• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Nawal al-Sa’dawi: Sang Humanis dan Feminis Islam

Kita dapat merenungkan kembali pemikiran humanis dan progresif Nawāl al-Sa’dāwī yang bercirikan pembebasan. Pemikiran, teologi, dan tindakan pembebasan yang selalu diperjuangkan olehnya memiliki dasar humanitas yang sejati dan khas.

Yulia Nasrul Latifi Yulia Nasrul Latifi
30/03/2021
in Figur, Rekomendasi
0
Nawal al-Sa'dawi

Nawal al-Sa'dawi

550
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada tanggal 21 Maret 2021 Nawāl al-Sa’dāwī telah berpulang ke sisi-Nya dalam usia 90 tahun. Sang humanis yang sekaligus Sang Feminis Modern-Kontemporer ini telah meninggalkan banyak karya penting, baik fiksi maupun non-fiksi, yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai Bahasa Asing yang tidak kurang dari 12 Bahasa Dunia.

Nawal al-Sa’dawi seorang feminis berkelahiran Mesir ini dikenal sebagai sosok yang kritis, pemberani, dan pantang menyerah. Kritiknya sangat tajam atas fenomena ideologisasi agama, sebab agama telah dijadikan tameng untuk melanggengkan kekuasaan yang tiranik. Dalam banyak karyanya, dia menguliti kebobrokan para penguasa dan pemuka agama di negerinya yang menjadikan agama sebagai justifikasi teologis untuk menindas.

Nawāl al-Sa’dāwī menjelaskan (al-Sa’dāwī, 2000: 49-50; 2009: 9) bahwa dasar pemahaman humanitas agama dia dapatkan sejak usia kecilnya dari nenek dan ayahnya. Keduanya berani berdebat dan melawan ketidakadilan sebab keyakinannya bahwa “Tuhan adalah keadilan yang dapat diketahui dengan akal” dan “Tuhan adalah keadilan, kebebasan, dan persamaan antar manusia, yang dapat diketahui dari lubuk hati kita”. Oleh karena itu, bagi Nawāl al-Sa’dāwī (2000: 51), memperjuangkan keadilan adalah bentuk keimanan itu sendiri.

Sejak usia kecil hingga akhir hayatnya, Nawāl al-Sa’dāwī dikenal sebagai tokoh yang kontroversial. Dalam dinamika perkembangan masyarakat yang semakin ditandai dengan keterbukaan cara berfikir dalam menyerap kemajuan dan ide-ide rasionalitas, grafik pengagum dan follower Nawāl al-Sa’dāwī semakin meningkat drastik dari tahun ke tahun, khususnya dari generasi muda.

Bila kita temukan pandangan yang cenderung menyudutkan dan menghakimi  dengan penilaian negatif atas karya dan pemikiran Nawāl al-Sa’dāwī, hal tersebut umumnya disuarakan oleh kelompok Islam fundamentalis-skripturalis atau  pihak penguasa yang merasa telah ditelanjangi oleh daya kritis Nawāl al-Sa’dāwī yang mampu mengungkap kebenaran yang tersembunyi.

Baca Juga:

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Berbagai fakta dan kebenaran yang tertutup dan disembunyikan yang kemudian berhasil diungkap oleh Nawāl al-Sa’dāwī itulah yang menyebabkan kemarahan pihak pemerintah atau kelompok ulama di negerinya. Dalam banyak karyanya, Nawāl al-Sa’dāwī membeberkan kebobrokan rezim diktator yang berselubungkan agama. Nawāl al-Sa’dāwī juga mampu membongkar konstruksi patriarkis dalam wacana agama yang berusia ribuan tahun.

Dikarenakan keberanian, ketajaman, dan keteguhan hatinya sehingga tidak pernah mengenal kompromi itulah, maka Nawāl al-Sa’dāwī mengalami bermacam-macam kesulitan hidup. Sejak kecilnya, ia seringkali dimusuhi dan dihukum gurunya. Karya-karyanya dibrendel, dia diasingkan, mengalami pemenjaraan, hingga ancaman  pembunuhan atas dirinya yang masuk daftar hitam.

Banyak orang yang keliru dalam memahami Nawāl al-Sa’dāwī sehingga mengecapnya sebagai agen Barat, murtad, dan kafir. Kesimpulan yang seringkali kita lihat dan kita dengar adalah statemen yang mengatakan bahwa “Nawāl al-Sa’dāwī  adalah musuh agama”. Diantara penyebab tuduhan negatif atasnya adalah kurangnya pembacaan dan pemahaman yang komprehensif atas pemikiran Nawāl al-Sa’dāwī. Juga, tiadanya pembedaan antara fiksi dan fakta. Sebab, tajamnya kritik Nawāl al-Sa’dāwī terhadap ideologisasi wacana agama seringkali dia suguhkan melalui novel atau cerpen.

Agar kita dapat menangkap dengan baik akan pemikiran seseorang, baik yang tertuang dalam karya fiksi maupun non-fiksi, kita perlu memahami karya-karyanya secara cermat dan komprehensif. Melalui berbagai sumber karya fiksi dan non fiksinya, orasi ilmiahnya, dan juga berbagai tulisannya dalam surat kabar Mesir, ada beberapa pemikiran pokok yang penting untuk dipahami terkait humanitas pemikiran Nawāl al-Sa’dāwī.

Pertama, Nawāl al-Sa’dāwī tidak pernah menolak atau mengkritik agama. Baginya, kepercayaannya atas Tuhan Yang Maha Adil dia yakini sejak usia kecilnya, yang dia dapatkan dari pengalaman hidup dan buku-buku yang dia baca, khususnya buku-buku filsafat Yunani kuno.

Kedua, Keyakinannya yang kuat atas keadilan Tuhan membuatnya memiliki kekuatan untuk selalu melawan dan memperjuangkan ketidakadilan dan penindasan atas sesama manusia dalam bentuk apapun. Ia berani melawan dan selalu memiliki kekuatan untuk melakukannya. Menurutnya, semua penindasan pastilah diakibatkan oleh struktur dan sistem yang dibuat oleh manusia sendiri.

Ketiga, Nawāl al-Sa’dāwī meyakini bahwa misi utama semua agama adalah sama, yaitu pembebasan manusia dari belenggu apapun. Sebab itulah, ia sangat membenci penindasan akibat patriarki, kolonialisme, kapitalisme, atau otoritarianisme rezim politik. Semua manusia berhak atas otonomi dirinya sebagai makhluk yang merdeka dan bermartabat mulia.

Keempat, Sejak usia kecilnya hingga akhir hayatnya, Nawāl al-Sa’dāwī menunjukkan komitmennya yang sangat tinggi dalam memperjuangkan keadilan bagi umat manusia. Kegelisahan, perhelatan. dan pertarungan Nawāl al-Sa’dāwī sejak usia kecilnya dikarenakan adanya diskriminasi bahkan penindasan yang disebabkan jenis kelamin, agama, ras, kebangsaan, jabatan, dan kekayaan.

Kelima, Bila Nawāl al-Sa’dāwī menyatakan bangga pada Islam, maka hal itu berkaitan erat dengan keberadaan Islam yang menekankan pada peran penting “akal” dan juga Islam telah membukakan pintu untuk “ijtihad” dalam menyelesaikan persoalan, mempertemukan teks dan konteks. Dengan ijtihad inilah, maka nilai keislaman akan dapat terus diimplementasikan, sebab teks (nash) itu terbatas, sedang problem sosial tak terbatas. Prinsip-prinsip dasar teks itulah yang penting dijadikan sandaran normativitas dalam berbudaya manusia.

Keenam, Terkait gender Islam, Nawāl al-Sa’dāwī menegaskan bahwa untuk memahami al-Qur’an haruslah didialogkan dengan Injil dan Taurat, sebab ketiganya memiliki hubungan dan keterkaitan. Ketiga Kitab Suci inipun kemudian harus didialogkan dengan Kitab Suci dalam agama lain yang muncul lebih terdahulu. Agama-agama pastilah memiliki keterkaitan. Agama-agama yang muncul terdahulu haruslah dilihat dan dihubungkan dengan budayanya. Budaya dominan yang telah ada sebelum agama-agama tua muncul adalah “budaya patriarki”. Sebab itulah, konstruksi patriarkis muncul dalam wacana agama-agama dunia.

Ketujuh, Nawāl al-Sa’dāwī mengakui bahwa awal kemunculan agama-agama yang dibawa oleh para nabi atau tokoh suci selalu membawa misi utama “pembebasan manusia”. Namun demikian, setelah para nabi atau tokoh suci meninggal, banyak dari ajaran agama dan praktiknya yang kemudian diselewengkan dari ajaran semula. Hal ini diakibatkan banyak faktor, terutama faktor ekonomi dan politik.

Kedelapan, Sangat penting untuk memahami agama sebagai nash atau teks yang tidak tercerai berai, yang saling terpisah antara satu ayat dengan yang lainnya.  Ayat-ayat Kitab Suci muncul dalam konteks yang berbeda-beda, dengan asbāb al-nuzūl yang tidak sama, dan juga masyarakat yang berbeda-beda. Maka, ayat-ayat yang terlihat ahumanis atau bias haruslah didialogkan dengan spirit ayat, hubungannya dengan ayat lain, dan dengan pandangan Kitab Suci yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan etika universal.

Kesembilan, Nawāl al-Sa’dāwī meyakini otonomi perempuan dalam Islam. Pertama, al-Qur’an dalam banyak ayat menekankan persamaan laki-laki dan perempuan yang tercipta dari jiwa yang satu atau “Nafs Wāḥidah” dan kebebasan bagi laki-laki dan perempuan dalam memilih peran dan posisi dalam berbudaya “wa al-mu’minūn wa almu’mināt ba’ḍuhum awliyā’u ba’ḍ” (Q.S. al-Tawbah: 71). Beberapa hadis Nabi saw. juga menyatakan bahwa “Laki-laki dan perempuan adalah saudara kandung”, dan “Manusia sama seperti gigi sisir”. Praktik hidup Nabi saw. juga dikagumi oleh Nawāl al-Sa’dāwī, sebab Nabi saw. memberikan otonomi perempuan dalam kehidupan domestik dan publik.

Kita dapat merenungkan kembali pemikiran humanis dan progresif Nawāl al-Sa’dāwī yang bercirikan pembebasan. Pemikiran, teologi, dan tindakan pembebasan yang selalu diperjuangkan olehnya memiliki dasar humanitas yang sejati dan khas. Luasnya bacaan Nawāl al-Sa’dāwī yang multidisipliner menjadikan pemikirannya bercorak holistik dan komprehensif. Sebab itulah, Nawāl al-Sa’dāwī  menegaskan kembali pentingnya memahami agama dengan pengayaan sudut pandang dan perspektif. []

Selamat jalan Nawāl al-Sa’dāwī…

Semoga akan selalu mekar

Tunas-tunas penerus perjuangan humanitas sejati

Di bumi manapun mereka bertumbuh dan mengakar

Abadilah engkau dalam dekapan kasih-rahim Ilahi Rabbi

Amin

Tags: Feminis MuslimfeminismeislamNawal al-Sa'dawiperempuanTokoh Inspiratif
Yulia Nasrul Latifi

Yulia Nasrul Latifi

Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fak. Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Kebencian Berbasis Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Fiqh Al-Usrah

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID