Mubadalah.id – Jaringan ulama KUPI, Nyai Rahmi Kusbandiyah menceritakan tentang pesan moral tentang kemerdekaan dari seorang ibu miskin, bernama Inak Sahnun.
Hidup Inak Sahnun hanya sebatang kara dan sakit-sakitan di Mataram. Dia tidak memiliki tempat tinggal tetap.
Pekerjaan Inak Sahnun setiap hari adalah mengumpulkan sampah plastik dan kardus untuk nantinya dijual sebagai biaya hidupnya.
Setelah menguranginya dengan biaya makan dan lain sebagainya, hasil penjualan hariannya tersebut kemudian menyimpan dan menabungnya secara pribadi, di bawah bantal tidurnya.
Satu hal yang luar biasa dari ibu tersebut adalah ketika datang Idul Adha, maka semua tabungannya menyerahkan ke panitia Idul kurban untuk membeli sapi. Dan selalu cukup, sapi yang layak dan mahal untuk ukuran Inak Sahnun tersebut.
Ketika berita tentang Inak Sahnun menjadi viral, beberapa orang datang menawarkan bantuan bahkan ada travel menjanjikan beliau untuk umrah, namun menolaknya dengan halus.
Pesan moral tentang kemerdekaan dari kisah Inak Sahnun ini :
Pertama, Inak Sahnun melakukan kegiatan hariannya tanpa tekanan dari pihak manapun.
Tetapi murni karena untuk membiayai hidupnya agar tidak tergantung kepada orang lain.
Kedua, Inak Sahnun merdeka menentukan pilihannya sendiri terhadap uang hasil penjualan kardusnya, sekalipun menurut orang lain tidak tepat.
Ketiga, Inak Sahnun menolak bantuan ataupun umrah untuk dirinya yang berarti dia juga merdeka untuk menerima atau tidak sesuatu yang datang dari luar dirinya. Inak sahnun tidak tertekan, apalagi berharap. (Rul)