Mubadalah.id – Salah satu tradisi yang khas di bulan Ramadan adalah menghatamkan al-Qur’an selama satu bulan penuh. Tak heran jika banyak umat muslim yang berlomba-lomba untuk mengkhatamkan al-Qur’an lebih dari satu kali.
Khatam memiliki arti tamat. Khatam berarti sudah selesainya mengaji al-Qur’an hingga 30 juz. Biasanya, penyebutan khatam dikhususkan untuk anak-anak yang belajar mengaji dari guru agama atau majelis setempat. Namun dewasa ini, tadarus al-Qur’an selama Ramadan juga bisa disebut dengan khataman.
Melansir dari Alif.id tradisi mengkhatamkan al-Qur’an ini bermula sejak abad ke-18. Dan sampai saat ini tradisi ini masih terus ada dan menjadi ciri khas bulan Ramadan.
Gambaran ini lah yang juga ada di kampungku, Desa Jagapura Kabupaten Cirebon. Di sana, masyarakat selalu riang gembira menyambut bulan Ramadan. Pasalnya dalam bulan ini semua orang akan saling berlomba-lomba berbuat baik dan mendekatkan diri pada Allah. Salah satunya dengan memperbanyak tadarus al-Qur’an.
Tradisi ini semacam sebuah kemewahan bagi masyarakat di desaku, karena hanya di bulan Ramadan lah orang-orang akan berkumpul di masjid. Terutama mulai dari tanggal 15 hingga 17 Ramadan, masyarakat akan berbondong-bondong pergi ke masjid dan berdiam diri semalaman di sana untuk mengkhatamkan al-Qur’an.
Sepintas tradisi ini memang hanya bersifat ritual, namun aku melihat justru dengan adanya tradisi ini, masyarakat di kampungku bisa punya ruang bersama untuk saling bertemu dan berinterkasi. Dengan begitu, dalam kesempatan ini warga Desa Jagapura bisa lebih akrab dan harmonis.
Jadi ibaratnya menyelam sambil minum air. Selain mencari keberkahan bulan Ramadan dengan mengkhatamkan al-Qur’an di masjid, secara bersamaan mereka juga bisa membangun tali kekeluargaan selama berada di lingkungan masjid.
Bahkan lebih dari itu, setiap warga juga bisa saling berbagi makanan selama mengkhatamkan al-Qur’an di masjid. Sehingga vibes Ramadan yang penuh kegembiraan itu semakin terasa.
Tradisi Membaca Al-Qur’an Sejak Zaman Nabi Saw
Di sisi lain, tradisi membaca al-Qur’an selama bulan Ramadan telah dilakukan Rasulullah Saw, para sahabat hingga umat Islam terdahulu. Hal tersebut sesuai dengan salah satu hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA:
وعن ابن عباس قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيدارسه القرآن فلرسول الله صلى الله عليه وسلم أجود بالخير من الريح المرسلة. رواه البخاري ومسلم
Artinya: “Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata bahwa Rasulullah Saw adalah manusia yang paling dermawan, apalagi pada bulan Ramadan, dan ketika Rasulullah Saw ditemui oleh malaikat Jibril setiap malam pada bulan Ramadan untuk mengajaknya membaca dan mempelajari al-Qur’an. Dan Rasulullah lebih dermawan dari para utusan.” (HR Imam Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu, tradisi mengkhatamkan al-Qur’an ini amat sangat baik untuk terus kita jaga dan lestarikan selalu. Apalagi tradisi ini bukan hanya mendatangkan keberkahan buat diri sendiri, tapi juga bisa meningkatkan keharmonisan masyarakat di sekitar.
Ini sangat sesuai dengan salah satu keutamaan membaca al-Qur’an, di mana al-Qur’an bisa mendatangkan rasa damai dan ketenangan dalam diri pembacanya. Sehingga rasa damai ini juga harus kita bagi pada orang-orang di sekitarnya.
Semoga dengan mampu mengkhatamkan al-Qur’an di bulan Ramadan juga sekaligus mampu melatih diri untuk selalu berbuat baik pada sesama makhluk Allah. Mulai dari manusia, alam, dan yang lainnya. []