Mubadalah.id – Mubadalah tidak sekedar perspektif dan konsep tentang keadilan relasi. Tidak juga sebatas metode menafsir teks-teks otoritatif yang senafas dengan visi keadilan. Ia telah menjadi gerakan Media, sebagai bagian dari gerakan dakwah bil hal Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI). Ya, Mubadalah.id adalah satu-satunya Media Online yang dilaunching saat Kongres di Pesantren Kebon Jambu Babakan Ciwaringin Cirebon, April 2017.
Jika ditarik sebelumnya, bulan puasa 2016, ia hanya sebuah blog pribadiku, dengan nama “resiprositi”, istilah lain dari mubadalah. Inisiatif ini aku percayakan dikelola secara “biasa saja” oleh Dul, Abdulloh Ayah Kupi. Praktis hanya aku penulis, sisanya urusan kang Dul, dan tentu dengan sentuhan pakar IT Fahmina: Zaenal Fanani.
Selang beberapa bulan, blog ini menarik minat banyak kolega untuk bergabung menulis. Lalu, muncul inisiatif pertemuan para penulis yang difasilitasi AMAN Indonesia. Berbagai kolega yang senior dan junior hadir. Berbagi pengalaman, pengetahuan, dan jaringan. Dari pertemuan ini jadilah perubahan nama: mubaadalah.com. Cukup lama juga menyepakati nama ini. Aku ingat sekali, Ruby Kholifah terus meyakinkan bahwa ini inisiatif yang sangat penting.
Ghufron Ibnu Masud dan mas Radjo Lenggang Realino Nurza menegaskan agar nama domain harus yang khas “mubadalah”, bukan resiprositi, bukan timbal-balik, bukan juga yang lain. Sayangnya, nama “mubadalah” ini telah menjadi domain website sebuah perusahaan minyak dan investasi di salah satu negara Teluk Arabia. Jadilah kita bikin dobel “aa”, yaitu: “Mubaadalah.com”. Semua tulisan, dari siapapun, dalam bentuk apapun, masuk ke blog ini: “Mubaadalah.com”.
Setelah tulisan cukup berjibun, banyak kolega mengusulkan: agar ada perbedaan antara tulisan yang menjadi rujukan dan tulisan-tulisan yang ringan, pendek, dan cepat. Dalam sebuah workshop tipsi-tipis, lahirlah pembagian: “Mubaadalah.com” untuk tulisan rujukan yang dianggap otoritatif, seperti tulisan Buya Husein Muhammad, mba nyai Nur Rofiah, dan tokoh lain. Sementara tulisan ringan berupa refleksi atas berita-berita aktual dimasukkan ke dalam blog website: “Mubaadalahnews.com”.
Lambat laun, pembagian seperti ini justru dianggap membingungkan. Dengan saran dan dukungan dari Tim Bandung, Yayasan Islam Rahmatan Lil Alamin, dilebur kembali: semua tulisan masuk di “Mubaadalahnews.com” saja, dibagi dalam berbagai rubrik. Sementara “Mubaadalah.com” hanya berupa Company Profil saja, yang statis, tanpa menerima tulisan apapun.
Pada masa-masa ini, ada kelompok die hard: ashhabul kahfi “Mubaadalahnews.com”. Mereka para volunter, yang menulis rutin dengan perspektif Mubadalah, dengan bimbingan sang Pemred Abdul Rosyidi. Aku hanya menguatkan perspektif saja. Ada Abdulloh, Napol, Nurul Bahrul Ulum, Tia Istianah, Fitri Nur’azizah, Fachrul Misbahudin, Fatikha Yuli Ana, Zahra Amin, dan Winarno Ariel. Kelompok Ashabul Kahfi Mubadalah ini, minus Zahra karena sedang haji, pernah diundang ke Malaysia pada Agustus 2019, untuk transfer ilmu mubadalah ke anak-anak muda Malaysia.
Jadilah tulisan di Media Mubadalah sangat berjibun. Namun, problem IT dan manajemen juga menjadi berjibun. Hampir setiap minggu ada saja masalah. Sekalipun bisa diselesaikan oleh konsultan dari Tim Bandung, tetapi cukup ribet untuk selalu bertanya dan meminta bantuan. Beberapa kali down, kena hack, dan tulisan juga menjadi sulit dicari dan diakses para pembaca. Tidak sebagaimana dulu, ketika masih “biasa saja” itu he he hee…
Ndilalahnya, kata “mubadalah”, dengan satu “a”, sudah juga berjibun di mesin pencarian google, dan kebanyakan merujuk kepada tulisan-tulisan kami, bukan lagi ke: perusahan minyak dan investasi itu. Kitapun dapat domain dengan nama “asli” sendiri: Mubadalah.id.
Sejak Februari akhir 2020, bersamaan dengan isu pandemi Covid-19 yang mulai muncul, kami berbenah lagi dengan pimpinan Zahra Amin. Dan bulan Agustus 2020 resmi diluncurkan domain baru Mubadalah.id, yang relatif semuanya menjadi baru, tidak lagi “Mubaadalah” yang dobel “aa” dan tambahan “news.com”. Cukup “Mubadalah.id”, sekaligus nama untuk Youtube, Instagram, Fanspage, dan Twitter.
Dengan tagline “inspirasi keadilan relasi”, Mubadalah.id akan menggerakkan seluruh potensi Jaringan KUPI, terutama anak-anak muda. Kami juga sekaligus ingin mengokohkan posisi mereka di jagat media online. Berbagai kegiatan onlinepun digelar, di samping dunia tulis menulis, diawali dengan HBH Virtual Mubadalah, Muharram for Peace, Muludan Milenial, dan kemarin “Kelas Intensif bersama 20 Ulama Perempuan Nusantara” yang hampir semuanya adalah ulama perempuan yang muda-muda.
Nah, kali ini, kami dengan bangga kami memanggungkan tokoh-tokoh muda inspiratif dalam isu-isu yang menjadi konsen Mubadalah.id dalam hal kebangsaan, kemanusiaan, keadilan, dan kesemestaan. Yaitu dalam talkshow online: NGOBRAS, atau ngobrol asik bareng para penulis Mubadalah.id. Mereka adalah para penulis aktif Mubadalah.id, dari berbagai daerah dan latar keilmuan-aktivisme yang beragam.
Hari pertama ada Miftahul Huda dari Jogjakarta yang punya konsen dalam isu lingkungan; lalu Dyah Murwaningrum, pegiat seni dan kebudayaan di komunitas Serat Pena Bandung, dan salah satu alumni WCC Mubadalah yang digelar Desember 2019; Retno Daru, anggota Puan Menulis, sebuah komunitas kepenulisan yang diinsiasi Aman Indonesia, dan dibidani kelahirannya oleh Mubadalah.id; Lutfiana Mayasari dari Ponorogo yang meminati isu perdamaian, salah satu peserta aktif dalam kegiatan Kelas Intensif Ramadan Mubadalah; Listia Suprobo pegiat pendidikan dan kebhinekaan dari Pappirus Jogja; Hasna A Fadhilah, alumni WCC Mubadalah 2019, pemerhati isu sosial politik; Rizki Eka Kurniawan, yang meminati isu psikologi, filsafat serta tasawuf; dan terakhir Lenni Lestari, seorang ibu muda dari ujung Barat Indonesia, tepatnya di Langsa Aceh, alumni pelatihan Mubadalah Virtual Class (MVC) 2020.
Ayoo, Ikuti gerakan mubadalah bersama anak-anak muda penulis dan pelaku perubahan. []