• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Panduan Bimbingan Skripsi Aman dari Kekerasan Seksual

Permendikbud PPKS masih harus melewati serangkaian tantangan. Apalagi, saat korban tidak memiliki bukti dokumentasi selain ingatan yang bisa ia ucapkan

Khoiriyasih Khoiriyasih
17/03/2023
in Publik
0
Bimbingan Skripsi, Kekerasan Seksual

Bimbingan Skripsi, Kekerasan Seksual

750
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bukan tidak mungkin mahasiswa merasa kurang nyaman karena mempertaruhkan hidup agar bisa merampungkan studi perkuliahan. Pengalaman paling menyakitkan saat mahasiswa tengah melakukan bimbingan skripsi menjadi korban kekerasan seksual oleh dosennya.

Kenapa kekerasan seksual bisa dilakukan dosen? Jawabannya singkat, dosen merasa paling kuasa dan menganggap mahasiswa sebagai kelas nomor dua. Dan menjadikan mahasiswa sebagai objek seksual.

Relasi kuasa menempatkan mahasiswa sebagai kelompok rentan seperti harus memilih antara merampungkan studi dengan menuruti hasrat seksual dosen atau melawan keinginan dosen namun terancam drop out. Kedua pilihan yang tidak ilmiah menjadi momok saat bimbingan skripsi. Mahasiswa bersedia menerima arahan dosen agar skripsi beres. Tapi, jangan kita hadapkan dengan perlakuan menakutkan yang bersumber dari hasrat seksual dosen. Salah kaprah  ketika rasa hormat mahasiswa kita jadikan alat untuk dosen memperlakukan mahasiswa dengan semena-mena.

Persoalan menyakitkan lainnya yang harus dirasakan mahasiwa yaitu saat mendapat respons negatif dari pihak kampus setelah membuat laporan pengaduan: dianggap mengada-ada, dibilang tidak mungkin terjadi, atau dianggap mencoreng nama baik dosen. Respons ini yang meyakinkan bahwa kampus belum tentu menjadi ruang aman untuk mahasiswa melangsungkan proses belajar.

Merujuk Data Komnas Perempuan

Data Komnas Perempuan sepanjang tahun 2015 sampai dengan 2021, menyatakan bahwa terdapat 35 kasus kekerasan seksual di perguruan tinggi. Umumnya, terjadi karena relasi kuasa dosen sebagai pembimbing skripsi. Data tersebut direspons dengan terbitnya Permendikbud nomor 30 tahun 2021. Implementasi Permendikbud PPKS masih harus melewati serangkaian tantangan. Apalagi, saat korban tidak memiliki bukti dokumentasi selain ingatan yang bisa ia ucapkan.

Baca Juga:

Tonic Immobility: Ketika Korban Kekerasan Seksual Dihakimi Karena Tidak Melawan

Budaya Seksisme: Akar Kekerasan Seksual yang Kerap Diabaikan

Penyalahgunaan Otoritas Agama dalam Film dan Drama

Refleksi Filosofis atas Kekerasan Seksual di Dunia Akademik

Rasanya tidak mudah menjalani proses skripsi dengan membaca berbagai berita kekerasan seksual saat bimbingan. Sebab, apa yang korban rasakan menjadi bagian dari ketakutan aku di kampus. Setelah melewati skripsi, aku coba tuliskan panduan agar teman-teman bisa merampungkan skripsi dengan tenang dan aman dari kekerasan seksual. Minimal langkah tersebut bisa dilakukan oleh diri sendiri.

Pertama, kenali modus dan bentuk-bentuk kekerasan seksual di kampus. Melihat beberapa berita kekerasan seksual di kampus, modus yang bisa dosen lakukan ke mahasiswa misalnya mengajak bimbingan di luar kampus, mengunci ruang dosen saat bimbingan berlangsung, atau mengirim pesan yang tidak sesuai dengan konteks perkuliahan.

Ragam Kekerasan Seksual yang Terjadi

Bentuk kekerasan seksual yang bisa terjadi saat bimbingan skripsi, misalnya: dosen menatap mahasiswa dengan nuansa seksual, dosen menyentuh mahasiswa tanpa izin dan persetujuan, atau dosen mengirimkan pesan elektronik bernuansa seksual ke mahasiswa. Bentuk kekerasan seksual di kampus dapat kita baca lebih jelas melalui Permendikbud nomor 30 tahun 2021.

Kedua, rekam proses bimbingan skripsi. Saat terjadi kekerasan seksual, salah satu hambatan yang sering kita temukan yaitu minimnya bukti. Langkah yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir terjadinya kekerasan seksual berulang, nyalakan rekaman sebelum masuk ke ruangan dosen dan letakkan hp di dekat sumber suara bimbingan. Selain untuk merekam materi, menyalakan rekaman juga bisa kita gunakan sebagai bukti saat terjadi kekerasan seksual.

Ketiga, kantongi parfum. Saat terjadi kekerasan seksual, korban bisa menyemprotkan parfum ke area mata pelaku. Adanya paparan cairan parfum pada mata dapat menyebabkan trauma kimia dan rasa sakit. Korban bisa melarikan diri dari ruangan bimbingan dan mencari pertolongan, di samping pelaku merasakan sakit bagian mata.

Keempat, hubungi Satgas PPKS. Segera lapor kasus kekerasan seksual ke Satgas PPKS di kampus agar segera mendapat pertolongan. Jangan takut untuk meminta pertolongan orang terdekat yang kita percaya agar tidak merasa sendirian.

Demikian panduan bimbingan skripsi bagi para mahasiswa akhir, agar aman dari kekerasan seksual. Karena kejahatan seksual itu tidak hanya karena faktor kesengajaan. Tapi kesempatan yang ada di depan, sementara kita lengah dan dalam kondisi tak berdaya. Maka, waspada itu lebih baik, dari pada menyesal di kemudian hari. []

Tags: Bimbingan SkripsiDosenkampusKekerasan seksualmahasiswaPermendikbud No.30 Tahun 2021relasi kuasa
Khoiriyasih

Khoiriyasih

Alumni Akademi Mubadalah Muda tahun 2023. Suka membaca dan menulis.

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyusui Anak dalam Pandangan Islam
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version