• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Lagu Senjata Pria; Upaya Penanaman Virus Amoral yang Mengganggu Spiritual dan Intelektual

Menyimak lirik terakhir lagu “Senjata Pria”, umat seolah sedang dipecut agar masuk ke satu lubang kekejaman, satu laku kriminal yang akan mengeluarkan manusia dari kemanusiaanya

Ahmad Dirgahayu Hidayat Ahmad Dirgahayu Hidayat
20/09/2022
in Personal
0
Lagu Senjata Pria

Lagu Senjata Pria

480
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dahulu, sekitar 15 tahun lalu saat saya dan kawan-kawan yang sebaya masih duduk di bangku kelas empat SD, kami kerap mendengar lagu “Senjata Pria”. Lagu yang saya sendiri tidak tahu siapa penciptanya. Lagu itu populer di kalangan remaja dan anak-anak desa secara alami. Mungkin awalnya hanya diperdengarkan kepada satu atau dua orang, lalu yang mendengar ini menyampaikan kepada kawan-kawan yang lain hingga tersebar ke mana-mana.

Akhirnya, kami yang masih ingusan, masih senang kejar-kejaran, gemar bermain bola sampai petang dan berhenti saat orang tua kami datang membawa rotan, seolah dipaksa keadaan untuk turut menyanyikan lagu jorok itu. Kami bernyanyi dengan penuh riang tanpa mengenal waktu dan tempat; di sekolah, di tempat bermain, saat mengaji di surau, saat mandi di sungai, dan lain-lain.

Entah siapa yang berjasa mengenalkan lagu tak senonoh ini kepada anak-anak seusia kami. Anehnya, saya pribadi tidak bisa melupakannya. Barangkali hikmahnya, saya menerima amanah untuk mengedukasi masyarakat tentang dampak lagu tersebut. Sehingga tidak akan lahir lagi lagu-lagu serupa yang menjadi wiridan anak-anak desa.

Lirik Lagu “Senjata Pria”

Berikut kami sertakan lirik lagu “Senjata Pria”, dengan harapan, siapa pun yang membaca tulisan ini, segera mengantisipasi lahirnya budaya-budaya amoral di tengah masyarakat. Terutama sekali budaya yang akan meruntuhkan generasi-generasi kita dalam bentuk apa pun. Inilah lirik tak terpuji yang menodai pikiran anak bangsa;

Senjata tajam senjata pria

Baca Juga:

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Alarm Kekerasan Terhadap Anak Tak Lagi Bisa Diabaikan

Kasus Inses di Kudus: Pentingnya Membangun Ruang Aman bagi Anak

Menyusui Anak dalam Pandangan Islam

Yang disukai para wanita

Bergerak maju-mundur

Bertempur di atas kasur

Kalau hamil, ayo kita kabur..

Anak-anak seusia kami waktu itu memang tidak benar-benar paham maksud setiap liriknya dan tujuan ia diciptakan. Kami hanya mendendangkannya dengan riang gembira.

Lagu “Senjata Pria” Menanamkan Virus Amoral

Rupanya moral anak-anak desa saat itu telah tersusupi oleh budaya yang amat buruk, penanaman virus kriminalisasi dan sikap tidak bertanggung jawab. Saat melihatnya sekilas, lagu itu tampak terlihat sebagai senda gurau biasa, hanya nyanyian anak-anak yang tak layak kita perhitungkan serius.

Namun, jika dilihat lebih cermat, dalam ilmu penanaman karakter terhadap anak-anak, nyanyian tersebut bukan biasa-biasa saja. Sebab penanaman karakter anak pasti berawal dari yang tampak tidak serius dan senda gurau. Itulah cara terampuh untuk melawan karakter baik yang ada dalam diri mereka, yaitu dengan menjelmakan nilai-nilai “kotor” ke dalam dunia bermain mereka.

Sehingga, mana yang paling menyenangkan, itulah yang paling melekat dalam kepribadian mereka. Penanaman karakter berawal dari pendengaran dan penglihatan, kemudian berlanjut menjadi ucapan atau nyanyian sehari-hari, dan akhirnya mandarah daging, menjadi aktifitas yang tidak mudah dihilangkan. Jika tidak segera diretas, maka persentase warna hitam sebagai lambang gelap budaya akan mendominasi kehidupan umat beragama.

Menyimak lirik terakhir lagu “Senjata Pria”, umat seolah sedang dipecut agar masuk ke satu lubang kekejaman, satu laku kriminal yang akan mengeluarkan manusia dari kemanusiaanya. Lirik terakhir ini juga sedang menggambarkan bahwa generasi perempuan kita akan dipersiapkan menjadi sarang kriminalisasi selanjutnya. Na’udzubillah min dzalik.

Oleh karena itu, para ulama perempuan harus tampil sejak dini, mengambil peran sampai ke pelosok-pelosok desa. Turut aktif menggawangi hal-hal kecil semacam ini, setidaknya dengan membuat lagu tandingan yang mengajarkan moral dan menjunjung tinggi martabat perempuan, serta mempopulerkannya sampai tidak kita temukan peluang sekecil apa pun yang berperan sebaliknya.

Karena cara ampuh melawan virus amoral di tengah masyarakat multikultural-terlebih di era digitalisasi ini-bukan dengan memaki-maki pelakunya atau dengan menasehatinya lewat panggung khutbah saja. Melainkan dengan menyuntikkan virus moral sebanyak-banyaknya melalui media dakwah populer di masa itu. Begitulah pelajaran metode dakwah yang bisa kita ambil dari para Walisongo yang pernah berjuang melawan gelap budaya.

Lagu “Senjata Pria” Berperan Merusak Basic Spiritual dan Intelektual

Saya berani menantang orang-orang yang berbeda pandangan dengan saya dalam melihat dampak buruk lagu “Senjata Pria” ini atau yang semacamnya, jika anak-anak seusia SD menyanyikannya secara membabi buta. Tanpa kenal waktu dan tempat. Bagi saya pribadi, lagu itu cukup berperan dalam meruntuhkan basic intelektual dan spiritual para bocah yang masih berkutat dalam dunia bermainan.

Boleh kita uji coba dan mari buktikan hasilnya. Saya bisa bicara demikian karena saya sendiri buktinya. Karena lagu itu, saya tidak mendapatkan edukasi tentang relasi perempuan dan laki-laki secara sehat dan beretika baik. Saya baru mendapatkan keterangan yang benar setelah saya di pondok pesantren.

Sebuah syukur yang besar dapat mengenyam pendidikan sejak dini di tempat mulia itu. Lagu tersebut cukup merusak basic spiritual dan intelektual kami. Bagaimana tidak, anak seusia SD seharusnya menghafal bacaan salat dengan benar, melafalkan doa-doa, mengingat sejarah nabi dan rasul, dan seterusnya. Tapi malah mendendangkan nyanyian yang tidak semestinya.

Harapan untuk Masa Depan

Secara data empiris, saya memang tidak punya. Terkait berapa persentase yang mendapat edukasi buruk dan berapa yang tidak, jelas tidak ada dalam catatan harian saya. Namun, saya sendiri merasakan penyesalan yang rumit, entah kepada siapa dan apa.

Yang pasti, saya iri-dalam makna yang positif-melihat anak-anak saat ini yang sudah belajar di pondok sejak SD, di pelbagai TPQ mereka sudah menghafalkan Al-Qur’an, dan ketika di bangku SMP kelas delapan atau sembilan mereka sudah hafal 30 juz. Kemudian saya lanjut mengkaji literasi kitab kuning secara fokus, hingga mereka lahir menjadi gerenasi para ulama. Saya iri dengan itu semua. Iri yang menuntut saya melafalkan alhamdulillah sebanyak-banyaknya.

Dari itu, kita awali dengan bismillahirrahmanirrahim saya bertekad untuk mengawangi moral dan intelektual umat. Semoga dalam waktu dekat, lembaga fokus kajian literasi kitab kuning yang menjadi program pesantren kami di desa, berjalan lancar, berkembang dan maju dengan pesat. Sehingga, mampu menjadi lentera di tengah masyarakat yang membentengi generasi-generasi kita selanjutnya. Wallahul musta’an, hanya Allah sang penolong sejati. []

Tags: anakLagu Senjata PriaparentingpengasuhanPsikologi Remaja
Ahmad Dirgahayu Hidayat

Ahmad Dirgahayu Hidayat

Ahmad Dirgahayu Hidayat, alumnus Ma’had Aly Situbondo, dan pendiri Komunitas Lingkar Ngaji Lesehan (Letih-Semangat Demi Hak Perempuan) di Lombok, NTB.

Terkait Posts

Narasi Hajar

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

6 Juni 2025
Berkurban

Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

6 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

5 Juni 2025
Kesehatan Akal

Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

4 Juni 2025
Tubuh yang Terlupakan

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

3 Juni 2025
Kurban

Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

2 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID