Sebenarnya, siapa sih yang tidak suka dongeng? Siapa yang tidak tumbuh bersama cerita? Saya masih ingat sekali, Mama dan Papa sering menghadiahi saya buku dongeng. Mulai dari buku dongeng Kancil, Timun Mas, Kisah Nabi dan Rasul, Putri Tidur hingga Donal Bebek. Juga cerita dari Kakek dan Nenek yang terus diulang namun setiap mendengarkan rasanya seperti pertama mendengar.
Saya tumbuh dan besar dengan dongeng dan cerita yang menarik sejak kecil hingga sekarang. Bahkan sampai saat ini saya memiliki rak buku khusus untuk buku anak-anak agar ketika ada anak-anak yang berkunjung ke rumah, mereka juga dapat membaca koleksi buku saya.
Saat kuliah, saya mengikuti BSO (Badan Semi Otonom) di fakultas, yaitu T-Bone (Teater Boneka) Psikologi Unair. Seringkali pentas kami menggunakan panggung dan puppet (boneka tangan). Ada beberapa puppet yang akan bercerita tentang sesuatu yang menarik dan juga ada MC yang akan memandu acara dan senam sambil bernyanyi. Favorit saya adalah senam teko dengan gerakan menggemaskan dan lagu yang mudah diikuti.
Dengan bekal itu, saya seringkali menggunakan dongeng sebagai media untuk edukasi sambil bermain dengan anak-anak. Seperti saat KKN, mengedukasi anak-anak SD tentang pentingnya menggosok gigi dengan dongeng. Saat melakukan trauma healing pasca bencana, saya juga menggunakan dongeng. Dan juga saat belajar bersama anak-anak jalan, dongeng adalah sesuatu yang disukai anak-anak.
Dongeng sebetulnya tidak hanya tentang dunia anak-anak. Ternyata orang dewasa sebenarnya juga menyukai dongeng. Terbukti pada setiap kali saya mendongeng atau melihat orang lain mendongeng, orang dewasa juga ikut mendengarkan dan juga terhibur karenanya. Penulisan dengan metode storytelling juga mudah diterima setiap orang.
Menurut KBBI, dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi. Tapi dongeng dapat terinspirasi dari kehidupan nyata. Dongeng memberikan pelajaran kepada anak-anak tanpa menggurui. Jadi mereka sendiri yang menginterpretasikan apa yang mereka tangkap. Untuk itu akan lebih baik jika ada reframing dongeng dengan orang tua, guru atau orang dewasa lainnya agar pemahaman anak lebih kaya.
Jadi apa saja manfaat dongeng bagi anak dan orang dewasa? Selain menjadi media hiburan bagi anak, dongeng adalah media komunikasi yang efektif antara anak dan orang dewasa. Dongeng akan membantu anak semakin lancar berbicara, memperkaya kosa kata dan membantu anak berkonsentrasi. Mereka akan berusaha menceritakan dongeng kepada orang lain, jadi ini akan membantu mereka dalam menyusun kalimat dan berani berbicara.
Cerita-cerita dalam dongeng dapat membantu anak-anak mengenal emosi dan karakter yang beragam yang kemudian akan dipilah mana yang baik dan mana yang buruk. Lalu mereka akan mengadopsi sifat dan sikap yang mereka sukai dalam dongeng. Nilai-nilai positif dalam dongeng dapat mengaktifkan nalar kritis dan membantu proses kreatif mereka.
Dongeng membuat kita semua menjadi lebih kreatif. Saat tidak ada boneka, wayang, puppet, finger puppet ataupun buku, kita akan mencari media lain untuk membantu kita dalam memvisualkan cerita. Anak-anak kemudian dapat menggunakan apapun yang ada di sekitarnya sebagai media, seperti kaus kaki, lidi, botol, kertas, atau bahkan makanan.
Semua hal baik tentu berawal dari kebiasaan. Jika awalnya anak hanya bisa mendengarkan atau dibacakan orang lain dongeng, mereka akan belajar untuk menceritakan dongeng itu kepada orang lain. Sebelum mereka dapat membaca, mereka akan menginterpretasikan gambar dengan kreatif. Kemudian ketika mereka sudah bisa membaca, mereka akan membaca lebih banyak lagi buku.
Selain itu, anak akan jadi lebih mudah memverbalkan apa yang ditangkapnya dalam bentuk tulisan. Membaca dan menulis adalah aktivitas yang saling memengaruhi. Jadi, jika dongeng dapat membantu anak-anak untuk meningkatkan literasi, maka mereka akan lebih efektif dan kreatif dalam menulis.
Dongeng yang dibacakan atau diceritakan orangtua atau pendidik kepada anak dapat mendekatkan mereka secara fisik dan emosional. Berbagi waktu dengan anak untuk mendongeng akan membuat anak dan orangtua tahu kapan harus mendengar dan kapan harus berbicara. Yang kemudian akan membangun kepercayaan dan kedekatan.
Salah satu buku anak favorit saya yaitu Le Petit Prince (Pangeran Cilik) karya Antoine de Saint-Exupery yang diterjemahkan dari bahasa Perancis. Buku ini adalah buku anak yang ditulis oleh orang dewasa dan dapat dibaca oleh anak-anak dan juga orang dewasa. Buku cerita yang dilengkapi dengan ilustrasi yang menarik.
Saya juga suka penulis cilik, yaitu Abinaya Ghina Jamela yang menulis buku yang juga menarik dan edukatif. Saya suka buku Resep Membuat Jagat Raya, yaitu kumpulan puisi yang juga dibungkus dengan storytelling. Juga bukunya yang berjudul Mengapa Aku Harus Membaca? Buku-buku ini begitu jujur, kreatif dan menginspirasi. Jadi tidak hanya bisa dibaca untuk anak-anak, tapi orang dewasa juga dapat menikmatinya.
Tulisan ini khusus saya sampaikan untuk memperingati Hari Dongeng pada tanggal 28 November 2020. Dongeng tidak pernah gagal untuk merajut kehangatan dan menjalin kedekatan. Selamat Hari Dongeng untuk kita semua, yang senang mendengarkan cerita dan bercerita. []