• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Ngaji Rumi: Patah Hati Dengan Dunia, Puasa Sebagai Obatnya

Bagi seseorang yang sedang patah hati dengan dunia, seperti mengalami banyak kekecewaan dan memiliki rasa cemas, maka puasa adalah obat penawar terbaik.

Ihza Maulina Ihza Maulina
19/03/2023
in Hikmah
0
Puasa sebagai Obat

Puasa sebagai Obat

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Waktu begitu cepat berlalu, sebentar lagi kita akan menemui Bulan Ramadan untuk melepas rindu. Bulan yang penuh berkah dan pengampunan jika kita menjalaninya dengan sepenuh hati. Bulan Ramadan datang dalam satu tahun sekali, sehingga umat Islam tidak boleh menyianyiakannya. Umat Islam bisa melakukan amalan baik yang dilakukan ketika Bulan Ramadan, bukan hanya sebatas menahan rasa lapar dan haus.

Puasa di bulan Ramadan disyariatkan pada tahun kedua hijriyah. Allah menurunkan Surat Al-Baqarah ayat 183-185 sebagai perintah wajib puasa Ramadan. Ketika umat Islam tidak mampu menjalankannya. Karena sakit atau sedang dalam perjalanan dan tidak berpuasa, maka mereka wajib menggantinya sesuai jumlah hari tidak berpuasa tersebut. Allah memberikan pilihan lain apabila tidak sanggup menggantinya dengan berpuasa di lain hari, maka mereka wajib membayar fidyah. Yakni memberi makan orang miskin.

Makna Puasa Dalam Kacamata Rumi

Secara lahiriyah, makna puasa memanglah menahan rasa lapar dan haus dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari, yaitu tidak makan dan minum. Namun, makna puasa bukan sekedar menahan lapar dan haus. Lebih dari itu, puasa memiliki arti yang lain dan mengandung banyak hikmah. Di sini, kita akan mencoba melihat kacamata Maulana Jalaludin Rumi memaknai puasa di bulan Ramadhan. Syair-syair Rumi dalam Divan-e Syams dan Matsnawi seperti sedang mengajak kita untuk mencintai Allah, termasuk perintah-Nya untuk berpuasa.

Ramadhan telah tiba dan kita sambut hari raya

Gembok itu telah hadir bersama kuncinya

Baca Juga:

Hal-hal yang Tak Kita Hargai, Sampai Hidup Mengajarkan dengan Cara yang Menyakitkan

Ayat-ayat Al-Qur’an yang Menjelaskan Proses Perkembangan Janin dan Awal Kehidupan Manusia

Kisah Rumi, Aktivis, dan Suara Keledai

Peran Ulama Perempuan untuk Kehidupan yang Berkeadilan

Saat mulut terkunci, terbukalah penglihatan

Lalu cahaya memancar dalam diri kita

Ramadhan tiba tuk berkhidmat pada hati

Dan bersama kita sang penawar hati

(Rumi, Divan-e Syams, puisi ke-370)

Dalam bait ini, Rumi sedang mengambil perumpamaan puasa sebagai penutup mulut. Menurut Rumi, puasa tidak sebatas menjaga mulut untuk tidak makan dan minum, namun juga menjaga mulut untuk tidak menyakiti orang lain, seperti menghardik, menggunjing, memfitnah, dan berbohong. Seperti kata Rumi juga dalam baitnya, puasa dimaknai sebagai api, karena puasa juga menjadi salah satu upaya membakar nafsu dan keinginan duniawi.

Rumi juga menggambarkan puasa seperti kendi yang berisi air jernih, maka bagi orang yang mengabaikannya kendi itu akan pecah, seperti kehilangan sesuatu yang paling berharga bagi kehidupan. Menurut Rumi, puasa juga ibarat ibu. Seorang yang penyayang dan mendidik anaknya layaknya Puasa yang mendidik dan menjaga manusia agar tidak tersesat. Seperti seorang ibu yang menjaga anak-anaknya agar tidak terpisah dan hilang.

Puasa Sebagai Obat Patah Hati Dengan Dunia

Salah satu syair Rumi menyebutkan, “Berpuasalah dengan segenap jiwa, karena puasa adalah raja dari segala obat.” Rumi sedang memberi isyarat bahwa puasa bisa menjadi obat dari segala kekecewaan di dunia. Rumi menyampaikan bahwa puasa berpengaruh secara medis dan psikologis. Secara medis, puasa memberikan banyak manfaat bagi tubuh agar terhindar dari beberapa penyakit.

Secara psikologis, puasa juga bisa menurunkan rasa cemas dan stress akibat kurang stabilnya kesehatan mental. Maka, jika menghadapi persoalan apapun dalam kehidupan di dunia ini, kita bisa menjadikan puasa sebagai obatnya.

Melalui syair-syair Rumi tentang puasa, kita bisa memetik banyak hikmah jika berpuasa di bulan Ramadan nanti. Bagi seseorang yang sedang patah hati dengan dunia, seperti mengalami banyak kekecewaan dan memiliki rasa cemas, maka puasa sebagai obat penawar terbaik. Hadirnya bulan Puasa memberikan harapan bagi umat Islam untuk terlahir kembali membawa lembaran hidup yang baru. Sebuah kabar baik bagi pencari kedamaian batin, bulan Ramadan tinggal menghitung hari, maka siapkanlah diri untuk menyambut dengan sepenuh hati. []

Tags: Bulan PuasaHikmahkehidupanNgaji RumiObatpuasaramadan
Ihza Maulina

Ihza Maulina

Aktivis Perempuan Pekalongan

Terkait Posts

Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version