• Login
  • Register
Rabu, 2 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Layla Majnun (Habis) ; Pohon Pusara Berpelukan

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
08/03/2020
in Hikmah
0
375
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Berita kematian Qais itu menyebar ke seluruh penjuru desa itu dan menciptakan kesedihan publik luas. Mereka berduka cita mendalam, seraya mendoakan husnul khatimah dan bertemu kekasihnya: Layla.

Mereka lalu membawa tubuh Qais untuk dimandikan dan dishalati. Sesudah itu mereka berunding tentang di tanah mana Qais akan dikuburkan. Mereka sangat mengerti hubungan cinta Qais dan Layla. Lalu mereka sepakat bulat untuk menguburkan Qais di samping Layla, berdampingan tanpa jarak yang memisahkan. Di atas kuburan Laela dan Qais mereka menanam pohon wangi.

Acara penguburan Qais dihadiri oleh hampir seluruh penduduk desa. Selain mereka, hadir juga teman-teman Qais dari hutan. Wajah-wajah mereka sendu. Sebagian tersedu sedan. Suasana perkabungan berlangsung berhari-hari. Bunga warna warni yang wangi memenuhi kuburan dua manusia yang saling mencinta itu.

Waktu terus berjalan. Kisah cinta mereka dibicarakan di mana-mana selama berbulan-bulan. Beberapa waktu kemudian, di atas pusara itu tumbuh dua batang pohon wangi. Dan dalam beberapa waktu kemudian ranting dan daunnya pohon itu berpelukan dan menyatu. Di atas nisan kuburan itu tertulis : “Di sinilah berbaring dua jiwa yang sunyi, yang saling mencinta dan saling merindu dalam kesetiaan penuh dan tulus. Dua jiwa menyatu dalam cinta abadi. Mereka bertemu di surga keabadian”.

Cinta Platonis

Baca Juga:

Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Kisah cinta romantis (al-Hubb al-Udzry) Layla dan Qais di atas kemudian menginspirasi para sufi falsafi. Layla dijadikan simbol Sang Kekasih dan Keindahan, sedangkan Majnun sebagai simbol para pencari atau para pengembara (al-salik) dan para pencinta (al-muhibb), si perindu (al-‘Asyiq).

Perjalanan menuju penyatuan antara Salik dan Sang Kekasih, ditempuh dan dilalui seperti perjalanan cinta Qais dan Layla. Cara pandang demikian inilah yang kemudian disebut sebagai “Cinta Platonis”, sebuah cinta kepada Tuhan dalam pandangan/filsafat Platon, filsuf terbesar dari Yunani, murid Socrates dan guru Aristo itu.

Para sufi besar, seperti Abu Yazid al-Bisthami, al-Hallaj, al-Ghazali, Ibn Arabi, Jalal al-Din Rumi, Samnun al-Muhibb, Zhunnun al-Mashri, Al-Sirr al-Saqathi, Farid al-Din al-‘Atthar, Ibn al-Faridh dan lain-lain menempuh dan mengarungi jalan itu.

Dengarlah kata-kata Ibnu Arabi, sufi pencetus gagasan Wahdah al-Wujud (Kesatuan Eksistensi ini:

انَّ الْحُبَّ الْحَقِيقِى بَيْنَ الْبَشَرِ هُوَ الْبِدَايَةُ لِلتَّعَرُّفِ اِلَى اللهِ وَالشُّعُورِ بِمَحَبَّتِهِ وَفَيْضِ عَطَآئِهِ وَكَرَمِهِ

“Sesungguhnya cinta tulus antarmanusia adalah awal perjalanan menuju pengenalan kepada Tuhan, memasuki pengalaman mencintai-Nya dan limpahan anugerah dan kemurahan-Nya.” Wallahu A’lam.

Para sufi Islam memperkenalkan cara pandang ini dalam karya-karya sastra filsafat mereka. Cinta Ketuhanan ini telah muncul sejak zaman Platon kemudian dikukuhkan kembali oleh mazhab Plotinus yang disebut Neoplatonisme. Itulah sebabnya mengapa kisah cinta Layla-Majnun yang pada awalnya dikenal sebagai cinta romantik, di tangan para sufi falsafi kemudian dikenal dengan sebutan Cinta Platonis. (Tamat) 

KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Fikih

Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

1 Juli 2025
Wahabi

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

30 Juni 2025
Taman Eden

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

30 Juni 2025
Beda Keyakinan

Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

30 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID