Mubadalah.id – Tidak sedikit kita jumpai terkadang seorang ayah atau ibu tidak setuju terhadap pilihan pasangan anak gadisnya. Sehingga akhirnya sang ayah memilih jalan perjodohan dengan memegang konsep kafaah. Padahal hal itu bersebrangan dengan keinginan sang anak, lantaran si anak memiliki kriteria tersendiri dalam memilih pasangan.
Maka sebagai agama rahmatan lil alamin Islam memberikan solusi yang adil untuk perempuan, yaitu konsep kafaah. Mengacu kepada definisi kafaah secara bahasa yang berartikan kesamaan (tasawiy) dan keseimbangan (ta’adul) sudah mengisyaratkan bahwa konsep kafaah merupakan keadilan bagi perempuan dalam menentukan pasangan.
Sedangkan secara syariat kafaah adalah perkara yang mengharuskan tidak adanya aib. Sesuai dengan apa yang ada di dalam kitab Budur As sa’adah. Bahwa alasan kewajiban kafaah adalah untuk menolak aib yang membuat rusak harga diri perempuan. Karena nikah adalah akad yang akan berlangsung seumur hidup. Maka tujuan dan harapan dari nikah menjadi penting. Di mana tujuan dan harapan itu hanya bisa terealisasikan dengan adanya konsep kafaah.
Unsur-unsur Kafaah
Pertama, calon pasangan, baik laki-laki amupun perempuan harus bebas dari aib-aib nikah. Di mana aib tersebut bisa merusak keharmonisan dalam rumah tangga lantaran si perempuan akan merasa risih terhadap suaminya. Dalam literatur kitab kuning, aib ini bisa berupa penyakit yang membuat tidak berfungsinya alat kelamin laki laki. Atau penyakit kulit yang membahayakan seperti lepra.
Kedua, calon pasangan harus merdeka, namun untuk kriteria ini tidak bisa kita pertimbangkan karena memang perbudakan untuk masa sekarang sudah tidak ada.
Ketiga, memperhitungkan nasab, si calon spasangan harus memiliki latar belakang keluarga yang baik dan dalam arti lain memiliki nasab yang baik sesuai dengan latar belakang keluarga masing-masing pasangan.
Keempat, adalah I’ffah. Maksudnya di sini adalah calon pasangan harus baik dalam menjalankan agama, menjalankan apa yang menjadi perintah Allah dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya. Sehingga tidaklah sekufu’ antara laki laki fasik dengan perempuan yang ‘afifah
Kelima, kesetaraan profesi. Artinya seorang calon pasangan harus yang merupakan orang dari kalangan pekerja yang setara dengan orang tua masing-masing pasangan. Contoh yang banyak kitab kuning tampilkan adalah perempuan yang merupakan anak dari tukang jahit tidak sekufu’ dengan seorang laki laki yang berprofesi satpam.
Menurut pendapat yang paling sahih bahwa kekayaan tidak kita perhitungkan dalam konsep kafaah karena alasan bahwa harta merupakan sesuatu yang tidak langgeng.
والأصح أن اليسار لايعتبرفي خصال الكفاءة لأن المال ظل زائل وحال حائل و مال مائل ولايفتخر به أهل المروءات و البصائر
“Menurut pendapat yang paling sahih sesungguhnya kekayaan tidak diperhitungkan dalam tercapainya kafaah, karena harta bersifat bayangan yang akan sirna, sehingga seorang yang ahli muru’ah tidak akan merasa bangga dengan banyaknya harta.”
Dapat kita simpulkan bahwa orang tua yang akan menjodohkan putra atau putrinya harus mempertimbangkan lima hal di atas. Tetapi yang perlu kita ketahui juga, orang tua harus mendengarkan anak perempuannya. Jika ada penolakan atau ketidaksetujuan maka jangan dipaksakan. Lantaran hal itu adalah kunci keharmonisan yang menjadi tujuan dari adanya pernikahan yang berawal dari perjodohan. Wallahu ‘alam. []