Nuraini Chaniago Nuraini Chaniago
27/08/2022
in Pernak-pernik
0
Perempuan Indonesia

Perempuan Indonesia

509
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Indonesia baru saja memperingati hari kemerdekaannya yang ke-77. Perayaan hari ulang tahun kemerdekaan yang ke-77 ini dimeriahkan dengan berbagai rangkaian kegiatan. Mulai dari upacara bendera untuk mengenang para pejuang dan pendiri bangsa ini dalam merebut kemerdekaan dari tangan para penjajah. Namun pertanyaannya, hari ini sudahkah perempuan Indonesia merdeka?

Secara angka, Indonesia memang sudah merdeka selama 77 tahun, sebuah angka yang tentunya tak lagi muda. Bahkan jika memposisikannyasebagai manusia, maka Indonesia saat ini sudah mulai memasuki usia senja yang tentu kekuatan tubuhnya tidaklah sekuat dulu.

Tetapi sebagai sebuah negara, maka angka 77 tahun merupakan sebuah angka yang sudah sangat matang untuk menjadi sebuah negara yang mampu memberikan kemerdekaan yang sesungguhnya kepada seluruh rakyatnya. terutama bagi perempuan Indonesia. Karena makna kemerdekaan sesungguhnya tidaknya merdeka rakyatnya dari para penjajah negeri, tetapi memerdekakan juga seluruh rakyatnya dari berbagai bentuk ketidakadilan maupun diskriminasi.

Makna Kemerdekaan Menurut Bang Hatta

Sebagaimana pesan yang Bung Hatta sampaikan bahwa perayaan dan kemenangan makna kemerdekaan belumlah benar-benar merdeka, jika rakyatnya masih belum terbebas dari suatu eksploitasi, terbelenggu oleh kemiskinan, dan kebodohan. Belum lagi bertambah angka kekerasan, pengangguran, ketidakadilan hukum, pelecehan, KDRT, diskriminasi, intimidasi, dan lain sebagainya.

Kemerdekaan secara harfiah bisa kita pahami sebagai kemerdekaan bagi semua rakyatnya tanpa kecuali, baik perempuan maupun laki-laki harus terbebas dari segala bentuk penindasan dan penjajahan dalam bentuk apapun.

Baca Juga:

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

Kemerdekaan juga harus terasakan oleh semua individu untuk bebas menentukan pilihan hidupnya tanpa adanya intimidasi. Laki-laki dan perempuan Indonesia memiliki hak yang sama untuk berekspresi dalam lindungan UU Dasar 1945. Itulah makna kemerdekaan yang sesungguhnya, seperti pesan Bung Hatta sejak Indonesia merdeka.

Harapan mulia dari pendiri bangsa ini demi kesejahteraan setiap rakyatnya. Namun faktanya masih sangat jauh cita-cita dari harapan, walau secara simbolik Indonesia sudah merdeka selama 77 tahun. Jika kita berkaca dari pesan Bung Hatta di atas maka Indonesia belumlah merdeka dari berbagai bentuk penindasan. Terutama terhadap kaum perempuan Indonesia hari ini. Budaya patriarki yang masih saja merajai negeri telah terwariskan dari sejak berdiri hingga sampai saat ini.

Perempuan Berhadapan dengan Mitos dan Stigma

Budaya patriarki yang memposisikan kaum laki-laki menjadi kelas satu dibandingkan kaum perempuan. Sehingga perempuan selalu tercitra menjadi makhluk nomor dua dari berbagai segi kehidupan. Dampak dari terawatnya budaya patriarki ini membuat kaum perempuan menjadi entitas yang sering sekali nampak sebelah mata oleh masyarakat. Mitos bahwa perempuan hanya akan kembali ke dapur walau setinggi apapun pendidikan dan karirnya, semakin membuat ruang gerak perempuan menjadi lebih berat dibandingkan laki-laki.

Pesan dari Bung Hatta menjadi barometer bagi kita sebagai rakyat Indonesia untuk mengukur arti kemerdekaan yang sesungguhnya. Terutama bagi para perempuan Indonesia yang masih jauh dari kata merdeka. Kemerdekaan yang seharusnya mampu memberikan kebebasan bagi perempuan untuk menentukan pilihan diri sendiri secara utuh dalam lindungan UUD 1945.

Namun realitas hari ini berkata lain, pasalnya berbagai kasus-kasus diskriminasi, pelecehan, kekerasan seksual, eksploitasi, perkosaan, perdagangan perempuan, pembunuhan dan serta stigma-stigma yang membelenggu kebebasan kaum perempuan Indonesia di ranah publik maupun domestik terus saja lestari hingga hari ini.

Berbagai data dari berbagai sumber maupun Komnas Perempuan perihal kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak terus saja meningkat dari waktu ke waktu, dan semakin parah dengan kondisi pandemi dua tahun kemarin. Hal demikian juga menjadi penguat anggapan bahwa tubuh perempuan hanyalah alat pemuas bagi superioritas kaum laki-laki.

Baru-baru ini terjadi lagi kasus kekerasan seksual yang begitu menguras emosi, amarah, bahkan rasa tidak percaya yang begitu dahsyat. Bagaiamana tidak, seorang perempuan korban kecelakaan harus menerima rasa sakit ganda akibat dari kecelakaan yang dia alami.

Korban yang sedang mengalami kecelakaan harus meregang nyawa setelah diperkosa oleh pelaku. Yang seharusnya ia mendapatkan pertolongan pertama dalam kecelakaan, namun malah dinodai oleh nafsu manusia yang tidak bermoral tersebut.

Menjadi Perempuan Merdeka

Walaupun hari ini sudah banyak kebijakan yang melibatkan peran perempuan di ranah-ranah publik, seperti pendidikan, ekonomi, politik dan sebagainya. Tetap saja regulasi tersebut masih sangat mendiskriminasi peran dan kebebasan perempuan dibandingkan kaum laki-laki yang tiada batas dan melebih peran perempuan.

Pemandangan seperti ini menjadi tugas kita bersama untuk benar-benar memberikan kemerdekaan secara utuh kepada semua pihak, terutama perempuan. Sudah saatnya perempuan juga merasa aman menjalani segala aktivitasnya di dalam maupun di luar rumahnya.

Hari ini sudah saatnya pula perempuan merdeka dari berbagai bentuk kekerasan di manapun ia berada. Merdeka dengan segala pilihan hidupnya tanpa harus menyudutkannya dengan alasan “kamu-kan perempuan.”

Sudah saatnya perempuan merdeka dari berbagai bentuk belenggu stigma yang tidak membuat mereka bertumbuh dan berkembang dengan status keperempuanannya. Merdeka dari semua kungkungan budaya patriarkis negeri ini. Selamat hari merdeka Republik Indonesia dan selamat merdeka juga perempuan Indonesia, karena setiap manusia itu pada hakikatnya adalah manusia utuh dengan kediriannya. []

Tags: BudayaIndonesiaKekerasan Berbasis Genderkemerdekaanpatriarkiperempuan
Nuraini Chaniago

Nuraini Chaniago

Writer/Duta Damai Sumatera Barat

Terkait Posts

Aurat dalam Fiqh

Aurat Menurut Pandangan Ahli Fiqh

3 Juni 2025
Aurat

Membaca Ulang Makna Aurat dalam Al-Qur’an

3 Juni 2025
Jilbab dan Hijab

Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

2 Juni 2025
Perempuan Memakai Jilbab

Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

2 Juni 2025
Jilbab Menurut Ahli Tafsir

Jilbab Menurut Ahli Tafsir

2 Juni 2025
Makna Hijab dalam

Makna Hijab Menurut Pandangan Ahli Fiqh

2 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perbedaan Feminisme

    Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Aurat Menurut Pandangan Ahli Fiqh
  • Trans Jogja Ramah Difabel, Insya Allah!
  • Membaca Ulang Makna Aurat dalam Al-Qur’an
  • Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID