Mubadalah.id- Nyawa manusia tampaknya sangat murah dari pandangan seorang Alvi Maulana. Dirinya tega menghilangkan nyawa kekasihnya yang telah hidup bersama selama 5 tahun. Malam itu Tiara Angelina menghembuskan nafas terakhirnya di kamar kostnya karena pertengkaran dengan kekasihnya. Selain menjadi tempat penghilangan nyawa, kost itu juga jadi tempat “Living Together” bagi keduanya.
Mengenal Trend Living Together
Living Together atau kohibitasi jadi salah satu trend para pasangan saat ini. Istilah tepatnya menurut saya kumpul kebo. Mereka sebagai pasangan hidup bersama layaknya suami-istri. Bahasa kerennya Living Together, tapi ini sama sekali tidak keren.
Pelaku ini punya prinsip, bahwa sebelum membangun hubungan dalam status pernikahan sebaiknya mereka saling mengenal dahulu. Walau demikian, tidak ada ajaran apapun yang membenarkan praktik ini.
Living together bukan hanya tentang larangan dari agama. Semua agama pastinya satu suara dalam membahas fenomena ini. Hidup bersama tanpa ikatan bukan hanya kesalahan seorang dalam mengamalkan sikapnya. Tetapi tentang moral yang ingin mereka lawan.
Living together bukan saling mengenal sesama, melainkan menjadi pemuas nafsu semata. Saya pernah membaca salah satu postingan dari @mojokdotco tentang praktik ini. Tulisan tersebut mereka bagikan melalui Instagram dengan judul “Hari-hari Mahasiswa Malang yang Jalani Kohibitasi: Latihan Berumah Tangga, Jalani Hidup Layaknya Suami Istri meski Tak Siap Menikah.”
Tulisan oleh Ahmad Effendi ini berisi tentang cerita mahasiswa di Kota Malang yang jalani kohibitasi atau living together tadi. Mulai dari alasan efisiensi, ingin mengenal lebih jauh dan juga latihan dalam memecahkan masalah bersama jadi dalih mereka yang melakukannya.
Kisah Tragis Pasangan Living Together
Living together sendiri menurutku hal yang harus diberantas atau apapun. Walau konotasinya negatif, tetapi aku kembalikan lagi pada mereka yang sudah menjalankan atau akan menjalankannya. Tapi intinya, praktik ini jangan pernah sampai dinormalisasi, tetap buat praktik ini tidak normal.
Untuk kalian yang ingin atau akan memutuskan untuk hidup bersama dengan pasangan, menurutku pikirlah matang-matang. Belajar efisiensi, hubungan berumah tangga, ataupun pemecahan masalah bisa dari banyak sumber. Dan living together adalah pilihan terburuk untuk belajar itu semua.
Sama halnya dengan pasangan asal Mojokerto yang menjalani living together ini. Tiara Angelina (25) dan Alvi Maulana (24) adalah salah satu pasangan yang memilih untukhidup bersama.. Mereka sudah berhubungan sejak bangku kuliah, dan melanjutkannya hingga bekerja. Hubungan mereka jalani dengan kehidupan yang living together, tetapi akhir tragis mengenai keduanya. Karena problem yang tak berkesudahan, Alvi Maulana dengan tega membunuh kekasihnya.
Kronologi kematian Tiara ini tampaknya bisa kalian dapatkan dengan mudah melalui berita yang telah tersebar masif melalui media sosial. Dan benar, usaha untuk saling mengenal, mengolah emosi, mengatur finansial dan alibi lainnya bukan manfaat dari hidup bersama tadi. Alvi dengan kejam menghilangkan nyawa Tiara, karena sikapnya yang boros, karena Tiara yang kasar dan karena emosi Alvi yang belum stabil.
Living Together Bukan Usaha Saling Mengenal
Kasus Alvi Maulana tampaknya hanya satu dari sekian banyak kasus “hidup bersama” yang muncul kepermukaan. Dan dari satu kasus saja, ini bukan pilihan untuk pasangan saling mengenal. Tindakan ini malah membuat kerugian baik dari sisi laki-laki maupun perempuan. Walau dalam hasil wawancara yang Ahmad Effendi lakukan sebelumnya bahwa pelaku tetap punya batasan, tapi hal ini tetap tidak bisa dibenarkan.
Islam sendiri punya cara tertentu dalam sebuah pendekatan atau PDKT untuk pasangan. Salah satunya dengan ta’aruf, mereka tidak pernah bertemu tanpa pengawasan dari orang terdekat. Ta’aruf juga saling menjaga antar laki-laki dan perempuannya, selain mengenal antar keduanya mereka juga dapat mengenal keluarga calon pasangan tersebut.
Bimbingan pra nikah juga sebenarnya bisa jadi salah satu usaha dalam mengenal pasangan. Bahkan, bimbingan ini wajib di ikuti oleh calon pengantin dan jadi syarat dalam melakukan pernikahan. Bimbingan pra nikah tampaknya juga bisa didapatkan secara gratis maupun berbayar sesuai dengan kebutuhan calon pengantin.
Tren ini bukan hal keren yang patut kita ikuti. Ini bukan sebuah usaha saling mengenal atau menjaga satu sama lain. Walau punya komitmen, batasan atau usaha untuk tidak melakukan hal buruk, tapi Living Together tetap jadi kegiatan yang seharusnya tak dilakukan. Dan jangan pernah normalisasi hal ini. []