• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?

Penting bagi pasangan untuk sama-sama mengetahui dan menanyakan kondisi dan situasi yang ada dalam diri pasangan. Tidak serta merta harus tunduk dan selalu manut saat diri ternyata tidak sanggup

Alfiyah Sudira Alfiyah Sudira
21/03/2023
in Keluarga
0
Marital Rape

Marital Rape

590
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebagian orang menertawakan kosep perkosaan dalam perkawinan, karena dianggap tidak mungkin ada perkosaan dalam perkawinan. Berdasarkan data yang saya kutip dari National Resource Center on Domestic Violence (NRCDV), sebanyak 10-14 persen perempuan yang sudah menikah diperkosa oleh suaminya di Amerika Serikat. Menurut Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan, marital rape di Indonesia mencapai 195 kasus pada tahun 2018 yang terlapor dan bisa jadi lebih banyak.

Marital Rape berasal dari bahasa Inggris, yaitu marital yang memiliki arti berhubungan dengan perkawinan dan rape yang artinya perkosaan. Dengan demikian, marital rape ialah pemerkosaan dalam perkawinan atau terjadinya pemaksaan hubungan seksual dengan pasangan dan absennya persetujuan yang setara (consent). Marital rape terjadi diiringi dengan kekerasan, ancaman, dan intimidasi.

Marital rape adalah salah satu bentuk diskriminasi dan kekerasan berbasis gender pada perempuan. Perlakuan diskriminasi terjadi atau bermula dari adanya pandangan yang menganggap bahwa pada pasangan, satu jenis kelamin tertentu memiliki lebih tinggi dan yang lain lebih lemah atau rendah. Pandangan seperti ini akan melanggengkan diskriminasi terus terjadi.

Respon Islam terhadap Marital Rape

Bagaimana Islam memandang perkosaan dalam perkawinan? Bagaimana dengan hadis yang mengatakan wajib bagi seorang istri untuk memenuhi ajakan suami dalam melakukan hubungan seksual, sekalipun di atas punggung unta. Apabila istri menolak, maka para malaikat akan melaknatnya?

Hadis tersebut sebetulnya tidak terdapat dalam riwayat Shahih al-Bukhari atau Shahih Muslim. Namun ternyata apa perbedaan pandangan pada ulama, ada yang menerimanya dan tidak. Kita tidak bisa lantas menelan mentah arti harfiah dari sebuah penafsiran suatu hadits begitu saja.

Pemaknaan teks ayat Alquran atau hadits mengenai marital rape dapat lebih dulu berdasarkan pada pilar-pilar relasi pernikahan yang sudah  Alquran tegaskan. Terutama pilar kemitraan dan kesalingan antara suami dan istri, yang kita ibaratkan sebagai pakaian satu sama lain (hunna libas lakum wa antum libas lahunn) (QS. Al-Baqarah: 187) juga pilar saling berbuat baik antara suami dan istri (mu’asyarah bi al-ma’ruf) (QS. An-Nisa: 19).

Baca Juga:

7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

Hal ini meniscayakan kesalingan dan kerjasama kedua belah pihak dalam perkawinan. Sebab dalam kehidupan rumah tangga, semuanya harus berdasarkan keputusan dua pihak, yaitu suami dan istri. Maka, sudah menjadi niscaya dalam hal pemenuhannya, harus melalui tahap keduanya setuju dan sepakat, termasuk dalam hubungan seksual. Keduanya harus saling memahami batas fisiologis pasangannya dan tidak memaksakan kehendak seperti ketika pasangan sedang sakit, kelelahan, menstruasi atau bahkan ketika tidak menginginkan berhubungan badan saat itu.

Penikmatan Seksual Hak Suami dan Istri

Pemenuhan kebutuhan seksual sama-sama penting suami ataupun istri lakukan. Tentu, meskipun laki-laki terkenal memiliki gairah seksual yang lebih tinggi, tapi kita tidak bisa mendustakan bahwa perempuan juga membutuhkan hal tersebut. Kita tidak boleh menganggap bahwa kebutuhan itu hanya laki-laki saja yang seharusnya terlayani dan terpenuhi. Maka, secara resiprokal, kebutuhan ini harus menjadi kesadaran dan tanggung jawab bersama antara suami dan istri. Hubungan seksual sudah seharusnya bersifat mutualisme.

Maka, marital rape kepada istri atau sebaliknya adalah hal yang tidak diperbolehkan dalam Islam. Sebab hubungan apapun dalam perkawinan harusnya terbangun berdasar maslahah untuk keduanya. Tidak hanya untuk kebaikan salah satu pihak saja. Pemenuhan kebutuhan seksual harus sesuai kemampuan dan kesepakatan dua belah pihak. Maka penting bagi pasangan untuk sama-sama mengetahui dan menanyakan kondisi dan situasi yang ada dalam diri pasangan. Tidak serta merta harus tunduk dan selalu manut saat diri ternyata tidak sanggup.

Di dalam Islam, tidak ada satu lafaz pun yang mengatakan untuk patuh terhadap laki-laki atau suami secara mutlak, yang ada adalah seruan untuk menghamba hanya pada Allah swt, Tuhan Yang Esa. Taat kepada Allah tentu memiliki bentuk yang sangat beragam, seperti saling setia, saling memahami, saling melayani dengan baik, saling percaya, saling terbuka, saling memperbaiki dan saling melindungi.

Marital Rape Menodai Pilar Perkawinan

Perkawinan adalah hubungan kesalingan yang membawa pada kemaslahatan pada semua aspek untuk kebaikan bersama. Sebab sakinah, mawaddah wa rahmah terdapat dari usaha berdua. Tidak hanya salah satu pihak yang paling banyak berkoban. Maka dalam perkawinan pun seharusnya tidak ada lagi pemaksaan kehendak satu di atas yang lainnya.

Marital rape hanya memberikan kebaikan pada salah satu pihak saja dan melukai pihak yang lain. Sehingga hal itu menodai pilar perkawinan dan meliyankan pasangan yang mengalami marital rape. Saya pikir tidak ada pasangan yang ingin diperlakukan dengan pemaksaan dan kekerasan. Setiap pasangan ingin dicintai, dimengerti dan terlayani dengan sama baiknya. Karena pasangan dalam perkawinan berada dalam hubungan yang setara. Marital rape menunjukkan hubungan yang tidak setara antara suami dan istri.

Semangat ini menegasikan seluruh narasi yang bias gender atau tidak adil untuk salah satu jenis kelamin. Narasi yang hanya membebani perempuan untuk membabu ketika sudah diperistri oleh seorang laki-laki, namun laki-laki berlepas tangan terhadap hal-hal yang menjadi hak istri dalam mencapai bahagianya. Islam sangat menganjurkan suami dan istri untuk bermitra dan berjalan bersama, guna mewujudkan rumah tangga sakinah, mawaddah dan rahmah. []

Tags: istriKDRTMarital Rapeperkawinansuami
Alfiyah Sudira

Alfiyah Sudira

Alfiyah tengah menempuh pendidikan S2 di STFI Sadra dan lulus S1 pada 2019 Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir di kampus yang sama. Kesibukan saat ini menjadi Guru Private dan Pengurus Organisasi Ekstra Kampus

Terkait Posts

Najwa Shihab dan Ibrahim

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

26 Mei 2025
Program KB

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

23 Mei 2025
Alat KB

Dalil Agama Soal Kebolehan Alat KB

22 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID