Senin, 15 September 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Pengaburan Femisida

    Di Balik Topeng Penyesalan: Narasi Tunggal Pelaku dan Pengaburan Femisida

    Bincang Syariah Goes to Campus

    Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi

    Ulama Perempuan KUPI

    Doa, Seruan Moral, dan Harapan Ulama Perempuan KUPI untuk Indonesia

    Ulama Perempuan KUPI yang

    Nyai Badriyah Fayumi: Maklumat Ulama Perempuan KUPI untuk Menyelamatkan Indonesia

    Ekoteologi

    Forum Rektor Bersama Gusdurian Dorong Ekoteologi Kampus

    Tuntutan 17+8

    Kamala Chandrakirana: Demokrasi Indonesia Hadapi “Krisis dalam Krisis”

    Keselamatan Bangsa

    Jaringan KUPI Akan Gelar Doa Bersama dan Maklumat Ulama Perempuan Indonesia

    Deligitimasi Otoritas

    Agama, Rakyat, dan Proses Delegitimasi Otoritas

    Nyai Badriyah

    Nyai Badriyah Fayumi: Gus Dur Selalu Letakkan Kemanusiaan di Atas Politik

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Bissu

    Bissu dan Identitas Gender: Melampaui Konsep Gender Biner Barat

    Nilai Asih-asuh

    Integrasi Nilai Asih-asuh dalam Tafsir Al-Qur’an: Sebuah Telaah Tematik

    Akurasi data

    Akurasi Data Masih Jadi Problematika, Kapan Inkusivitas akan Mengada?

    Terjebak dalam Kehidupan

    Mengapa Kita Sering Terjebak dalam Kehidupan?

    Pengguna Kursi Roda

    Salatnya Pengguna Kursi Roda itu Bukan Ruhsah, tapi Azimah

    Korban Femisida

    Stop Bullying Korban Femisida!

    Bincang Syariah Goes to Campus

    Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi

    Negara, Kekuasaan

    Negara, Kekuasaan, dan Problematika Kemanusiaan

    Keadilan iklim

    Suara Disabilitas Untuk Keadilan Iklim 

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Adil Gender

    Membangun Masa Depan yang Setara Lewat Parenting Adil Gender

    Kekerasan Terhadap Anak

    Rumah yang Tak Lagi Aman: Darurat Kekerasan terhadap Anak

    Malaysia

    SIS Forum Peringatkan: RUU Mufti 2024 Bisa Menyeret Malaysia ke Arah Otoritarianisme

    Pasca Perceraian

    SIS Forum Mari Perjuangkan Hak Finansial Perempuan Malaysia Pasca Perceraian  

    Anak

    Jangan Didik Anak dengan Cara Kekerasan

    Ojol

    Aksi Solidaritas Beli Makanan untuk Ojol di Indonesia dari SIS Forum Malaysia

    Abul ‘Ash

    Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’: Menantu Nabi yang Tetap Menjaga Pernikahan Meski Beda Keyakinan

    Makkah

    Ketika Nabi Muhammad Saw Pulang ke Makkah

    Saling Menyayangi

    Menyayangi Semua Orang

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Pengaburan Femisida

    Di Balik Topeng Penyesalan: Narasi Tunggal Pelaku dan Pengaburan Femisida

    Bincang Syariah Goes to Campus

    Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi

    Ulama Perempuan KUPI

    Doa, Seruan Moral, dan Harapan Ulama Perempuan KUPI untuk Indonesia

    Ulama Perempuan KUPI yang

    Nyai Badriyah Fayumi: Maklumat Ulama Perempuan KUPI untuk Menyelamatkan Indonesia

    Ekoteologi

    Forum Rektor Bersama Gusdurian Dorong Ekoteologi Kampus

    Tuntutan 17+8

    Kamala Chandrakirana: Demokrasi Indonesia Hadapi “Krisis dalam Krisis”

    Keselamatan Bangsa

    Jaringan KUPI Akan Gelar Doa Bersama dan Maklumat Ulama Perempuan Indonesia

    Deligitimasi Otoritas

    Agama, Rakyat, dan Proses Delegitimasi Otoritas

    Nyai Badriyah

    Nyai Badriyah Fayumi: Gus Dur Selalu Letakkan Kemanusiaan di Atas Politik

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Bissu

    Bissu dan Identitas Gender: Melampaui Konsep Gender Biner Barat

    Nilai Asih-asuh

    Integrasi Nilai Asih-asuh dalam Tafsir Al-Qur’an: Sebuah Telaah Tematik

    Akurasi data

    Akurasi Data Masih Jadi Problematika, Kapan Inkusivitas akan Mengada?

    Terjebak dalam Kehidupan

    Mengapa Kita Sering Terjebak dalam Kehidupan?

    Pengguna Kursi Roda

    Salatnya Pengguna Kursi Roda itu Bukan Ruhsah, tapi Azimah

    Korban Femisida

    Stop Bullying Korban Femisida!

    Bincang Syariah Goes to Campus

    Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi

    Negara, Kekuasaan

    Negara, Kekuasaan, dan Problematika Kemanusiaan

    Keadilan iklim

    Suara Disabilitas Untuk Keadilan Iklim 

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Adil Gender

    Membangun Masa Depan yang Setara Lewat Parenting Adil Gender

    Kekerasan Terhadap Anak

    Rumah yang Tak Lagi Aman: Darurat Kekerasan terhadap Anak

    Malaysia

    SIS Forum Peringatkan: RUU Mufti 2024 Bisa Menyeret Malaysia ke Arah Otoritarianisme

    Pasca Perceraian

    SIS Forum Mari Perjuangkan Hak Finansial Perempuan Malaysia Pasca Perceraian  

    Anak

    Jangan Didik Anak dengan Cara Kekerasan

    Ojol

    Aksi Solidaritas Beli Makanan untuk Ojol di Indonesia dari SIS Forum Malaysia

    Abul ‘Ash

    Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’: Menantu Nabi yang Tetap Menjaga Pernikahan Meski Beda Keyakinan

    Makkah

    Ketika Nabi Muhammad Saw Pulang ke Makkah

    Saling Menyayangi

    Menyayangi Semua Orang

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Mengenal Sosok S.K. Trimurti: Perempuan Berpena Tajam

Trimurti mengilhami Aliansi Jurnalis Independen (AJI) untuk mengabadikan namanya sebagai anugerah atau penghargaan dengan nama Trimurti Award

Miri Pariyas Miri Pariyas
13 Januari 2023
in Tak Berkategori
0
Mengenal Sosok S,K. Trimurti

Mengenal Sosok S,K. Trimurti

559
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.”

Pramoedya Ananta Toer, Anak Semua Bangsa

Mubadalah.id – Itulah ungkapan sastrawan yang tersohor di bangsa ini, bahwa menulis adalah mengukir keabadian serta peninggalan intelektual yang tak pernah usang oleh zaman. Termasuk salah satunya adalah S.K. Trimurti. Zaman memang telah berubah, tapi rekaman akan sejarah masa lampau pun tak pernah terlupakan bahkan terabadikan lewat tulisan.

Disadari atau tidak, diakui atau belum, dicatat ataupun diingat, tokoh pejuang dan pergerakan kemerdekaan juga menulis. Mereka menulis semua hiruk piruk perjuangan dalam merebut kemerdekaan Indonesia, salah satunya adalah S.K. Trimurti.

Perempuan Priyayi Hobi Menulis

Anak gadis dari keluarga priyayi, mestinya mengikuti adat istiadat yang telah ditetapkan orang-orang terdahulu. Harus dipingit saat berusia muda, harus menundukkan kepala tatkala berjalan, serta tidak ada larang untuk dimadu. Akan tetapi, berbeda dengan S.K. Trimurti.

S.K. Trimurti yang lahir dari kalangan priyayi tersebut, memilih hidup yang berbeda. Tidak menjadi abdi keraton ataupun pengawai negeri sipil pada umumnya. Buk Tri panggilannya, lebih senang hidup dengan kesederhanaan, namun penuh dengan makna. Dia memilih ikut berjuang merebut kemerdekaan Indonesia bahkan menentang segala kebijakan yang menindas lewat tulisannya yang berapi-api, sehingga menjadikan keluar masuk penjara.

Perempuan yang memiliki nama asli Surastri Karma Trimurti alias S.K. Trimurti, lahir di desa Sawahan, Boyolali, Jawa Tengah pada 11 Mei 1912. Perempuan yang telah memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan dibandingkan dengan kawan-kawan sebanyanya di masa itu. Membuatnya mahir di pelbagai bahasa di antaranya bahasa Belanda, bahasa Perancis, dan bahasa Jepang. Kemahirannya itulah yang membuatnya langkas untuk membaca segala literatur berbahasa asing.

Bahkan, melansir di sebuah majalah Gatra yang bertema “Bukan Sekadar Kartini” ihwal S.K. Trimurti yang usianya sudah mencapai 92, dia tetap membaca. Kendati minat baca Tri sangatlah tinggi hingga mengalahkan anak muda. Baginya membaca adalah menggugah rasa untuk mempertebal keberpihakannya. Selain itu, agar tak mudah menua hingga mudah mengingat masa lampu atas perjuangan yang telah dia lakukan.

Gemar Membaca dan Menulis

Dia tidak hanya gemar membaca, tapi juga menulis. Dia hobi menulis cerita pendek dengan imaji yang telah ia ciptakan. Cita-citanya ingin sekali berkecimpung dalam dunia jurnalistik. Hal ini menandai bahwa persinggungan seorang yang gemar dalam membaca pastilah juga memiliki ketertarikan dalam menulis. Dua hal yang tak bisa dipisahkan, akan terpaksa terpisah dalam konteks hari ini.

Setelah lulus dari pendidikan ke sekolah Goebernemen dan sekolah Guru Putri Surakarta, Tri menjadi hulponderwijeres (guru bantu) di almameternya, di Solo. Tiga tahun kemudian, dia berpindah dari Solo ke Banyumas, mengikuti jejak ayahnya yang bertugas di kota Pendalaman Jawa Tengah. Ia mengajar, di sekolah Kepandaian Putri. Di sana pula, ia kembali mengasah bakatnya yakni menulis.

Penuturan sejarah pun mengatakan bahwa perjuangan kiprah Tri menjadi babak baru, tatkala menjadi guru di sekolah Kepandaian Putri. Gairahnya dalam belajar mempertemukan dia, dengan sosok orator ulung. Karena sosok tersebutlah mengubah cara berpikir Tri. Kemudian, perempuan kelahiran Boyolali itu, memutuskan untuk berkecimpung dalam perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia, dibandingkan menjadi guru sebagaimana profesi awal yang telah dipilihnya.

Cikal Bakal Memilih untuk Berjuang

Siapa orator ulung itu? Dia adalah Soekarno bapak presiden pertama Indonesia. Pertemuan diawali tatkala S.K. Trimurti berkesempatan mengikuti rapat terbuka partai Indonesia (Partindo). Sehubungan dengan itu, Bung Karno hadir dalam rapat tersebut dan memberikan pidato. Tentu bung Karno sangat lihai dalam mengikat para peserta rapat tersebut dengan orasi yang berapi-api. Sehingga, menggugah hati Tri untuk memperteguh imamnya dalam berpolitik, selaoin itu berkeinginan bergabung dalam partai tersebut.

Sebagaimana yang telah tertulis dalam buku S.K. Trimurti: Pejuang Perempuan Indonesia, S.K. Trimurti mengungkapkan bahwa “Meski Bung Karno berpidato tanpa pengeras suara, kami masih bisa mendengar suaranya yang membahana. Bukan main pidato itu. […] Saat itulah saya tergugah untuk ikut bergabung dengan Partindo. Artinya, saya harus melepas jabatan saya sebagai guru.”

Kehadiran Soekarno menyihir para kader partai untuk terus melakukan perjuangan. Partindo secara konsisten kembali menyebarkan nilai-nilai perjuangan kepada seluruh masyarakat Bandung melalui terbitan surat kabar. Ada dua surat kabar yang menjadi corong perjuang partai Partindo yaitu Suluh Indonesia Muda dan Pikiran Rakjat.

Demikian pula, Soekarno menyuruh Tri untuk menulis di koran Pikiran Rakjat, tetapi mulanya Tri menolak, sebab yang menulis dalam koran itu adalah tokoh-tokoh keren pada zamannya. Mengutip dalam majalah Gatra Tri menceritakan bahwa dia menolak “Saya, nggak bisa,” jawab Trimurti. Namun, Soekarno tetap mengajaknya dan memaksanya untuk menulis “Harus bisa.”

Menjadi Penulis Produktif

Kemudian, karena arahan dari bung Karno serta keinginannya pula menghasilkan hasil yang luar biasa. Dia menjadi salah satu penulis yang produktif di koran tersebut. Bahkan, Tri sangat gemar menulis kritikan ketidakadilan sistem kolonialisme yang terjadi di Indonesia. Dari tulisannya pula, membuat penjajah geram dan ingin sekali menangkap S. K. Trimurti untuk tidak lagi menulis. Sebab, membuat rakyat Indonesia sadar akan ketidakadilan yang terjadi.

Di samping itu pula, S.K. Trimurti pernah menempuh pendidikan di Universitas Indonesia jurusan Ekonomi. Selain itu, dia juga memiliki kesempatan untuk mengikuti Sekolah Guru Putri serta aktif dalam giat jurnalistik. Dengan demikian, dua pendidikan formal tersebut juga menjadi amunisi untuk aktif dalam gerakan kemerdekaan Partindo.

Sebagai perempuan yang melek pengetahuan, Tri semakin getol dalam mengkritik anti-imperialisme dalam tulisannya. Tidak ada keraguan ataupun gentar dalam menulis setiap bait, yang menarasikan kelasah-kelusuh dalam kehidupan yang penuh ketidakadilan dan ketidaksetaraan. Alhasil, dia perempuan yang mahir dalam menulis, harus rela keluar masuk penjara, sebab tulisannya. Tulisan itu pula, yang menjadikannya menjadi perempuan berpena tajam yang ditakuti para penjajah.

Perempuan Berpena Tajam

Berulang kali berganti nama samaran, tetapi tetap saja kenak ciduk pemerintah kolonial. Sekitar 1936, Tri tertangkap oleh pemerintah Hindia Belanda pasca menyebarkan pamflet antikolonialisme. Belanda memasukkan ke penjara Bulu, Semarang selama sembilan bulan. Selepas keluar dari penjara, buk Tri malah lihai dalam menulis soal gerakan anti-kolonialisme.

Pada September 1939, buk tri menjalani proses hukum di pengendalian kolonial lantaran memuat artikel yang mengkampanyekan anti-imprealisme di Sinar Selatan. Hasil proses hukum menyatakan bahwa Tri bersalah dan kemudian dibredel akibat tulisannya itu. Kemudian, di 1943 dia kembali dimasukkan ke penjara oleh pemerintah Jepang.

Sebab, tulisannya yang gemar menyudutkan Jepang yang terekam di majalah Pesat. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadikan dia kapok dalam melakoni aktivitas tersebut. Seyogyanya, majalah Pesat merupakan majalah yang didirikan Tri dan suaminya. Dengan tujuan sebagai ikhtiar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Sekitar 1960, dia kembali menyalurkan kegemarannya di dua majalah yakni Harian Rakjat (surat kabar milik Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Api Kartini (Jurnal milik Gerwani, yang kerap keli memperjuangkan nasib perempuan agar sejajar dengan laki-laki. Selain itu, di juga sering mengkritik kebiasaan masyarakat Indonesia yang sering memperlakukan perempuan sebagai makhluk kelas kedua.

Trimurti Award

Perjuangan S. K. Trimurti terus berlajut, bahkan begitu melegenda dalam dunia jurnalisme. Dia adalah wartawan senior yang melakoni dunia jurnalistik selam tiga zaman (sebelum kemerdekaan, presiden orde lama, dan orde baru). Sehubungan dengan itu, tulisannya menjadi kekuatan utama Trimurti dalam memperjuangkan gagasannya. Di zaman kemerdekaan, tulisannya mulai beredar di berbagai koran nasional.

Trimurti tidak mengenal lelah, ketika tak lagi muda, beliau juga mengawal pemerintahan Soeharto ketika masa Orde Baru dengan tetap menjadi jurnalis. Tulisan yang bernas yang memiliki keberpihakan terhadap kaum yang termarginalkan. Dapat kita simpulkan pula bahwa semua tulisannya menentang anti-imprealisme, anti-kolonialisme, serta semua hiruk piruk ketidakadilan terhadap perempuan.

Selama karier menjadi jurnalis Trimurti bekerja di pelbagai surat kabar di Indonesia. Di antaranya Genderang, Bedoeg, Pikiran Rakyat dan lain sebagainya. Dengan demikian, impiannya menjadi kenyataan, orang-orang mengenalnya menjadi wartawan perempuan yang memiliki lagam khas dalam tulisannya. Bahkan tulisannya menjelma menjadi sebuah kesadaran kolektif untuk membebaskan bangsa ini dari belenggu ketidakadilan.

Dari dia pula, adanya simbol perwujudan dari kesadaran politik pada kaum perempuan. Oleh karena itu, Trimurti mengilhami Aliansi Jurnalis Independen (AJI) untuk mengabadikan namanya sebagai anugerah atau penghargaan dengan nama Trimurti Award. Anugerah ini bertujuan untuk melestarikan semangat dan prinsip perjuangan Trimurti baik kepada aktivis perempuan atau jurnalis perempuan. []

 

 

 

Tags: membacamenulisNasionalNasionalismeperempuanpergerakanS.K. Trimurti
Miri Pariyas

Miri Pariyas

Penyuka bunga mawar

Terkait Posts

Pengaburan Femisida
Aktual

Di Balik Topeng Penyesalan: Narasi Tunggal Pelaku dan Pengaburan Femisida

15 September 2025
Pasca Perceraian
Pernak-pernik

SIS Forum Mari Perjuangkan Hak Finansial Perempuan Malaysia Pasca Perceraian  

14 September 2025
Film Girl in The Basement
Film

Kekerasan dalam Film Girl in The Basement

14 September 2025
Stigma Patriarki
Publik

Perempuan Juga Layak Memimpin: Membongkar Stigma Patriarki dalam Budaya

9 September 2025
Love Untangled
Film

Love Untangled: Haruskah Menjadi Cantik untuk Dicintai?

6 September 2025
Siti Khadijah
Figur

Siti Khadijah, Belahan Hati dan Penopang Perjuangan Nabi

6 September 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Film Girl in The Basement

    Kekerasan dalam Film Girl in The Basement

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Akurasi Data Masih Jadi Problematika, Kapan Inkusivitas akan Mengada?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Didik Anak dengan Cara Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • SIS Forum Mari Perjuangkan Hak Finansial Perempuan Malaysia Pasca Perceraian  

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Di Balik Topeng Penyesalan: Narasi Tunggal Pelaku dan Pengaburan Femisida

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membangun Masa Depan yang Setara Lewat Parenting Adil Gender
  • Bissu dan Identitas Gender: Melampaui Konsep Gender Biner Barat
  • Rumah yang Tak Lagi Aman: Darurat Kekerasan terhadap Anak
  • Integrasi Nilai Asih-asuh dalam Tafsir Al-Qur’an: Sebuah Telaah Tematik
  • SIS Forum Peringatkan: RUU Mufti 2024 Bisa Menyeret Malaysia ke Arah Otoritarianisme

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID