Mubadalah.id – Isra Mikraj merupakan sebuah perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW yang berlangsung dalam satu malam. Sebuah perjalanan yang tidak bisa kita masukkan ke dalam nalar manusia. Oleh sebab itu proses perjalanan tersebut cukup kita yakini menggunakan iman saja.
Bagaimana tidak? siapa yang percaya jika seorang manusia bisa melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah menuju masjidil Aqsa di Yarusalem dengan waktu satu malam ditambah lagi dengan menggunakan transportasi berupa hewan bernama buraq.
Perjalanan spiritual Rasulullah itu terabadikan dalam al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 1 :
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِه لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَه لِنُرِيَه مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّه هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Artinya: Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagaian tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia maha mendengar lagi maha melihat.
Prof Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa dalam hikmah Isra Mikraj, perjalanan Nabi bukanlah atas kehendak beliau dan tidak juga terjadi atas dasar kemampuan pribadinya. Akan tetapi itu atas Kehendak Allah SWT. Secara umum ayat di atas menjelaskan tentang perjalanan spiritual Nabi Muhammad saw.
Tetapi dalam ayat ini tidak ada penjelasan apakah proses tersebut terjadi dengan ruh dan jasad beliau atau ruh saja, atau bahkan dengan mimpi. Para ulama berbeda pendapat tentang hal ini. Di sisi lain juga terdapat perbedaan terkait peristiwa tersebut terjadi dalam satu peristiwa atau dua kali.
‘Amul Huzn (Tahun Kesedihan)
Sebelum mendapatkan perintah untuk Isra Mikraj, Nabi mengalami beberapa peristiwa yang menyebabkannya menjadi galau dan gelisah. Bagaimana tidak sebelum itu Nabi Muhammad telah mengalami masa-masa yang sangat sulit. Dan kesulitan tersebut datang silih berganti. Mulai dengan meninggalnya paman beliau, Abu Thalib yang selama ini melalui pengaruh dan ketokohannya selalu membela Nabi saw.
Setelah wafatnya Abu Thalib, Rasulullah mengalami kesulitan lain yakni wafatnya istri tercinta Khadijah ra yang selama ini selalu mendukung dan memberikan ketenangan kepada beliau. Kepergian kedua tokoh tersebut sangat terasa oleh Nabi saw. Oleh sebab itu tahun kepergian kedua tokoh penting dalam kehidupan Nabi kita sebut ‘am al-Huzn (tahun kesedihan).
Selanjutnya, gangguan kaum musyrikin yang semakin memperburuk suasana hati Nabi sehingga beliau menuju Tha’if untuk berdakwah. Tetapi di sanapun beliau ditolak dan diganggu. Mengutip dari tafsir al-Misbah Allah kemudian menghibur beliau seakan-akan berkata “kalau penduduk bumi menolak kehadiranmu dan menentang ajaran yang engkau sampaikan, tidak demikian penghuni langit”. Dari sini kemudian beliau diisra-kan dan di mikrajkan.
Dalam perjalanannya Rasulullah banyak mengalami pengalaman batin yang sangat luar biasa. Di mana beliau dapat menembus langit pertama hingga langit ketujuh yang mana di setiap langit Rasulullah bertemu dengan para nabi sebelum beliau. Puncak perjalanan spiritual Rasulullah ketika naik ke Sidratul Muntaha, lalu ke Baitul Ma’mur dan bertemu secara langsung dengan Allah SWT.
Spirit Hikmah Isra Mikraj
Peristiwa Isra Mikraj tentu memiliki kesan tersendiri bagi Nabi Muhammad SAW. Beberapa riwayat banyak yang mengatakan bahwa sepulang Isra Mikraj Nabi Muhammad membawa pesan salat lima waktu bagi ummat muslim. tetapi lebih dari pada itu, peristiwa Isra Mikraj menyimpan banyak pesan penting bagi ummat Islam. beberapa di antaranya adalah;
Pertama, meningkatkan spiritualitas keimanan. Perjalanan berbeda dimensi antara manusia, malaikat dan Tuhan tentu merupakan sebuah peristiwa yang menakjubkan. Bagaimana mungkin seorang manusia dapat melewati dimensi yang berbeda, bertemu dengan malaikat dan bertatap muka dengan Allah SWT. Di sana Nabi kemudian mendapatkan perintah salat.
Salat merupakan salah satu bentuk komunikasi dengan Allah SWT. Selain tiang agama, salat adalah ibadah yang pertama kali ditanyakan dalam yaumul hisab. Bentuk komunikasi inilah yang dapat mengingkatkan spiritulitas kita kepada Allah SWT. Semakin intens kita melakukan salat, maka semakin intens pula komunikasi kita dengan sang pencipta.
Kedua, Refleksi Diri. Sebagaimana telah penulis kisahkan di atas bahwa salah satu alasan Isra Mikraj Nabi adalah karena nabi mengalami masa-masa sulit dalam berdakwah. Sehingga Jibril mengajak Nabi Muhammad jalan-jalan ke langit.
Sebagai sesama manusia tentu kita juga akan menghadapi berbagai masalah yang membuat kita menjadi galau dan gelisah. Oleh sebab itu dalam menghadapi masalah tersebut kita perlu melakukan refleksi dzahir dan batin. Refleksi dzahir adalah dengan melakukan perjalanan yang membuat hati dan fikiran menjadi tenang dan nyaman sehingga kita bisa melakukan muhasabah.
Refleksi Batin
Adapun refleksi batin dapat kita lakukan dengan mendekatkan diri dengan sang pencipta yang kita aplikasikan dengan melakukan ibadah-ibadah yang diperintahkannya sebagaimana Nabi Muhammad Saw lakukan.
Ketiga, membangun Koneksi pencipta dan hamba. Kita tahu bahwa dalam perjalanannya Nabi Muhammad berangkat dari Masjidil Haram kemudian singgah di Masjidil Aqsa sebelum berangkat ke ke langit. Masjid melambangkan kesucian Jiwa, pikiran dan perbuatan.
Di sini Masjid menjadi simbol koneksitas antara manusia dan Tuhannya. sebuah tempat yang tenang dan nyaman untuk membangun koneksi batin kepada sang pencipta. Oleh sebab itu sebelum berangkat Malaikat Jibril membedah Nabi dengan membersihkan hati dan jantungnya.
Di akhir tulisan ini penulis ingin menyampaikan bahwa peristiwa Isra Mikraj jangan hanya kita jadikan sebagai cerita setiap tahun yang hanya kita yakini kejadiannya. Tetapi lebih dari pada itu, hikmah Isra Mikraj adalah perjalanan dan pengalaman spiritual Nabi yang dipenuhi dengan pesan-pesan moral. Sehingga kita dapat mengambil pelajaran sebagai teladan dalam mengarungi kehidupan. Wallahua’lam. []