• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Menyelami Makna Tradisi Menghatamkan Al-Qur’an di Bulan Ramadan

Tradisi mengkhatamkan al-Qur’an ini amat sangat baik untuk terus dijaga dan dilestarikan. Apalagi tradisi ini bukan hanya mendatangkan keberkahan buat diri sendiri, tapi juga bisa meningkatkan keharmonisan masyarakat

Rukoya Rukoya
23/03/2024
in Personal
0
Mengkhatamkan Al-Qur'an

Mengkhatamkan Al-Qur'an

594
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Salah satu tradisi yang khas di bulan Ramadan adalah menghatamkan al-Qur’an selama satu bulan penuh. Tak heran jika banyak umat muslim yang berlomba-lomba untuk mengkhatamkan al-Qur’an lebih dari satu kali.

Khatam memiliki arti tamat. Khatam berarti sudah selesainya mengaji al-Qur’an hingga 30  juz. Biasanya, penyebutan khatam dikhususkan untuk anak-anak yang belajar mengaji dari guru agama atau majelis setempat. Namun dewasa ini, tadarus al-Qur’an selama Ramadan juga bisa disebut dengan khataman.

Melansir dari Alif.id tradisi mengkhatamkan al-Qur’an ini bermula sejak abad ke-18. Dan sampai saat ini tradisi ini masih terus ada dan menjadi ciri khas bulan Ramadan.

Gambaran ini lah yang juga ada di kampungku, Desa Jagapura Kabupaten Cirebon. Di sana, masyarakat selalu riang gembira menyambut bulan Ramadan. Pasalnya dalam bulan ini semua orang akan saling berlomba-lomba berbuat baik dan mendekatkan diri pada Allah. Salah satunya dengan memperbanyak tadarus al-Qur’an.

Tradisi ini semacam sebuah kemewahan bagi masyarakat di desaku, karena hanya di bulan Ramadan lah orang-orang akan berkumpul di masjid. Terutama mulai dari tanggal 15 hingga 17 Ramadan, masyarakat akan berbondong-bondong pergi ke masjid dan berdiam diri semalaman di sana untuk mengkhatamkan al-Qur’an.

Baca Juga:

Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

Kesaksian Menurut Penjelasan Al-Qur’an

Sepintas tradisi ini memang hanya bersifat ritual, namun aku melihat justru dengan adanya tradisi ini, masyarakat di kampungku bisa punya ruang bersama untuk saling bertemu dan berinterkasi. Dengan begitu, dalam kesempatan ini warga Desa Jagapura bisa lebih akrab dan harmonis.

Jadi ibaratnya menyelam sambil minum air. Selain mencari keberkahan bulan Ramadan dengan mengkhatamkan al-Qur’an di masjid, secara bersamaan mereka juga bisa membangun tali kekeluargaan selama berada di lingkungan masjid.

Bahkan lebih dari itu, setiap warga juga bisa saling berbagi makanan selama mengkhatamkan al-Qur’an di masjid. Sehingga vibes Ramadan yang penuh kegembiraan itu semakin terasa.

Tradisi Membaca Al-Qur’an Sejak Zaman Nabi Saw

Di sisi lain, tradisi membaca al-Qur’an selama bulan Ramadan telah dilakukan Rasulullah Saw, para sahabat hingga umat Islam terdahulu. Hal tersebut sesuai dengan salah satu hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA:

وعن ابن عباس قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيدارسه القرآن فلرسول الله صلى الله عليه وسلم أجود بالخير من الريح المرسلة. رواه البخاري ومسلم

Artinya: “Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata bahwa Rasulullah Saw adalah manusia yang paling dermawan, apalagi pada bulan Ramadan, dan ketika Rasulullah Saw ditemui oleh malaikat Jibril setiap malam pada bulan Ramadan untuk mengajaknya membaca dan mempelajari al-Qur’an. Dan Rasulullah lebih dermawan dari para utusan.” (HR Imam Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, tradisi mengkhatamkan al-Qur’an ini amat sangat baik untuk terus kita jaga dan lestarikan selalu. Apalagi tradisi ini bukan hanya mendatangkan keberkahan buat diri sendiri, tapi juga bisa meningkatkan keharmonisan masyarakat di sekitar.

Ini sangat sesuai dengan salah satu keutamaan membaca al-Qur’an, di mana al-Qur’an bisa mendatangkan rasa damai dan ketenangan dalam diri pembacanya. Sehingga rasa damai ini juga harus kita bagi pada orang-orang di sekitarnya.

Semoga dengan mampu mengkhatamkan al-Qur’an di bulan Ramadan juga sekaligus mampu melatih diri untuk selalu berbuat baik pada sesama makhluk Allah. Mulai dari manusia, alam, dan yang lainnya. []

Tags: al-quranBulan RamadanmaknaMengkhatamkanMenyelamiTradisi
Rukoya

Rukoya

Saya adalah Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Pandangan Subordinatif

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

31 Mei 2025
Joglo Baca SUPI

Joglo Baca SUPI: Oase di Tengah Krisis Literasi

31 Mei 2025
Disabilitas dan Seni

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

31 Mei 2025
Difabel di Dunia Kerja

Menjemput Rezeki Tanpa Diskriminasi: Cara Islam Memandang Difabel di Dunia Kerja

30 Mei 2025
Memahami AI

Memahami Dasar Logika AI: Bagaimana Cara AI Menjawab Permintaan Kita?

30 Mei 2025
Kehendak Ilahi

Kehendak Ilahi Terdengar Saat Jiwa Menjadi Hening: Merefleksikan Noble Silence dalam Perspektif Katolik

29 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jilbab

    Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an
  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID