Mubadalah.id – Namanya Nirwana Tawil. Saya sendiri baru mengetahui namanya belakangan ini. Belum lama. Namun karena perjalanan dan pengalaman hidupnya yang luar biasa, saya jadi terenyuh, sekaligus bangga. Kok ada Muslimah yang mau mengabdikan hidupnya penuh waktu untuk Masjid? Benar-benar tidak habis pikir.
Ini benar-benar aneh tapi nyata. Karena selama ini, Muslimah itu disepelekan, dianggap seperti tidak berguna, dalam hal apa pun, apalagi dalam hal mengelola Masjid. Namun setelah mengetahui sepak terjang Kak Nirwana (panggilan akrabnya) dalam mengelola Masjid, masya Allah, saya dibuatnya kagum.
Sejak dulu Muslimah di Masjid itu kalau shalat berjamaah saja barisan shalatnya pasti di belakang. Hampir sulit sekali ditemukan Masjid yang barisan shalat antara perempuan dan laki-laki itu sejajar. Perempuan ketika shalat sekali pun dianggap mengundang maksiat dan dosa.
Bahkan tidak jarang, masih ada pemahaman bahwa perempuan itu serupa setan. Astaghfirullah mengerikan sekali ya. Masih banyak juga yang meyakini bahwa suara perempuan itu aurat. Bahkan lagi, ada pemahaman yang menyatakan bahwa sebaiknya perempuan itu shalatnya di rumah saja. Sebab takut terjadi fitnah.
Kak Nirwana (saya mengetahuinya dalam sesi diskusi daring tentang kemasjidan) ternyata sudah malang-melintang dalam dunia kemasjidan. Berawal dari sebuah Masjid di Yogyakarta, ia dan teman-teman sesama aktivis Masjid, berupaya sekuat tenaga memakmurkan Masjid. Bahkan program-program inovasi pun digulirkan. Salah satu dari sekian banyak program inovasinya adalah berbagi atau sedekah nasi kotak. Program ini yang belakangan berbuah sebuah komunitas dan lembaga bernama Berkah Box.
Dalam pikiran saya, apa pun program inovasi, apalagi yang berkaitan dengan Masjid, sudah pasti baik dan bermanfaat. Namun apa ternyata? Kak Nirwana, berdasarkan penuturannya, justru malah dicurigai, dituduh dan difitnah telah merusak pengelolaan Masjid. Ia bahkan bukan hanya dijatuhkan oleh jamaah, melainkan oleh pengurus dan sebagian banyak Ustadz setempat. Padahal perjuangan Kak Nirwana mengelola Masjid sungguh luar biasa. Laki-laki mana saja belum tentu mampu mengelola Masjid dengan sedemkian kreatif dan inovatif.
Bayangkan saja, ternyata Masjid saja tidak ramah Muslimah. Muslimah malah dianggap seperti aib dan fitnah. Pelakunya malah orang terdekatnya, yakni kita sebagai laki-laki yang sebetulnya juga belum tentu bisa mengelola dan memakmurkan Masjid dengan baik.
Padahal para Muslimah, baik itu ibu-ibu maupun remaja putri dianugerahi potensi yang sama sebagaimana para laki-laki. Dan Kak Nirwana adalah salah seorang Muslimah yang pantas menjadi teladan. Ia telah mampu mendobrak stigma terhadap Muslimah selama ini. Di tangannya, Masjid menjadi berdaya dengan berbagai macam program inovatif.
Apa yang dilakukan Kak Nirwana setelah difitnah di lingkungan Masjid, padahal ia yang justru telah mampu menggerakkan Masjid? Sebagai manusia biasa, Kak Nirwana kecewa, menangis dan miris karena ikhtiar kebaikannya justru disalahpahami. Lalu apakah Kak Nirwana menyerah? Sama sekali tidak. Pengalaman memberdayakan Masjid berkali-kali itulah yang membuat sosok Kak Nirwana malah semakin tangguh.
Salah satunya melalui wasilah Ust Luqmanul Hakim, founder Masjid Kapal Munzalan. Saat kondisi hidupnya terjepit fitnah, bersama rekan seperjuangannya Rendy Saputra justru semakin yakin kepada Allah, dan akhirnya berbuah berkah. Kini telah berdiri komunitas Berkah Box yang di dalamnya akan mengelola Masjid dengan nama Masjid Berkah Box berikut mendirikan Pesantren.
Dahsyatnya lagi Kak Nirwana justru semakin bersemangat untuk terus mensyiarkan pemberdayaan Masjid. Kalau awalnya hanya berbagi makanan, Masjid makan-makan, kini malah semakin naik levelnya di mana Masjid semakin berdaya yakni Masjid masak-masak. Kak Nirwana menyadari betul bahwa potensi Muslimah itu sangat erat dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan masakan. Ia pun kini tengah menggerakkan program Balai Saji.
Program tersebut merupakan sebuah konsep warung makan gratis untuk jamaah, musafir dan siapa saja yang menjadi tamu Allah di Masjid. Penggeraknya para Muslimah, sehingga keberadaannya bisa semakin berdaya. Sampai catatan ini ditulis, Balai Saji yang awalnya dibiayai sendiri, sekarang sudah berdiri lebih dari 23 cabang Balai Saji di mana pembiayaannya banyak dari kaum Muslimin yang sukarela ikut tergerak bersedekah.
Sungguh saya semakin terenyuh. Sebab saya sendiri baru kali ini menemukan Muslimah yang begitu tangguh. Muslimah yang semakin tangguh, bukan mengeluh, manakala diberi ujian hidup oleh Allah. Kak Nirwana seorang Muslimah pejuang Masjid yang kisah hidupnya begitu inspiratif. Ia memilih memberdayakan Masjid ketimbang sibuk dalam aktivitas dunia yang tidak perlu sebagaimana biasanya lazim dilakukan oleh para Muslimah pada umumnya.
Saya juga banyak berteman dengan para Muslimah yang aktif di berbagai lembaga atau institusi. Namun untuk menemukan Muslimah yang hidupnya diabdikan untuk Masjid, belum ada sama sekali. Semoga akan lahir lebih banyak lagi para Muslimah seperti Nirwana Tawil. Wallaahu a’lam. []